Tuesday, June 28, 2005

Udane dan Air

Uka dan Ene sama2 suka main air. Seringkali acara mandi—terutama jika mandi dengan Ibu—diteruskan dengan main air dan kalau sudah begitu keduanya susah dihentikan, terutama Ene. Belakangan ini Ene bahkan men-jerit2 sekuatnya kalau acara main airnya distop Ibu. Kadang2 malu juga Ibu dengan para tetangga, soalnya mereka beberapa kali nanya ada apa dengan Ene? Kayak judul film remaja aja: Ada Apa Dengan Cinta? :)

Di sisi lain Uka dan Ene juga sama2 takut dengan air. Uka takut jika kepalanya harus diguyur dengan air, sedangkan Ene takut dengan air yang volumenya besar. Selain itu mereka berdua juga takut dengan air dingin!

Sepertinya ketakutan mereka itu terkait dengan pola asuh. Sejak Uka bayi sampai kira2 umur dua tahun, Ibu tidak pernah membiasakan Uka untuk diguyur kepalanya. Biasanya Ibu hanya menyuruh Uka tengadah jika Uka keramas. Ketika Ibu bermaksud membiasakan Uka untuk diguyur kepalanya saat berusia dua tahunan, hal tersebut sudah terlambat karena Uka sudah memiliki rasa takut, takut nggak bisa napas dan matanya pedih! Jadilah sampai sekarang Uka nggak berani diguyur kepalanya :(

Hal ini benar2 menjadi masalah ketika Uka berenang bersama dengan guru2 dan teman2nya semasa Play Group. Berenang pertama, Uka nangis sesenggukan sampai susah bernapas karena oleh Bu Leila kepalanya dikeramasi dan diguyur air, dingin lagi! Untung waktu itu Ibu nungguin, jadi Ibu langsung took over Uka. Berenang kedua, Ibu nungguin lagi dan sudah bermaksud mandiin Uka selesai berenang, tapi melihat teman2nya bilasan di pancuran Uka tertarik ikutan. Ibu tanya apa Uka berani, Uka bilang berani, jadi Ibu biarkan sambil berpikir siapa tahu setelah mencoba bersama teman2nya Uka jadi berani diguyur kepalanya. Nggak lama, Uka nangis (lagi)! Rupanya, dia hanya bermaksud ikut main2 di pinggir pancuran bareng teman2nya tapi sama teman2nya dia didorong ke bawah pancuran persis! Berenang ketiga, Ibu nggak nungguin, tapi datang belakangan ke kolam renang kira2 saat bilasan, ternyata Uka sudah ganti baju. Dari cerita guru2 dan ibu2 yang nungguin anaknya, Uka sempat nangis (lagi2) nggak mau bilasan, jadi akhirnya sama gurunya langsung dilap aja pakai handuk dan ganti baju. Semasa TK-A, guru2 sudah tahu kebiasaan Uka, terlebih karena Ibu selalu menulis pesan panjang buat guru2 di buku komunikasi setiap kali ada kegiatan berenang dengan teman2 sekolah. Pesan Ibu: selesai berenang Uka nggak usah dimandiin, langsung dikeringkan dengan handuk dan ganti baju saja, biar mandinya di rumah! :D

Berkaca dari pengalaman Uka, sejak Ene bayi, Ibu membiasakan Ene untuk diguyur kepalanya. Upaya ini berhasil dan sampai sekarang Ibu tidak mengalami kendala dalam mengguyur kepala Ene. Tapi pernah juga Ene trauma diguyur kepala dan sempat macet nggak mau diguyur untuk beberapa waktu. Hal ini terjadi di awal si Mbak bekerja di rumah dan mulai belajar mandiin Ene. Ketika diintip oleh Yang Nuk—saat itu beliau ada di Cilegon—rupanya si Mbak kalau mengguyur kepala Ene pelan2 sekali, tentu aja Ene jadi gelagapan karena nggak ada kesempatan untuk bernapas! :(

Tentang ketakutan Ene terhadap volume air yang besar, ini baru perkiraan Ibu. Ene senang berendam di bak mandi, bahkan kadang2 airnya Ibu tambahi dengan air dingin dari kran pun—maksudnya biar Ene merasa kedinginan dan mau mentas :)—Ene masih asik aja berendam! Tapi ketika Ene diajak berenang di kolam renang Karawaci beberapa waktu lalu, Ene nggak mau. Demikian juga ketika Bapak membelikan Udane kolam plastik, ternyata Ene nggak mau berendam. Ene hanya berdiri aja sambil ketawa2 dan setiap kali Ibu bermaksud mendudukkan Ene di kolam itu dia memberontak nggak mau.

