Monday, May 01, 2006

A Long Way to Get Uka's First Prize!

Setelah beberapa kali mengikuti macam2 lomba baik di Cilegon maupun di Jogja, mulai dari lomba foto balita, lomba menggambar (dua kali), dan lomba busana daerah, akhirnya tgl 23 Apr lalu Uka mendapatkan hadiahnya yang pertama! :D Tapi proses untuk mendapatkan hadiah ini, wow... it was a looong story! Siap2 tarik napas ya! :D

Critanya, hari Senin tgl 17 Apr Ibu dapat undangan dari sekolah Uka untuk menghadiri perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW sekaligus perayaan Hari Kartini pada hari Minggu tgl 23 Apr. Dalam perayaan itu diadakan lomba kekompakan dan keserasian berbusana antar keluarga anak didik. Jadi intinya, kami sekeluarga (tidak hanya Uka!) diminta berbusana daerah kemudian tampil unjuk kebolehan (nyanyi, nari, ato yang lain) di panggung.

Membaca undangan ini, Ibu sudah putus asa duluan! Bayangin, nyari busana daerah untuk Uka aja sudah ribet secara Ibu belum tau tempat persewaannya! (Weh.. pake basa gaol 'secara' niye.. :D) Apalagi kalo harus sekeluarga! Rasanya sih Ibu masih mau 'berkorban' ribet berbusana daerah demi anak (namanya juga ibu gitu loh! :D), tapi apa iya Bapak mau juga didandani? Wong dulu aja jaman jadi pengantin, kalo Ibu tidak memohon dengan sangat, Bapak nggak bakal mau pake pakaian adat Jawa. Basahan lagi!!! Hehehe.. Belum lagi harus merancang 'pertunjukan kecil' sekeluarga! Wah.. rasa2nya ini mission impossible! :D

Dan benar aja, setelah undangan ini Ibu sampaikan ke Bapak, Bapak cuma senyum tanpa komentar! Tapi rupanya Bapak juga nggak mau dituduh nggak mendukung kegiatan anak, jadi Bapak nanya ke Uka apakah Uka mau datang di acara sekolahnya. Dan ternyata tanpa Ibu duga, dengan tegas Uka menjawab, "Nggak! Nggak perlu!" Wah.. Bapak langsung ketawa karena artinya tidak ada lagi keharusan berbusana daerah! Klop! Hahaha... Jadi setelah itu tidak ada lagi pembicaraan tentang acara Mauludan dan Kartinian di sekolah Uka. Ibu pun tenang2 saja nggak nyari info tempat persewaan busana daerah. Sampai akhirnya terjadi kepanikan di hari Jumat 21 Apr!!

Pagi itu Ibu yang mengantar Uka ke sekolah, bukan Bapak seperti biasanya, karena selain mau mendaftarkan Ene ke Kelompok Bermain Masjid Kampus UGM, Ibu juga mau ke kantor Jamsostek terus dilanjut menghadiri acara Dharma Wanita Jurusan Teknik Mesin & Industri UGM. Nah, setelah mendaftarkan Ene ini, sesaat mau pulang, Bu Dewi (petugas administrasi) memulai percakapan tentang acara Mauludan dan Kartinian di sekolah. Gini kira2:

BD (Bu Dewi): Bu, nanti hari Minggu Mas Uka pake baju apa? (Di sekolah Uka, semua anak dipanggil 'mas' dan 'mbak')
Ibu: Mmhh... ya itu Bu, masih bingung mau pake baju daerah apa. Mungkin pake baju daerah yang praktis aja yang nggak perlu sanggulan wong rambut saya brondhol (dicukur habis) gini (sambil aksi mengelus rambut, cieee...!)
BD: Lo.. kan bisa to Bu berkebaya tapi berjilbab, jadi nggak usah disanggul.
Ibu: Eh.. oh.. (panic mode ON :D) bener juga sih. Yah.. nanti saya pikir lagi.
BD: Soalnya Mas Uka nanti kan jadi bapaknya Kartini, jadi baiknya kan pake baju Jawa, Bu...
Ibu: Ohh.. mmh.. (alarm mode ON!) lo.. ada operet-nya to Bu? Uka ikut pentas?
BD: Ya bukan operet sih.. cuma peragaan kecil kilas balik kehidupan Kartini. Mas Uka nanti jadi bapaknya Kartini. Nggak ada dialog kok, nanti Mas Uka cuma muter-muter jalan.
Ibu: (#%@$#%&%&!!!!) Baik Bu.. nanti saya usahakan.

