Friday, October 28, 2005

Met Lebaran 1426 H

Hari ini terakhir Ibu masuk kantor sebelum cuti Lebaran sampai 14 Nov 2005. Dan karena selama cuti tidak akan akses ke Internet (tidak hanya libur kerja, tapi juga libur ngeblog hehe..), jadi pada kesempatan ini ijinkan kami sekeluarga, dengan segala kerendahan hati, mengucapkan kepada segenap kerabat, sahabat, rekan, dan handai taulan:

SELAMAT IDUL FITRI 1426 H
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN

Setelah sebulan mengendalikan diri...
Setelah sebulan berintrospeksi...

Kini...
Kembali fitri... kembali suci...
Dan Insya Allah tetap bersih diri...
Sampai saat Ramadhan berikutnya nanti...

Wednesday, October 26, 2005

Mudik

Menyambut Idul Fitri 1426 H ini, seperti halnya tahun-tahun lalu, kami berencana mudik ke Wonosobo (rumah Mbah Hardjo kakung dan putri) dan Surabaya (rumah Yang Nuk). Semenjak berdomisili di Cilegon tahun 1992, hanya dua kali Ibu nggak mudik.

Yang pertama waktu hamil Uka (1999). Sebenarnya waktu itu Bapak dan Ibu sudah berencana mudik karena usia kehamilan Uka sekitar 4 bulan, jadi berada pada usia yang aman—Menurut yang Ibu baca di banyak buku dan majalah, 3 bulan pertama dan 3 bulan terakhir kehamilan, sebaiknya tidak melakukan perjalanan jarak jauh—namun apa daya, ternyata Ibu mengalami flek. Sebenarnya fleknya tidak termasuk yang parah, hanya sedikit noda coklat. Tapi karena ini kehamilan pertama dan kehadiran Uka sudah ditunggu selama setahun lebih—Ibu hamil Uka sebulan setelah ultah perkawinan yang pertama—jadinya Bapak dan Ibu khawatir! Daripada nanti ada apa2 dan menyesal, maka diputuskan untuk berlebaran di Cilegon saja.

Yang kedua nggak mudik juga karena alasan hamil, tentu saja kali ini hamil Ene :) Waktu itu usia kehamilan Ene sudah 8 bulan lebih, jadi kebayang kan buat jalan aja sudah susah, apalagi kalo Ibu harus melakukan perjalanan darat dari Cilegon ke Surabaya. Ntar kalo mbrojol di jalan gimana hehehe... Kali ini justru Yang Nuk yang diimpor ke Cilegon :) Selain sekalian untuk menunggu kelahiran Ene, juga untuk menjadi juru masak kami hihihi... Maklum, kan pembantu pada mudik sementara Ibu nggak pinter masak—Mesti kursus dulu nih ama Tante Inong yang jago masak :D—jadi kan lebih baik diserahkan kepada ahlinya. Alasan! Hahaha...

Padahal Yang Nuk tuh pinter jahit n masak, dan Ibu adalah satu2nya cewek dari empat bersaudara. Tapi kepinteran Yang Nuk itu kok ya nggak nurun sama sekali ke Ibu hehehe... Ato justru karena cewek satu2nya, jadinya waktu kecil lebih sering mainan ala cowok yang sudah pasti jauh dari dapur :) Apalagi hal ini didukung oleh (alm) Yang Gik yang selalu membela Ibu dengan mengatakan ke Yang Nuk, "Nggak perlu pinter masak, yang penting pinter cari duit nanti kan bisa membayar orang untuk masak!". Ibu memang dimanja oleh Yang Gik hihihi... Walhasil, begini deh jadinya Ibu, nggak bisa masak, hahaha... Ups, nggak bisa masak kok bangga! :)

Kok jadi cerita ke masa kecil? Balik ke topik mudik ya, sesuai judul hehehe... Begini, insya Allah kami berempat mau mudik 29 Okt - 9 Nov 2005. Sebenarnya sih cuti Ibu sampai tanggal 14 Nov, tapi sayangnya libur Bapak—Sebagai dosen, Bapak nggak kenal cuti, adanya libur :D—cuma sampai 9 Nov, jadi Ibu menyesuaikan. Rencananya Bapak ke Cilegon Jumat (28/10) siang naik pesawat. Sabtu (29/10) pagi (saat sahur) kami berangkat bawa mobil sendiri.