Sedangkan ketakutan Udane terhadap air dingin, rasanya wajar karena sejak bayi Udane selalu mandi dengan air hangat. Sebenarnya sih Ibu ingin membiasakan mereka mandi dengan air dingin, tapi la wong Bapak aja kalau mandi pakai air hangat masak Ibu tega menyuruh Udane mandi pakai air dingin? :D


Uka dan Ene lagi mandi sekalian main air :)

Mopping-up Polio 2

Hari ini 28 Juni 2005 seharusnya Udane ikut mopping-up polio putaran ke-2, tapi karena Udane lagi batuk pilek maka Bapak dan Ibu memutuskan untuk menunda pemberian imunisasi polio sampai Udane sehat. Meski batuk pilek dapat digolongkan penyakit yang tidak berat, mereka berdua artinya sedang tidak dalam kondisi fit. Nah, kalau dalam kondisi demikian terus dikasih 'penyakit'—secara umum imunisasi berarti diberi bakteri 'penyakit' supaya tumbuh kekebalan tubuh dan menjadi imun terhadap 'penyakit' tersebut, dalam hal ini polio—bisa2 penyakitnya justru makin berkembang. Apalagi tidak bisa dipungkiri bahwa pada mopping-up polio putaran ke-1 31 Mei 2005 yang lalu, ditemukan beberapa kasus anak yang justru sakit setelah mendapat imunisasi polio.

Sebenarnya nggak ikutan imunisasi polio-nya sih nggak pa2, toh imunisasi bisa dilakukan kapan saja, baik di dokter maupun di bidan. Tapi yang Ibu merasa kehilangan adalah ekspresi ceria dan bangga Udane saat jari2 mereka diberi tinta biru sebagai tanda keikutsertaan mereka dalam mopping-up polio :) Mungkin Tuhan 'menegur' Ibu dengan hal ini karena saat mopping-up putaran ke-1 Ibu mengeluhkan bagaimana ribetnya mempersiapkan mereka berangkat pagi2 padahal imunisasinya sendiri cuma sebentar :) What u think is what u get! So, lebih baik positive thinking supaya yang terjadi juga hal2 yang positif :)

Updated 22/08/2005:
Pada akhirnya Bapak dan Ibu memutuskan bahwa Udane tidak perlu diberi imunisasi polio tahap lanjutan karena kondisi kesehatan keduanya so far so good! Mudah2an seterusnya demikian. Amin.

Friday, June 24, 2005

Terima Rapor

Hari ini Uka terima rapor. Tapi jangan dibayangkan rapornya berupa angka kuantitatif 1 sampai 10. Rapor Uka sifatnya kualitatif, jadi berupa uraian tentang pencapaian Uka pada tiga aspek pendidikan, yaitu perilaku, kemampuan dasar, dan ciri khas sekolah. Aspek perilaku mencakup moral & nilai2 agama, disiplin & kemandirian, serta perasaan/emosi & sosialisasi, sedangkan aspek kemampuan dasar meliputi kemampuan berbahasa, kognitif, seni, keterampilan, dan fisik & motorik. Adapun yang menjadi ciri khas sekolah adalah pengenalan bahasa Inggris dan komputer. Uraian pada setiap item pendidikan biasanya diawali dengan 'alhamdulillah', sehingga pernah Mama Azka bergurau kalau nilai rapor Uka dan Azka adalah 'alhamdullilah' :)

O ya, setiap kali terima rapor—setiap semester, sejak Play Group—yang menjadi catatan guru2 buat Uka adalah: Uka perlu mengurangi kebiasaan ngobrol di kelas saat guru mengajar, juga saat makan! Uka memang termasuk anak yang senang ngobrol. Kalau mengingat kemampuan berbicaranya yang tergolong lambat untuk usianya—usia 2 tahun Uka baru lancar bicara—hal ini termasuk mengherankan! :) Yang Nuk sampai sering bilang, "Mungkin karena dulu sampai 2 tahun Uka belum bisa bicara juga, jadi sekarang nyerocos terus, menebus masa yang hilang". :D Ketika masih duduk di Play Group, Bu Leila—wali kelas Uka—pernah bilang ke Ibu kalau Uka nggak diperbolehkan duduk bersebelahan dengan Nadia, karena Uka dan Nadia sama2 doyan ngobrol! Bisa dibayangkan bukan kalau ada 2 anak yang sama2 doyan ngobrol duduk berjejer, gurunya bisa2 dianggap angin lalu! :D

Dan kini, Uka sudah menyelesaikan masa di TK-A dan sebentar lagi menyongsong masa baru di TK-B. Ah, baru terasa betapa cepatnya waktu berlalu saat kita memandang anak2 kita tumbuh dewasa!

Cepatlah besar matahariku,
Menangis yang keras janganlah ragu...
Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku,
Doa kami di nadimu...
[Cuplikan lagu Iwan Fals: "Galang Rambu Anarki"]


Kelas PG Kancil 2003-2004. Depan ki-ka: Mimi, Azka, Nadia, Anti, Fattah (dipangku), Bu Umi. Tengah ki-ka: Bu Leila (wali kelas), Hadi (nangis), Puput, Zahra, Ayna, Aldien, Abu, Galang. Belakang ki-ka: Bu Eva, Abi, Fauzan, Dava, Azza, Rheza, Uka, Irfan, Bu Ningsih.