Dengan janji itu, ibu melangkah pergi dengan alarm mode yang ON terus di kepala!!! :)) Yang terpikir waktu itu, Uka harus dapat pakaian adat Jawa entah gimana caranya. Ini karena masalahnya bukan lagi sekedar mau hadir ato tidak, tapi terkait dengan kepentingan orang lain (guru2 dan temen2 Uka) yang sudah bersusah payah latihan untuk pementasan. Kalo Uka nggak hadir, sudah pasti gurunya harus mencarikan gantinya yang tentunya bukan hal mudah. Sedangkan untuk Bapak dan Ibu, sudah nggak terlalu penting dipikir mau berbaju apa. Yang penting hadir!

Ibu lantas sms Bapak nanya tempat persewaan baju Jawa. Jawaban Bapak, 'coba tanya bu dewi'. (?????) Gimana mo nanya Bu Dewi? Klo nanya, kan sama aja memberitahu bahwa sejauh ini Ibu belum nyari sewaan baju, padahal jawaban Ibu ke Bu Dewi mengesankan bahwa masalahnya adalah bingung milih baju, bukan bingung mesti sewa dimana? :D Dan lagi saat sms Bapak diterima Ibu, Ibu sudah meninggalkan sekolah Uka. Karena masih belum ada ide mesti nyewa baju dimana, Ibu memutuskan tetap ke kantor Jamsostek dulu seperti rencana semula. Mungkin nanti pas kumpul2 dengan ibu2 di Dharma Wanita Ibu bisa nanya2.

Di kantor Jamsostek Jl. Urip Sumohardjo, ternyata Ibu perlu meng-copy beberapa dokumen yang diperlukan, dan tempat fotocopy terdekat adalah di seberang kantor Jamsostek. Ndilalah, di sebelah tempat fotocopy ini ada salon yang di plangnya tertulis 'Menyewakan baju2 daerah'. Wah.. ini dia, pucuk dicinta ulam pun tiba! Setelah fotocopy, Ibu lantas ke salon ini (kalo nggak salah namanya Salon Hanny). Sayang, di salon ini sudah tidak tersedia lagi baju daerah untuk anak2 karena sudah dipinjam semua :(( Tapi dari Salon Hanny ini, Ibu mendapat rekomendasi untuk nyari di Salon Novita Jl. Gejayan.

Selesai berurusan dengan Jamsostek, Ibu memutuskan untuk segera ke Novita, cuma ada sedikit masalah. Ibu sudah tau Jl. Gejayan karena tadi untuk ke kantor Jamsostek ini Ibu melewati jalan ini (FYI, Gejayan dan Urip Sumohardjo bersikuan membentuk huruf L. Dari Gejayan, belok kanan adalah Urip Sumohardjo-dulu dikenal sebagai Jl. Solo-sedangkan belok kiri adalah Jl. Adi Sutjipto), tapi karena Urip Sumohardjo lalu lintasnya searah, jadi Ibu nggak bisa langsung berbalik arah begitu saja! Mesti muter! Kalo muter lewat Jl. Prof. Yohanes terus ke Jl. Colombo terus masuk ke Gejayan, Ibu sudah tahu karena sudah sering Ibu lewati sendiri (maksudnya tanpa Bapak) kalo ngantar Uka ke dokter gigi. Tapi kok ya lumayan jauh muternya? Logika Ibu, mestinya ada jalan di perkampungan belakang Jamsostek ini yang tembus ke Adi Sutjipto, terus dari Adi Sutjipto bisa belok kanan ke Gejayan. Ibu lantas menanyakan hal ini ke petugas Jamsostek dan ternyata benar, ada jalan muter ke Adi Sutjipto di belakang kantor Jamsostek. Berbekal info ini, dengan penuh keyakinan Ibu menelusuri jalan yang dimaksud. Dan ternyata saudara2.... inilah untuk pertama kalinya Ibu merasa menjadi penduduk Jogja karena baru kali ini Ibu menelusuri jalan2 tikusnya!! :D