Bapak lebih suka melakukan perjalanan siang daripada malam hari karena kalo malam silau oleh lampu mobil yang berpapasan. Karena Bapak yang nyetir, Ibu ya nurut aja wong tinggal tidur hehe... Bapak nggak mau digantiin Ibu nyetir kalo pas mudik gitu. Cuma sekali Ibu pernah gantiin nyetir, yaitu waktu kaki Bapak sakit. Itupun cuma dari Pamanukan ke Cilegon. Tapi lumayanlah.. setidaknya itu jarak terjauh yang pernah Ibu capai dengan nyetir sendiri hehe..

Jadi, kalo selama tanggal tersebut di atas, blog ini nggak di-update ya harap maklum. Buat para penggemar—Duh.. sombongnya, belum juga jadi artis! Hahaha...—jangan kecewa ya :) I'll be right back ASAP! Buat semua yang pada mudik, hati2 di jalan. Semoga Allah swt. melindungi kita di perjalanan hingga sampai ke tempat tujuan dengan selamat. Amin.

Monday, October 24, 2005

Mengamati Siput

Jumat lalu (21/10) menjelang magrib, Ibu keluar ke teras. Maksudnya ngabuburit—Ngabuburit kok ke teras, nggak ada yang lain apa? :D—sambil nunggu sirene tanda magrib yang selalu dibunyikan di kompleks kami setiap Ramadhan. Sampai di teras, eh.. ada seekor siput sedang merayap. Ibu lantas memanggil Uka dan Ene yang selalu antusias dengan segala sesuatu yang berbau binatang!

Benar saja, dua buah hati Ibu ini segera berlarian ke teras. Acara mengamati siput pun dimulai. Uka menyentuh cangkang siput dan refleks si siput pun menyembunyikan kepala dan kedua sungutnya. Setelah beberapa saat, si siput mengeluarkan sungutnya lagi pelan2. Dan setiap kali sungut ini muncul—Mungkin fungsinya seperti periskop kapal selam untuk mengamati situasi lingkungan sekitar :)—Uka lantas menyentuh cangkang si siput dan lagi2 si siput menyembunyikan sungutnya. Sementara itu, Ene di sebelahnya asyik menemani Uka mengamati siput sambil menyedot botol susunya :D Kegiatan ini bubar begitu sirene tanda magrib berbunyi.

Ala Ronald McDonald

Nggak ada angin nggak ada hujan, ketika weekend dua minggu lalu (16/10) Udane pergi ke McD dengan Bapak dan Ibu, Uka minta difoto bersama Ronald McDonald dengan pose ala Ronald McDonald juga :). Dan inilah hasilnya! Tara.. tata.. tata.. !!! Sudah mirip belom? :D

Salah Ucap

Ketika Uka seusia Ene saat ini (dua tahun, 9 Des '05 nanti), ngomongnya tidak sebanyak Ene, sampai2 waktu itu Yang Nuk agak khawatir. Biasalah... kekhawatiran seorang nenek :) Ini pula yang mendorong Ibu untuk segera menyekolahkan Uka di PlayGroup di usianya yang persis 3 tahun saat itu. Dan ternyata memang sejak sekolah, Uka mulai banyak omong dan kosa katanya berkembang dengan pesat! Dan sekarang ini, menurut Ibu, Uka termasuk anak yang banyak omong sampai2 selalu mendapat catatan tentang hal ini di rapornya! :D

Tapi, di antara kefasihan Uka berbicara sejak sekolah, ternyata ada beberapa kata yang sering nyangkut ato salah diucapkannya berulang kali sebelum Ibu ato Bapak membetulkannya. Kata2 itu adalah (diurut sesuai kejadiannya sejauh yang Ibu ingat):

  • Sama-sama. Semasa PlayGroup sering diucapkannya 'nyama-nyama', tapi sekarang sudah nggak pernah nyangkut lagi. Justru sekarang ini, kadang2 Bapak ato Ibu sering dengan sengaja memlesetkan kata 'sama-sama' menjadi 'nyama-nyama'. Kalo sudah gitu, ganti Uka dengan ekspresi serius membetulkannya! :))

  • Barengan. Semasa PlayGroup sering diucapkannya 'bangengang' :D Sekarang Uka sudah nggak pernah salah.