Kelas TK-A Dahlia 2004-2005. Depan ki-ka: Tia, Puput, Hani, Adilla, Afa, Nurul. Tengah ki-ka: Sarah, Rheza, Farras, Uka, Fadil, Dinda. Belakang ki-ka: Bu Yani (wali kelas), Aldien, Rakha, Fattah, Rafi, Faiz, Bu Nurul.

Tuesday, June 21, 2005

Ibu dan Uka ke Dokter

Tadi Uka dan Ibu pergi ke dokter di Rumah Sakit Krakatau Medika (RSKM). Uka panas sementara Ibu pilek dan sariawan berat. Berdasarkan pemeriksaan dokter, Uka dinyatakan ada gangguan di pencernaannya, bukan radang tenggorokan seperti yang Ibu kira. Memang sih Uka sempat mual2 bahkan muntah sepulang nonton sirkus, tapi waktu itu Bapak dan Ibu mengira penyebabnya adalah pop corn yang dibeli di sirkus. Kalau Ibu, selain karena memang pilek, diperberat dengan alergi. Memang tiap pagi Ibu rutin pilek, dan Ibu sudah menduga kalau Ibu punya alergi. Maklum, bapaknya Ibu dulu penderita asma. Tadinya Ibu kira alergi AC, tapi kata dokter lebih tepat alergi dingin karena udara dari AC semestinya justru bersih karena disaring dulu. Masuk akal sih :)

Uka sebenarnya meriang sejak Minggu malam, tapi waktu itu Ibu ukur suhu badannya belum panas, masih bisa dibilang normal yaitu 36.7oC. Tapi melihat gelagat Uka yang merintih dalam tidurnya, Ibu sudah merasa bahwa Uka sedang nggak enak badan. Dan benar, Senin pagi sampai malamnya Uka panas berkisar di angka 38oC. Selama itu, acara minum obat turun panas dan mengompres rutin dilakukan. Untunglah, Uka sudah bisa diajak bicara, jadi nurut apa kata Ibu untuk beristirahat (tiduran) dan mengurangi jadwal nonton TV.

Sedangkan Ibu sudah merasakan gejala pilek dan sariawan sejak Jumat minggu lalu, mungkin karena kecapekan ngurus Uka dan Ene yang sebelumnya sakit. Waktu itu Ibu cuma minum obat generik, lumayan jadi agak ringan, bahkan Sabtu sempat nonton sirkus dalam kondisi baik. Tapi karena hari Minggu sempat lalai minum obat—Ibu mah bisanya nasihati Uka aja, belum bisa nasihati diri sendiri :D—jadinya Senin pilek lagi dan sariawan Ibu tambah besar! Makanya Bu, take care yourself! :D

O ya, sesuai aturan RSKM, sekarang kalau Uka mau ke dokter anak harus mendapat referensi dari dokter umum dulu karena usia Uka sudah lebih dari 5 tahun. Padahal Uka tuh suka bete kalau diperiksa dokter selain dokter anak favoritnya, dr. Bendy Bandawangsa, Sp.A! Tapi mau nggak mau Uka harus say bye2 sama dr. Bendy. That's life son, you must learn to face it! :)

Monday, June 20, 2005

Nonton Sirkus

Hari Sabtu 18 Juni yang lalu Udane nonton sirkus di Lapangan Semampir Cilegon dengan Bapak dan Ibu. Sejak Bapak dan Ibu berdomisili di Cilegon tahun 1992, sudah beberapa kali rombongan sirkus mengadakan pertunjukan di lapangan ini, tapi baru kali ini Bapak dan Ibu nonton sirkus tersebut. Alasannya jelas: sebelumnya belum ada Udane :) Iya lah... kalau bukan demi Udane, rasanya Bapak dan Ibu nggak begitu tertarik nonton sirkus, terlebih karena sekarang ini di TV banyak diputar pertunjukan sirkus manca negara yang bagus2.

Kami tadinya berniat nonton pertunjukan yang jam 10 pagi, tapi ternyata pertunjukan pada jam tersebut hanya ada untuk hari Minggu, jadi kami kecele!!! :( Padahal, kami berempat datang naik angkot (angkutan kota) karena Bapak khawatir susah parkir kalau naik mobil. Maklum, ketika Sabtu malam minggu sebelumnya sempat lewat lokasi sirkus tersebut, lapangan parkir kendaraan memang penuh! Rupanya antusias juga orang2 Cilegon untuk nonton sirkus, barangkali karena hiburan anak2 di Cilegon termasuk langka :)