Perjalanan yang tadinya Ibu harapkan lebih singkat daripada via Jl. Colombo (jalur yang Ibu sudah tau) ternyata jauh lebih lama dan lebih berliku!!! Jadi rupanya jalan2 di belakang kantor Jamsostek itu kecil2, ber-belok2, dan parahnya ber-cabang2! Dan rupanya Ibu nyasar2 sampai akhirnya masuk ke jalan yang lumayan lebih lebar. Setelah melihat plang nama toko2 yang ada di jalan ini, ternyata ini adalah Jl. Timoho. Ibu lantas menepikan mobil sebentar untuk melihat peta Jogja (untung bawa peta Jogja! :D) Ibu mau ngecek posisi Timoho terhadap Adi Sutjipto. Ternyata ujung Timoho ini berakhir di (dan memotong) Adi Sutjipto. Ah.. akhirnya Ibu hampir sampai juga ke Adi Sutjipto.

Setelah menjalankan lagi roda mobil, nggak lama kemudian Ibu terhenti karena lampu merah. Refleks, Ibu ngambil jalur kanan karena berpikir bahwa belok kanan itu masih Timoho (maklum, Timoho ini nggak lempeng, ber-kelok2). Setelah lampu hijau, Ibu belok kanan. Dan ternyata..... itu artinya Ibu sudah masuk Adi Sutjipto tapi mengambil arah yang salah!!! Harusnya tadi itu Ibu belok kiri! Duh... kaco! Lebih nyesel lagi, kalo seandainya belok kiri Ibu bisa jalan terus, nggak terhenti lampu merah (kebanyakan perempatan/pertigaan jalan di Jogja kalo belok kiri boleh terus, kecuali jika ada tertulis harus mengikuti lampu lalin). Ya udah.. akhirnya Ibu nyari U turn di Adi Sutjipto untuk menuju Gejayan. :(( Huhh....

Singkat cerita Ibu sampai di Novita. Sebelum masuk, Ibu menatap lagi papan nama di atas, oh.. bener Salon Novita. Kenapa Ibu perlu meyakinkan diri? Karena dari luar, salon ini nggak seperti salon. Di ruangan bagian depan yang nggak terlalu luas, tampak seorang kakek keturunan Tionghoa bercelana pendek putih dan singlet (kaos dalam) putih sedang duduk2 sendirian di sofa panjang yang sudah lusuh. Setelah Ibu masuk lebih dalam, baru ada ruang berikutnya yang lebih luas. Di sini rupanya yang dinamakan salon itu berada, karena tampak ada beberapa kursi yang menghadap cermin besar. Tapi tidak seperti salon2 yang biasanya Ibu kunjungi yang terang benderang, salon ini kesannya gelap. Ibu lantas disambut pegawai salon yang sudah berumur yang menanyakan keperluan Ibu. Setelah tau maksud Ibu, dia mengajak Ibu masuk ke ruang lain yang lebih dalam yang sama juga remang2nya! Di ruang inilah terletak baju2 daerah (terutama Jawa) berikut semua perlengkapannya dalam lemari2 kaca sepanjang dinding untuk disewakan. Ah.. akhirnya ada juga baju yang bisa disewa untuk Uka. Setelah melihat baju2 seukuran Uka, ibu lantas pamit pulang dengan janji akan balik dengan membawa Uka supaya pas milih bajunya. Sebelumnya Ibu nanya berapa harga sewanya, dan si pegawai tersebut lantas nanya ke si Tacik (mbak) pemilik salon. Sambil rebahan di tempat tidur di ruang kecil yang ada di dekat situ (Ibu semula nggak tau ada ruang kecil ini karena remang2 juga, apalagi ternyata ada orang yang lagi rebahan di situ! Jadi Ibu kaget juga pas ada suara menyahut dari situ :D), si Tacik memberi harga Rp20.000 untuk satu set baju tanpa keris dan Rp25.000 kalo pakai keris. Tarif di Cilegon, mau pakai keris ato nggak, semua sama Rp25.000.