  • Lemari. Semasa PlayGroup (bahkan mungkin sampai awal TK-A) diucapkannya 'melari'. Kalo Ibu bantu mengejanya per suku kata le-ma-ri, lantas Uka mengikuti tiap suku kata, Uka akan mengucapkan tiap suku kata dengan benar. Tapi setelah Ibu sambung 'lemari', eh.. balik lagi dia bilang 'melari'!!! Kayak srimulatan jadinya :)) Tapi sekarang, kata inipun sudah nggak pernah kepleset diucapkan Uka.

  • Es-em-es ato sms. Semasa TK-A (ketika PlayGroup, Uka belum ngeh ada kata ini) Uka mengucapkannya 'e-me-es' (dengan 'e' seperti pada kata 'nenek'). Kata ini biasanya diucapkan Uka kalo dia memberitahu Ibu bahwa ada sms masuk. Agak lama juga Ibu mengajari pengucapan yang benar untuk kata ini, dan sekarang Uka sudah nggak pernah salah :)

  • Batre (maksudnya battery). Oleh Uka diucapkan 'barte'. Sampai saat ini kadang masih salah ucap, meski cepat2 Uka membetulkannya setelah tau kalo salah :)

  • Sereal. Oleh Uka diucapkan 'selera'. Kata ini masih sering salah diucapkan setiap Uka minta sereal, tapi segera dibenerin setelah Uka tau kalo salah :)

  • Bonus. Diucapkan 'bunos' oleh Uka. Sesekali Uka masih kepleset sampai saat ini.

  • Koperasi. Diucapkan 'kropasi' oleh Uka :) Masih termasuk kata yang sering nyangkut, mungkin karena jarang dipergunakan se-hari2. Biasanya Uka menyebut kata ini kalo diajak Ibu ke koperasi. Baru bisa bener kalo Ibu bantu mengejanya per suku kata :D
Omong2, apakah hal semacam ini sering dialami anak2 lain ya? Ada yang bisa kasih info?

Monday, October 10, 2005

Fisioterapi

Sudah sejak sekitar sebulan yang lalu Uka batuk. Sudah dua kali ke dokter, eh.. masih belum sembuh juga. Bunyi batuknya sampe grok-grok gitu. Ke dokter pertama dapat antibiotik plus obat pereda batuk. Ke dokter yang kedua (lain dokter) nggak dikasih antibiotik lagi, cuma pereda batuk. Menurut dokter tersebut sudah nggak ada radang jadi nggak perlu antibiotik, hanya saja dahak di saluran pernapasan Uka masih banyak. Dan selama dahak tersebut belum bersih, maka Uka akan terus batuk karena hal itu merupakan reaksi tubuh untuk mengeluarkan dahak.

Pada kesempatan ini, dokternya menganjurkan supaya Uka dibantu fisioterapi untuk mengeluarkan dahaknya. Anjuran ini tidak segera Ibu laksanakan dengan pertimbangan menunggu reaksi obatnya dulu, siapa tau pada pengobatan kedua ini Uka bisa sembuh tanpa perlu fisioterapi. Tapi ternyata meski obat sudah habis, batuk Uka tetap belum sembuh. Bahkan akhirnya apa yang Ibu khawatirkan terjadi, Ene dan Ibu tertular batuk juga :(

Akhirnya, hari Senin 03/10/2005 Ibu, Uka dan Ene barengan ke dokter (dokter yang lain lagi, maklum di klinik umum, bukan dokter keluarga). Dan kali ini, Ibu langsung minta rujukan untuk fisioterapi buat Uka dan Ene. Jadi sejak Senin minggu lalu sampai Senin pagi tadi (kecuali hari Minggu), setiap pagi Uka dan Ene diterapi.

Fisioterapi ini rencananya akan diteruskan sampai dahak Uka dan Ene bersih atau maksimum 10 kali fisioterapi. Maksudnya, kalo belum sampai 10 kali sudah bersih dahaknya ya boleh distop, tapi kalo sudah 10 kali fisioterapi masih berdahak ya tetap harus distop. Begitu kata fisioterapis-nya. Cuma Ibu lupa nanya, batasan maksimum 10 kali itu atas alasan medis ato alasan aturan pendanaan. Maklum pengobatan ini dibiayai si ABIDIN alias Atas BIaya DINas, hehehe... Yang jelas, setelah 7 kali diterapi (sampai pagi tadi), batuk Uka dan Ene sudah jauh berkurang. Besok rencananya masih balik lagi.