Tapi kami tidak putus asa, terutama karena Bapak sudah janji sama Uka untuk nonton sirkus, jadi kami datang lagi pada pertunjukan jam 2 siang, masih dengan naik angkot! Selain karena alasan parkir, Bapak ingin agar Udane juga merasakan 'nikmatnya' naik angkot, tidak dimanjakan dengan fasilitas mobil terus. Uka sempat merajuk untuk naik mobil saja, alasannya, "Nanti kalau kita nggak naik mobil, dikira orang kita nggak punya mobil!". Astaga, Bapak dan Ibu kaget juga dengan pemikiran Uka, entah darimana dia serap hal tersebut, yang jelas Bapak dan Ibu tidak pernah mendidik anak2nya untuk menjadi anak yang manja dan sombong! Bapak jadi sibuk menjelaskan ke Uka dengan bahasa sederhana bahwa pemikiran tersebut tidak benar. Biasanya sih Uka suka naik angkot, dan saat berangkat pagi dia antusias naik angkot, tapi mungkin karena siang itu panas terik jadi dia agak malas. Kalau Ene, baru kali itu dia naik angkot. Ekspresi Ene seperti bingung, akibatnya selama di angkot dia diam aja nggak bersuara sambil noleh kiri kanan :)

Pertunjukan sirkusnya cukup menarik dan variatif. Selain ada pertunjukan kepintaran hewan, yaitu anjing pudel, harimau, simpanse, dan gajah, juga ada pertunjukan ketrampilan manusia, seperti trapeze (Eh bener nggak istilah ini, itu lo yang ber-ayun2 dari satu tali ke tali yang lain sambil salto di udara), atraksi keseimbangan, atraksi kelenturan, dan atraksi naik sepeda. Dan yang tidak ketinggalan dan membuat Uka ter-pingkal2 adalah aksi dari para badut. Kalau Ene paling tertarik dengan aksi para binatang, terutama anjing pudel. Ketika anjing2 ini selesai beraksi dan pergi ke belakang layar Ene protes, "Guguk.. guguk..", sambil nunjuk2 maksudnya minta supaya anjing2 itu keluar lagi :)

Meski demikian, ada dua hal yang menjadi catatan Ibu dari pertunjukan sirkus ini. Pertama, kemasannya belum sebagus seperti yang Ibu lihat di TV. Contoh sederhana adalah penampilan gajahnya. Gajah yang ditampilkan di sirkus ini kotor, badannya penuh tanah dan rumput kering, padahal akan lebih menarik jika sebelum tampil gajah tersebut disikat dulu. Termasuk dalam hal ini adalah AC yang kurang dingin, sehingga hal ini sedikit mengganggu kenyamanan penonton. Ene sampai harus dilepas kaosnya dan hanya pakai singlet karena dia mengeluh gatal di punggung. Biang keringatnya kambuh! :) Yang kedua adalah apresiasi penonton yang kurang. Ibu perhatikan, penonton baru bertepuk tangan riuh jika pembawa acara mengajak penonton untuk memberi aplaus setiap selesai satu penampilan. Hal ini beda banget dengan yang Ibu saksikan di TV, dimana penonton spontan bertepuk tangan tanpa diminta serta ikut menahan napas dan berseru 'oh' jika penampilannya menegangkan seperti ketika atraksi keseimbangan.

Friday, June 17, 2005

Dini Hari ke UGD

Mungkin akibat kecapekan berkegiatan saat weekend dan tertular Uka yang baru saja kena radang tenggorokan, hari Senin pagi 13 Juni 2005 Ene panas. Awalnya Ibu kira badannya hangat karena bangun tidur, jadi pagi itu Ibu mandiin Ene seperti biasa sebelum berangkat kerja :( Masih untung mandinya pakai air hangat—kata orang, dalam kondisi seburuk apapun orang Jawa itu selalu bilang untung, itu yang namanya positive thinking :). Tapi setelah mandi kok Ene rewel dan nggak mau jalan2 pagi dengan si Mbak seperti biasa. Setelah Ibu pegang2 lagi tubuhnya baru Ibu menyadari bahwa badan Ene sedikit panas. Ibu lantas memberi Ene obat turun panas, dan setelah Ene bisa ditinggal, Ibu berangkat kerja.

Ternyata ketika Ibu pulang kantor, badan Ene semakin panas sampai 38.9oC padahal obat turun panas rutin diberikan setiap 4 jam! Biasanya jika panas, Ene segera turun suhu badannya setelah minum obat. Seiring dengan itu nafsu makan Ene juga turun dan sempat mau muntah. Semula Ibu berencana membawa Ene ke dokter hari Selasa malam di klinik luar—bukan RS Krakatau Medika yang ditanggung perusahaan—dengan pertimbangan antrinya tidak terlalu panjang. Tapi karena sepanjang Senin itu panas badan Ene tidak ada tanda2 berkurang, akhirnya Selasa dini hari sekitar jam 2, Ibu membawa Ene ke Unit Gawat Darurat (UGD) RS Krakatau Medika ditemani si Mbak, sementara Uka yang masih pulas ditinggal di rumah dengan Yuk.