Selanjutnya Ibu meluncur ke kampus Bapak untuk acara Dharma Wanita. Tadinya Ibu mengira jadi satu2nya orang yang asing karena baru kali itu ketemuan dengan istri2 dosen yang lain, tapi ternyata ini adalah acara pertama Dharma Wanita Teknik Mesin & Industri setelah vakum selama kurang lebih 5 tahun! Jadi banyak juga ibu2 yang baru saat itu saling berkenalan, terutama yang muda2. Ibu jadi nggak merasa asing lagi, malah terus sok menyapa beberapa ibu yang kebetulan dulu pernah sama2 piknik keluarga ke Bromo dan Taman Safari Prigen tahun 2003 (waktu itu Ene masih di perut, 4 bulan) :D

Di acara ini Ibu duduk di sebelahnya Bu Andi yang baru kali itu juga ikut acara Dharma Wanita. Dari Bu Andi, Ibu dapat info beberapa salon yang menyewakan baju daerah. Katanya dia juga sempat berburu baju daerah di salon2 tersebut beberapa hari sebelumnya untuk anaknya yang TK juga, tapi semuanya sudah habis disewa sampai akhirnya anaknya (terpaksa) memilih pakai baju profesi sebagai alternatif. Tapi dia menyarankan untuk ngecek lagi ke salon2 tersebut, siapa tau baju2 tersebut sudah dikembalikan karena acara di sekolah anaknya sudah lewat. Kenapa Ibu masih nanya2 tempat sewa baju daerah meski sudah jelas ada di Novita? Soalnya Ibu mikir, jangan2 baju2 di Novita sudah lama nggak dicuci! :D Alasan pertama karena di saat banyak yang butuh gini, ternyata Novita masih punya pilihan baju daerah. Kedua, suasana Novita yang remang2 mengesankan barang2 di situ nggak dirawat dengan baik. Hehehe... ini alasan yang subyektif banget! Tapi Bu Andi juga mengingatkan, kalo memang ada yang masih punya stok baju daerah untuk disewa, ya mending 'ditubruk' aja. Lagi musim Kartinian gitu loh!

Selesai acara Dharma Wanita, Ibu mencoba mendatangi salah satu salon di daerah Condong Catur sesuai rekomendasi Bu Andi. Ibu langsung ke salon ini karena daerahnya relatif familiar buat Ibu. Dua salon lainnya yang juga direkomendasikan Bu Andi rasanya nggak bakalan Ibu datangi karena di area Keraton, wilayah di Jogja yang belum sempat Ibu masuki sejak tinggal di Jogja :) Dan ternyata di salon Condong Catur ini sudah nggak ada lagi persediaan. Jadi akhirnya karena nggak ada alternatif (Ibu dah males n capek muter2 Jogja :D), setelah menjemput Uka sekolah, Ibu langsung menuju Novita lagi bersama Uka.

Sampai di Novita, Uka memilih sendiri baju yang dia mau pakai dan dia memilih yang pakai keris! Wah.. dia seneng sekali bisa milih yang berkeris! Sambil memegang keris tersebut dia berlagak ala jagoan :D Akhirnya setelah semua baju dan perlengkapan lengkap dipilih Uka, Ibu membayar biaya sewa dan meninggalkan KTP. Nah.. ini bedanya dengan di Cilegon, di Cilegon kalo minjem baju daerah nggak ditanya KTP, cukup menuliskan alamat di buku peminjaman, soalnya minjemnya di Bu Dodo yang percaya aja kalo yang minjem itu orang KS! Hehehe... Ibu belum punya KTP Jogja, untung aja KTP Cilegon masih berlaku dan masih bisa dipakai! Setelah itu kami segera meluncur pulang secara Ibu sudah capek banget! Seharian gitu loh muterin Jogja!!! :((