Updated 21/10/2005:
Ternyata setelah Ibu cross-check lagi ke fisioterapis saat kunjungan ke-10 (13/10/05), batasan maksimum 10 kali itu karena alasan medis. Menurut si fisioterapis, kalau sudah 10 kali terapi ternyata kemajuannya lambat (paru2 masih ada dahak dan masih batuk2), ada baiknya konsul lagi ke dokter untuk minta pertimbangan medis selanjutnya. Sedangkan fisioterapinya sendiri, kalau mau, boleh saja diteruskan.

Atas dasar hal ini, selesai fisioterapi Ibu membawa Udane untuk menemui dokter lagi. Oleh dokter kami bertiga (Ibu, Uka dan Ene) diberi obat lagi. Untuk Ibu: antibiotik, obat batuk dan obat pilek (untuk jaga2 karena Ibu nggak mengeluh pilek). Untuk Uka menunya komplit :D, yaitu antibiotik, obat batuk, obat pilek (Uka mengeluh pilek) dan penurun panas (kata dokter untuk jaga2). Untuk Ene: antibiotik, obat batuk dan balsam untuk dioles di dada.

Obat turun panas yang diresepkan untuk Uka ternyata justru terpakai oleh Ene karena Senin lalu (17/10/05) Ene tiba2 panas 38oC di malam hari. Mungkin karena Ene pilek berat. Ibu heran juga, sebelumnya tidak ada tanda2 Ene pilek, tapi tiba2 pilek berat dan panas. Sekarang Ene sudah nggak panas, tapi masih pilek, jadi masih suka rewel yang nggak jelas :( Sepertinya kondisi tubuh Ene lagi drop. Moga aja Ene segera pulih lagi seperti sedia kala. Amin.

Menurut fisioterapis yang bertugas, fisioterapi bertujuan untuk membantu metabolisme tubuh, sehingga dahak lebih mudah dikeluarkan. Fisioterapi untuk batuk berdahak ini—khususnya untuk anak2 karena mereka belum ahli dalam mengeluarkan dahak :)—terdiri dari 3 treatment, yaitu:

  1. Infra red radiation: Berupa penyinaran pada bagian dada (paru2) dengan sinar infra merah.
  2. Nebulizer: Berupa pemberian uap hasil pemanasan cairan obat dengan alat Nebulizer pada saluran pernapasan. Jadi uap ini diarahkan menggunakan selang menuju masker yang dipakai di mulut dan hidung.
  3. Partial exercise: Berupa tindakan me-nepuk2 dada dan punggung disertai pemijatan.
Treatment 1 dan 2 dapat dilakukan bersamaan selama 10 menit, sedangkan treatment 3 dilaksanakan sesudahnya sekitar 5 menit. Jadi lama treatment total sih nggak lama, cuma sekitar 15 menitan, tapi kadang2 harus nunggu agak lama karena antri. Untungnya di dekat ruang fisioterapi RS Krakatau Medika ada taman dengan patung kodok besar yang mengeluarkan air mancur dari mulutnya. Nah.. biasanya Uka dan (terutama) Ene nongkrong di situ nungguin si kodok hehe..

O ya, selama fisioterapi Ene mendapat pujian dari fisioterapisnya. Katanya, jarang ada anak seumur Ene yang nurut ketika diterapi. Kebanyakan nangis dan harus dipegangi ortunya. Ene justru langsung naik sendiri ke kursi saat gilirannya tiba, bahkan marah kalo Uka didulukan :D Ini mungkin karena Ene mencontoh Uka. Dalam banyak hal, Uka memang role model Ene. Hasilnya, kegiatan terapi ini jadi seperti main2 dengan Uka buat Ene :D