Sampai di UGD, Ibu sempat jatuh terduduk di beton batas taman saat mengangkat Ene dari mobil—Ene nggak mau digendong si Mbak—mungkin karena Ibu kecapekan, juga kurang hati2. Untung—yang kedua kali—Ene nggak pa2. Ene diterima perawat dan diukur suhu badannya, masih cukup tinggi 38.7oC. Saat itu dokter jaga sedang ke ICU nengok pasien. Agak lama nunggu baru dokternya datang. Sambil memeriksa dada Ene dengan stetoskop, dokter tersebut mengatakan ada kemungkinan Ene tertular Uka—tentunya setelah Ibu menjelaskan bahwa sebelumnya kakaknya sakit radang tenggorokan. Tapi setelah dada Ene diperiksa dengan stetoskop, dokter tersebut tidak mengatakan apa2 dan langsung menulis resep: obat turun panas, antibiotik, dan obat anti mual. Kalau memang Ene dicurigai kena radang tenggorokan seperti halnya Uka, yang Ibu heran kok justru tenggorokan Ene nggak diperiksa ya? Maksudnya, Ene nggak disuruh buka mulut sama Bu Dokter. Bukankah tanda fisik radang tenggorokan bisa langsung dilihat di tenggorokan Ene? Setidaknya itu yang Ibu tau sebagai orang yang awam dalam hal medis. Jadi penyebab Ene panas sama sekali blank!!! Salah Ibu juga sih, nggak nanya diagnosa dokter secara jelas, sementara kecenderungan banyak dokter—at least di Indonesia—adalah pelit informasi! Jadi kalau pasien nggak cerewet nanya ya nggak bakal tau penyakitnya apa. Pokoknya tau2 dapat resep aja! Biasanya Ibu cukup cerewet minta penjelasan ke dokter, tapi karena malam itu Ibu very exhausted, jadi nggak banyak nanya.

Dari UGD seharusnya Ibu langsung meluncur ke apotik di tempat lain—bukan di RS Krakatau Medika yang apotiknya tidak buka 24 jam—untuk menebus resep, tapi karena Ene nangis nggak mau duduk dengan si Mbak di kursi belakang mobil, maunya dipangku Ibu, akhirnya Ibu memutuskan pulang dulu dan ke apotiknya naik taxi. Untung—yang ketiga kali—di Cilegon sudah ada taxi Pusaka Banten dari Blue Bird Group. Tentu saja Ene ikut Ibu lagi ke apotik karena dia sama sekali nggak mau lepas dari gendongan Ibu. Sepulang dari apotik, obat turun panas langsung Ibu berikan ke Ene, sementara obat yang lain menunggu perkembangan dulu.
Singkat cerita, setelah minum obat turun panas resep dari dokter, suhu badan Ene mulai normal, tapi masih nggak mau makan (muntah terus) dan nggak mau minum susu botol, satu2nya yang masuk ke perut Ene adalah ASI. Untung—yang keempat kali—Ene masih mendapat ASI. Ibu akhirnya memutuskan untuk mengambil cuti kerja selama tiga hari dari Selasa sampai Kamis supaya bisa menunggu Ene recovery, sekalian Ibu juga istirahat agar nggak jatuh sakit juga, berabe kan?! Alhamdulillah, Ene sekarang sudah sehat dan ceria lagi as usual.

O ya, selama Ene sakit itu Ibu selalu sms-an dengan Bapak untuk mendapatkan support. Untung—yang kelima kali—teknologi sms sudah berkembang pesat. Hal yang paling berat jauh dari Bapak memang ketika Udane sakit. Saat Uka panas minggu lalu, Bapak bisa mempercepat kepulangannya ke Cilegon karena saat itu menjelang weekend. Tapi ketika Ene sakit hal tersebut nggak mungkin dilakukan karena Bapak baru saja tiba di Jogja Senin pagi. Apalagi Bapak juga lagi sibuk2nya menjaga mahasiswa yang sedang ujian, maklum akhir semester. Tapi via sms2nya dan telpon2nya setiap malam, Bapak selalu hadir di antara Ibu dan Udane untuk memberikan dukungan. Coba simak salah satu sms Bapak yang bikin air mata Ibu runtuh: "Mom, sorry ya aku semalam—maksudnya pas ke UGD—nggak nemanin. I'm really sorry". Menyentuh kan?! Eh, ketika lagi nulis entry ini Ibu dapat sms dari Bapak, isinya Bapak akan pulang ke Cilegon Jumat malam ini. Horeee... Bapak pulang!!!

Terima kasih Tuhan, Kau selalu mendampingi kami dan memberi kekuatan pada kami sekeluarga dalam melewati masa2 sulit. Amin.