Seingat Ibu, sejak Ene bayi sudah 4 kali ini dia diterapi karena batuk. Selama itu Ene nggak pernah nangis, paling2 nggak bisa duduk tenang aja ketika dia mulai bisa duduk sendiri. Kepalanya noleh sana sini sehingga selangnya mesti dipegangi Ibu untuk mengikuti gerakan kepalanya. Ibu sendiri juga agak surprise ketika kali ini melihat Ene bisa duduk manis selama diterapi :D. Sedangkan Uka, baru kali ini diterapi. Sebelumnya kalo Uka batuk, nggak sampai diterapi sudah sembuh dalam jangka waktu seminggu sejak diobati. Entah kenapa kali ini kok batuknya bandel :)


Day 1 ga ada fotonya karena batre hp Ibu tinggal dikit, hanya cukup untuk kirim sms, ga bisa dipakai njepret :( Day 3 foto Udane terpisah karena terapinya ga barengan. Setelah fisioterapisnya tau kalo Ibu selalu mendokumentasikan hari2 Udane diterapi, hari2 berikutnya Udane selalu diterapi bareng :)


Nah, begini ini yang namanya Partial Exercise. Tubuh Udane dibolak-balik—kaya tahu goreng aja :D—terus di-tepuk2 bagian dada, punggung, dan sisi kiri dan kanan dada. Tapi nepuknya ga sembarangan, posisi telapak tangan harus agak cekung dan jari tertutup rapat, jadi nggak menyakitkan, malah sepertinya Udane menikmatinya. Selesai Nebulizer dan Infra Red Radiation, Udane langsung mencari tempat tidur yang kosong (ada beberapa tempat tidur di situ) dan berebut naik untuk terapi 'tepuk' ini :D

Tuesday, October 04, 2005

Marhaban Ya Ramadhan

Ramadhan...

saat memberi...
saat berbagi...
saat pengendalian diri...
saat introspeksi...

Sepenggal cerita... sebuah introspeksi...

The story tells about a mountain climber, who wanted to climb the highest mountain. He begun his adventure after many years of preparation, but since he wanted the glory just for himself, he decided to climb the mountain alone.

He started to climb but it begun to get very late, and instead of preparing his tent to camp, he kept climbing until it got very dark.

The night felt heavy in the heights of the mountain, and the man could not see anything. All was black. Zero visibility, and the moon and the stars were covered by the clouds.

As he was climbing, only a few feet away from the top of the mountain, he slipped and fell into the air, falling at a great speed. The climber could only see black spots as he went down, and the terrible sensation of being sucked by gravity. He kept falling… and in those moments of great fear, it came to his mind all the good and bad episodes of his life.

He was thinking now about how close death was getting, when all of a sudden he felt the rope tied to his waist pull him very hard.

His body was hanging in the air... Only the rope was holding him, and in that moment of stillness he had no other choice but to scream: HELP ME GOD!!

All of a sudden, a deep voice coming from the sky answered:

+ What do you want me to do?
- Save me God!!
+ Do you really think I can save you?
- Of course I believe You can.
+ THEN CUT THE ROPE TIED TO YOUR WAIST.....

There was a moment of silence; and the man decided to hold on to the rope with all his strength.

The rescue team tells, that the next day a climber was found dead and frozen... his body hanging from a rope. His hands holding tight to it...

ONLY 10 FEET AWAY FROM THE GROUND!

And you? How attached are you to your rope? Will you let go?

Don’t ever doubt the things from God. You never should say that He has forgotten or abandoned you. Don’t ever think that He does not take care of you. Remember that He is always holding you with His right hand.

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya!

Catatan: Cerita disadur dari file presentasi yang dikirim seorang kawan.

Monday, October 03, 2005

Pesan dari DEPKOMINFO

Kemarin Bapak yang dapat. Hari ini giliran Ibu yang dapat. Bukan! Bukan dapat doorprize! Hehehe... Tapi dapat SMS dari Depkominfo alias Departemen Komunikasi dan Informasi yang bunyinya sbb:

"BBM terpaksa dinaikkan, agar subsidi dapat dialihkan dari orang kaya kepada rakyat miskin. Bantu awasi SUBSIDI TUNAI kepada rakyat miskin. Terima kasih."

SMS ini sehubungan dengan kenaikan harga BBM per 1 Oktober 2005 lalu. Kemarin beli premium memang agak kaget juga sih, Rp90.000,- cuma dapat 20 liter, padahal sebelumnya hampir dua kali lipatnya :) But it's okay! Kami bisa menerima keputusan ini.