Monday, June 13, 2005

Busy Weekend

Weekend 11-12 Juni 2005 ini Udane cukup sibuk. Ada 2 (dua) agenda utama, yaitu menghadiri ultah Rheza, teman Uka, di McD dan mengikuti lomba menggambar. Sebenarnya acara2 ini adalah acara Uka, sedangkan Bapak, Ibu, dan Ene penggembira saja :D

Kedua acara tersebut hampir saja batal karena hari Kamis malam sampai Jumat malam Uka panas mencapai 39.4oC. Bapak yang biasanya pulang ke Cilegon setiap Sabtu sore sampai membatalkan acara2nya di Sabtu pagi dan mengejar pesawat terakhir Jumat malam (Thanks Dad!). Selama Uka panas, Ibu kangen berat dengan kecerewetannya yang kadang2 sampai bikin Ibu capek atau tidak bisa menjawab. Alhamdullilah, Sabtu pagi Uka bangun dengan senyumnya yang sudah hampir dua hari nggak kelihatan. Dan saat itu juga dia memproklamirkan diri bahwa dia sehat dan siap ke ultah Rheza!!! Akhirnya Bapak mengijinkan Uka menghadiri ultah Rheza dengan syarat mampir ke dokter dulu untuk memastikan kondisinya. Setelah diperiksa dokter, ternyata Uka kena radang tenggorokan. Hal ini sudah Ibu duga karena sebelumnya beberapa kali Uka panas mendadak penyebabnya ternyata radang tenggorokan.

Tentang ultah Rheza, ternyata acara ini sempat dibatalkan hari Jumat karena Rheza panas, radang tenggorokan juga. Tapi Ibu dan Uka nggak tau pembatalan ini karena hari Jumat Uka nggak masuk sekolah. Taunya malah ketika Mama Rheza Sabtu pagi telpon dan mengabarkan kalau acara ultah jadi diadakan. Lho...! Baru setelah Mama Rheza cerita Ibu jadi ngeh :) Di kesempatan telpon itu malah ganti Ibu yang minta maaf karena Uka nggak bisa datang ke ultah Rheza karena habis panas juga—pagi itu ketika Mama Rheza telpon belum ada statement dari Bapak boleh atau tidak pergi ke ultah Rheza :) Jadi, ketika akhirnya Uka hadir, Mama Rheza surprise juga dan ikut senang. Seperti biasa perayaan ultah di McD, ada beberapa lomba untuk anak2. Uka memenangkan salah satu lomba dan mendapat hadiah gelas plastik bertutup. Mau tau lomba apa yang dimenangkan Uka? Lomba berteriak paling kencang!!! Padahal tenggorokan Uka masih kena radang!


Ki-ka depan: Faiz, Uka, Aldien, Fadil, Dava, Azka, Fauzan, Nazmi, Rheza. Belakang: Rafi (baju kotak2 biru, lebih jelas di foto berikutnya), Farras (ngintip di antara Azka dan Fauzan).


Uka lagi ikut lomba menangis, tapi yang ini Uka nggak menang, yang menang Albert (bercelana kuning).

Tentang lomba menggambar, sebenarnya acara utamanya adalah Seminar Interaktif Trik Mendongeng yang diselenggarakan oleh Sekolah Mutiara Bunda Cilegon bekerjasama dengan 98.1 Harmony FM—salah satu stasiun radio di Cilegon dengan konsep family radio station—di Hotel Permata Krakatau. Ibu tertarik dengan seminar ini selain karena salah satu pembicaranya adalah P.M. Toh—itu lo... tokoh mendongeng dari Aceh yang suka muncul di iklan layanan masyarakat di TV—juga ada lomba menggambar untuk anak2. Nah.. ini kan bisa jadi obat kecewa karena beberapa waktu lalu Uka batal ikut lomba mewarnai akibat telat mendaftar :) Sayang acaranya molor satu jam dari jadwal sehingga ketika giliran P.M. Toh mendongeng, anak2 sudah bosan dan lelah sehingga beberapa berkeliaran nggak mau duduk manis dan yang lain ada yang menangis, padahal format dongeng P.M. Toh menarik karena menggunakan media TV buatan dan P.M. Toh berada di dalam TV tersebut. Uka pun beberapa kali nanya kapan lomba menggambarnya. Setelah nanya ke panitia, ternyata lombanya setelah P.M. Toh mendongeng.

Di acara ini Uka (lagi2) mendapat hadiah karena berhasil menjawab pertanyaan panitia tentang warna dasar logo Bank Niaga, salah satu sponsor acara. Kali ini hadiah yang diterima Uka berupa CD Soundtrack Film Rumah Ketujuh persembahan dari Bank Niaga. Sebenarnya jawaban Uka kurang tepat karena Uka menjawab 'orange' sementara yang benar adalah merah. Tapi Uka tetap mendapat hadiah dari panitia, mungkin karena keberaniannya mengangkat tangan dan tampil ke atas panggung. Hadiah ini Uka persembahkan untuk Ibu, katanya, "Ini untuk Ibu aja", sambil menyerahkan CD itu ke Ibu. How sweet!!! Tentang jawaban Uka, Bapak berkomentar, "Yang benar itu jawaban Uka, orange, karena sablon logo Bank Niaga yang tertera di spanduk di atas panggung itu lebih kelihatan orange daripada merah". Hehehe... iya deh Pak... namanya juga anak Bapak!

Lomba menggambarnya ternyata justru nggak lama—itu yang Ibu lihat untuk kelompok TK, yang SD dipisah di ruang lain—karena anak2 TK yang diminta menggambar bebas dengan tema On The Farm kebanyakan belum fokus dan belum bisa konsentrasi untuk waktu yang lama. Jadi baru menggambar sedikit eh.. sudah dikumpulkan ke panitia, termasuk Uka :) Uka malah awalnya bingung mau menggambar apa. Baru setelah tengok kiri kanan dia dapat ide :) Ibu lihat Uka menggambar batang pohon beserta daunnya dan di sebelahnya menggambar awan dan hujan. Waktu Ibu tanya apa yang digambar, Uka bilang dia menggambar dunia! Dan seperti halnya ketika mengikuti Lomba Busana Adat di sekolah beberapa waktu lalu, kami tidak menunggu hasil lomba diumumkan, karena yang penting adalah menumbuhkan rasa percaya diri dan kreativitas Uka! Lagian, Bapak dan Ibu cukup jujur menilai bahwa ada beberapa anak lain yang gambarnya lebih pantas memenangkan lomba :D


Di acara ini Uka ketemu teman sekolah, Deo dan Galang, yang juga mau ikut Lomba Menggambar. Mereka lagi nunggu acara dimulai.


P.M. Toh sedang mendongeng di dalam 'TV'-nya.


Uka berdiri terpesona mendengarkan dongeng P.M. Toh, sementara Ene tertidur di pangkuan Bapak :)


Nah.. ini aksi Uka ketika mengikuti Lomba Menggambar. Meja gambarnya dibeli Bapak mendadak sesaat sebelum lomba—untung ada yang jual—setelah melihat para peserta lain sudah siap dengan meja gambar masing2. Maklum Uka masih amatir :D

Thursday, June 09, 2005

Berburu Cicak

Beberapa waktu lalu Bapak nangkap cicak lalu Uka dan Ene diminta memegangnya. Maksudnya tentu untuk mengenalkan binatang tersebut pada Udane. Maklum Bapak kan penyayang binatang, jadi mau menularkan hal tersebut ke anak2nya, apalagi cicak termasuk binatang favorit Ene selain 'pupu' (kupu2), 'guguk' (anjing), dan 'meong' (kucing). Nah, sejak saat itu acara berburu cicak menjadi acara rutin setiap Bapak pulang ke Cilegon :)

Kalau sedang berburu cicak—yang tiap malam selalu saja muncul di ruang tamu, apalagi di sekitar lampu neon teras—Uka dan Ene hebohnya bukan main! Mereka lari sana lari sini sambil teriak2 dan nunjuk2 arah cicak yang dikejar Bapak yang menggunakan penebah kasur sebagai alat berburunya. Biasanya cicak2 yang sedang diburu lantas ngumpet di balik pigura foto2 di dinding atau di balik lukisan. Jadi nggak heran kalau foto2 dan lukisan di dinding posisinya jadi miring sehabis acara berburu karena digeser sedikit oleh Bapak supaya cicaknya keluar. Dan seringkali tidak ada yang ingat untuk ngebenerin posisi pigura2 tersebut, sampai pernah Bude Evi berkomentar, "Setiap kali main ke sini sepertinya lukisan ini kok miring terus ya? Apa sengaja?" :D. Ternyata Bude Evi yang sesekali ke Cilegon justru memperhatikan, sementara orang2 di rumah, termasuk Ibu, malah nggak memperhatikan :)

Oh ya, acara berburu cicak hanya terselenggara atas kerjasama dengan Bapak. Ibu nggak bakalan memenuhi permintaan Udane berburu cicak karena Ibu geli dengan cicak! Kalau hanya melihat dari dekat sih nggak pa2, tapi kalau harus memegang... no way!!! Badannya yang lunak dan gerak dadanya yang naik turun karena bernapas itu yang bikin geli kalau harus dipegang, hiiii..... Ene pun awalnya geli ketika memegang cicak. Dia sampai bergidik dan cicaknya langsung dilempar! Tapi ketika melihat Uka memegang cicak, Ene nggak mau kalah, cicak tersebut buru2 dimintanya dari Uka sampai akhirnya dia berani dan terbiasa memegang cicak. Wah... ternyata Ene lebih hebat dari Ibu :)

Friday, June 03, 2005

Topeng Monyet Lagi

Tadi siang Udane nonton topeng monyet lagi, the one we called about two weeks ago. Sebenarnya Ibu tidak mau memanggil lagi ketika topeng monyet itu lewat depan rumah, tapi Uka me-rengek2 minta nonton lagi, apalagi si topeng monyet sepertinya sengaja memukul gendangnya keras2 dan berjalan lambat2—taktik basi deh :)—jadi akhirnya Ibu luluh juga.