Sekitar bulan Juni 2005 lalu, pernah beredar juga SMS dari Presiden RI sbb:

"Stop penyalahgunaan dan kejahatan Narkoba sekarang. Mari kita selamatkan dan bangun bangsa kita, menjadi bangsa yang sehat, cerdas, dan maju."

Terlepas dari isi pesan yang bersifat POSITIF, ada hal yang mengganjal buat Ibu. Apakah pengiriman SMS semacam ini tidak termasuk 'pelanggaran terhadap privacy' seseorang? Apalagi, tidak dimungkinkan bagi si penerima untuk me-reply SMS, meski sekedar ingin menyampaikan supaya tidak dikirimi SMS semacam ini lagi :((

Mungkin Ibu termasuk konservatif dalam hal ini. Bagi Ibu nomor HP sangat personal karena nomor ini langsung berhubungan dengan si pemilik nomor DIMANA SAJA dan KAPAN SAJA—Kalo dinyalakan dan dibawa terus tentunya :). Oleh karenanya, tidak ke semua orang Ibu membagikan nomor HP. Termasuk nomor HP teman yang ada di catatan Ibu pun tidak Ibu share ke sembarang orang. Ibu berpikiran, siapa tahu si pemilik nomor berkeberatan. Tapi sebaliknya, Ibu tidak pernah memberi pesan ke teman atau siapa saja yang tau nomor HP Ibu supaya tidak membagikan nomor Ibu ke orang lain :) Hal itu Ibu serahkan sepenuhnya kepada yang bersangkutan. Prinsip Ibu ini sifatnya eksklusif, hanya berlaku untuk Ibu sendiri :D. Karena Ibu nggak punya hak untuk mengatur orang lain.

Dan karena pemikiran yang konservatif ini, Ibu jadi merasa terlanggar 'wilayah privasinya'—Ceilaaaah.... :)—saat menerima SMS dari Presiden RI tempo hari dan dari Depkominfo tadi pagi. Terlebih lagi karena dua alasan lain di bawah ini:
  1. Ibu bukan pemakai Narkoba. Wekekekek....!!!; dan
  2. Ibu bukan—setidaknya belum merasa :)— termasuk golongan 'orang kaya'. Huahahaha...
BTW, kenapa kalo 'kaya' disebut 'orang kaya', sedangkan kalo 'miskin' disebut 'rakyat miskin'? Apakah 'yang kaya' bukan termasuk 'rakyat Indonesia'? Dan 'yang miskin' itu 'bukan orang'? Ada yang bisa jawab? :D

Bom Bali 2

CILEGON, Sabtu malam (01/10): Bapak, Ibu, Uka dan Ene lagi jajan bakso dan sate di Propelat.

SURABAYA, Sabtu malam (01/10): Yang Nuk (ibunya Ibu), Pakpuh Tri (kakaknya Ibu) dan Pakde Antok (kakaknya Ibu juga) lagi di Restoran Laguna. Pesta pernikahan Tante Gina, sepupu Ibu.

KUTA dan JIMBARAN, Sabtu malam (01/10): Bom meledak!!!

Berita ini Ibu terima via sms dari Yang Nuk yang mendapat info dari Pakde Antok yang dikabari temannya. Sepulang dari Propelat, Bapak segera menyalakan televisi untuk mencari informasi lebih lengkap. Dan benar, setelah kejadian tanggal 12 Oktober 2002, Bali kembali diguncang bom di tiga lokasi, satu di Kuta Square dan dua di pantai Jimbaran. Kabarnya ada beberapa bom lagi yang berhasil dijinakkan oleh petugas keamanan.

Duh Gusti, setiap kali ada kejadian semacam ini, selalu muncul pertanyaan, apakah si pelaku sudah tidak punya nurani? Apakah pantas mereka menyebut diri mereka manusia? Apakah pantas mereka mengemukakan 1001 alasan pembenaran atas tindakan itu? Tidak ada alasan apapun yang bisa dipakai sebagai pembenaran! Sekali lagi, TIDAK ADA!!!

Kepada para korban, semoga lapang jalanmu menuju Sang Pencipta. Kepada para keluarga korban, rasa dukacita kami terucap. Semoga diberi ketabahan dan kekuatan untuk menerima cobaan ini. Amin.

Catatan: Ilustrasi diambil dari KCM.