Semula Ibu berniat meminta si topeng monyet untuk menggelar pertunjukan di luar pagar seperti sebelumnya, tapi karena di luar matahari bersinar terik, Ibu jadi nggak tega dan membiarkan topeng monyet itu beraksi di halaman rumah. Dan untuk menghindari hal2 yang tidak diinginkan Ibu minta supaya nggak ada pertunjukan ular. Namun ternyata setelah topeng monyetnya pergi Uka nanya ke Ibu, "Kok ularnya nggak ada ya Bu?". Ibu bilang kalau memang Ibu yang minta, eh.. Uka langsung cemberut, "Yah... Ibu, aku kan sayang sama ularnya". Wah... Ibu bingung juga melihat Uka yang seperti mau nangis, akhirnya Ibu bilang, "Ya udah... nanti kalau manggil topeng monyet lagi Ibu akan minta supaya ularnya dikeluarkan". Baru deh Uka senyum lagi.

BTW, ternyata benar Bapak, si monyet namanya Santi, bukan Cantik seperti yang dikira Ibu. Telinga Ibu agak 'sombong' rupanya :D

Thursday, June 02, 2005

Obrolan di Telpon

Belakangan ini kalau Bapak telpon ke rumah, Ene nggak mau ketinggalan ikut ngobrol. Ene sudah ngerti apa yang diomongin Bapak, tapi mengingat kosakata Ene masih terbatas, jawabannya jadi lucu. Ngomongnya nggak jelas, seperti terpelintir lidahnya :D.

Begini nih tipikal obrolan Bapak dan Ene:

B: Hallo Ene!
E: (Diam)
B: Ene, ini Bapak.
E: Bapak...
B: Ene lagi ngapain?
E: Belgelgbligkelgbligelk... (Bahasa planetnya keluar deh... Hehehe...)
B: Sudah makan belum?
E: Kelgbelgbligelkelg...
B: Belum bobok?
E: Bligkelgbligelkgelkbilg...
B: Uka mana?
E: Kaka... kaka... (Ene sambil nunjuk2 Uka. Memangnya Bapak bisa lihat Ene? Hehehe..)
B: Cicaknya mana?
E: Cicak... cicak... (Ene sambil melihat ke dinding dan langit2 ruang tamu mencari cicak)
B: Kupu2nya mana?
E: Pupu... pupu... (Lagi2 Ene sambil melihat ke sekeliling ruang mencari kupu2 yang sering masuk ke rumah)

Wednesday, June 01, 2005

Ultah Uka Ke-5

Hari ini 1 Juni Uka berulang tahun yang ke-5. Nggak terasa... sepertinya baru kemarin Uka masih sebesar Ene, bahkan Ibu kadang2 suka salah memanggil Ene dengan Uka :) Selamat ulang tahun Uka! Semoga doa Bapak dan Ibu yang terkandung dalam namamu—lihat posting Tentang Nama—menjadi kenyataan, amin.

Seperti tahun2 lalu, kali ini pun tidak ada perayaan spesial, biasanya sih cuma memesan makanan dari luar sesuai maunya Uka. Cuma sekali aja Ibu bisa dibilang merayakan ultah Uka, yaitu waktu ultah ke-1. Nggak dirayakan di rumah sih, Ibu cuma ngantar nasi kuning dalam kotak ke para tetangga plus teman2 kantor. Itu pun nasi kuningnya nggak bikin sendiri tapi pesen di catering :) Dasarnya Ibu nggak bisa masak dan nggak mau repot! :D

Bapak dan Ibu sejak kecil juga tidak mempunyai kebiasaan merayakan ultah. Tapi Ibu masih mending ingat ultah kakak dan adik Ibu, jadi masih saling mengucapkan selamat. Nah... Bapak tuh nggak tau sama sekali tanggal lahir adik2nya! Tahunnya pun baru ingat kalau sudah membandingkannya dengan kejadian lain. Ternyata masih ada ya orang seperti Bapak di jaman ini :D

Ultah ke-5 ini Uka dapat kado komputer mainan dari Bapak. Dan karena Bapak bisanya ke Cilegon hanya weekend, so daripada telat ngasih kadonya, kado itu sudah diberikan Minggu 29 Mei yang lalu. Sedangkan untuk nanti malam, Uka maunya makan pizzaaaaa.......... Wah.. kalau ini mah Ibu dan Ene juga doyan banget! :D


Uka dengan kado komputer mainan dari Bapak, sementara Ene asyik dengan santapannya :)