Sampai di rumah, Uka sudah disambut Ene, Brian, dan Dimas. Dengan bangga Uka bercerita kalo dia baru saja minjem keris sambil nyari2 keris di tasnya. Ternyata nggak ada! Ibu ikut bantu nyari2, eh.. tetep nggak ada!!! Duh.. kemana ya kerisnya? (panic mode ON lagi) Masak tertinggal? Memang sih tadi bukan Ibu yang masukin ke tas kresek, tapi pegawai Novita, jadi Ibu nggak yakin tertinggal beneran ato nggak. Ibu lantas mencoba nyari nomor telpon Novita di kuitansinya untuk nanyain keris, apa memang tertinggal, tapi ternyata nggak ada nomor telpon di kuitansi itu! :(( Berarti, satu2nya cara ngecek ya harus ke Novita lagi! Duh, males amat! Ibu lihat jam di dinding, masih jam 4 sore, artinya masih ada 2 jam sebelum Novita tutup. Well, akhirnya Ibu segera ngambil kunci mobil dan pamit pada Udane untuk ke Novita lagi. Untung aja Ene nggak minta ikut. Kalo Ene ikut wah.. bakal lebih ribet :P Dan dengan kecepatan penuh Ibu meluncur sepanjang Kaliurang (yang puadat banget!), belok kiri menyusuri Ring Road Utara, lalu belok kanan ke Gejayan. Di ujung selatan Gejayan, Novita sudah kelihatan, tapi karena posisinya ada di kanan jalan, jadi Ibu harus belok kiri dulu ke Adi Sutjipto, muter U turn, baru belok kanan masuk ke Gejayan lagi, langsung ambil jalur kiri dan stop di depan Novita!

Begitu masuk Novita langsung disambut si Tacik dengan pandangan bertanya. Setelah kujelaskan maksudku si Tacik bilang kalo nggak ada keris yang tertinggal. Deg! Wah.. dimana ya tuh keris? Ibu lalu nanya ke si Tacik, apa punya keris yang lain? Kalo ada, mau Ibu pinjam, sedangkan yang hilang ntar Ibu ganti. Ibu nyari gantinya karena kalo nggak pake keris, wah.. Ibu nggak yakin Uka mau makai beskap lengkap, wong yang bikin Uka antusias adalah kerisnya!! :) Si Tacik bilang ada dan dia langsung mengambilkan keris yang lain.

Sementara itu Ibu masih penasaran, masak sih kerisnya ilang? Ibu lantas nanya ke pegawai Novita yang tadi masukin ke tas kresek, sepertinya dia juga merasa nggak memasukkan ke tas kresek, tapi ragu mau bilang. Kali takut dimarahi si Tacik :) Si pegawai ini lantas memeriksa meja2 sekitar ruangan tempat Uka mencoba baju tadi, dan ternyata voila! Keris itu ketemu! Ada di atas salah satu lemari yang agak tinggi jadi nggak kelihatan sama si Tacik yang agak pendek :) Alhamdulillah, berarti Ibu nggak perlu keluar biaya lagi untuk ngganti keris! :)) Setelah dapet kerisnya, Ibu segera meluncur pulang. Kali ini nggak ngebut lagi :) Sampai di rumah eh.. Bapak sudah pulang dan menyambut Ibu dengan senyum geli, rupanya Yuk sudah cerita polah Ibu sore itu :) Huhhh.. abot2e ngladeni anak! :D

Dan hari Minggu 23 Apr kami berempat (so pasti Ene nginthil :D) meluncur ke sekolah Uka. Di antara kami berempat, yang pakai pakaian adat Jawa cuma Uka! :) Sebelumnya baju ini sudah dicuci sama Yuk. Kancing2 yang longgar dan bagian2 yang agak dedet (sobek kecil) sudah Ibu jahit. Pokoknya siip lah! :D Oya, sebelum berangkat ke sekolah, sempat terjadi kehebohan kecil, Ene pengin pake baju "Pak Joko" juga! (Istilah Udane untuk beskap hehe...) Baju yang dipakai Uka di-tarik2 sama Ene, dan karena Uka pake jarit yang sempit, dia nggak bisa menahan berat badan Ene dan kringkel... jatuhlah mereka berdua sampai jarit Uka sobek! Walah... Ibu nggak ada waktu untuk jahit lagi! Ya udah pake peniti aja! :D

Sampai di sekolah, Uka dapat no. undian 24 untuk lomba kekompakan dan keserasian keluarga. Ketika mendapat no. undian itu Ibu baru ingat kalo ada lomba! Padahal kami sama sekali nggak pernah mendiskusikan hal ini karena tujuan utama datang adalah untuk melengkapi operet kecil yang diperani Uka. Tadinya Ibu mengira cuma kami sekeluarga yang nggak siap apa2, tapi ternyata sebagian besar ortu yang hadir tidak mempersiapkan diri untuk lomba, jadi yang pakai baju adat hanya anak2nya. Bahkan ketika giliran tampil, yang tampil sebagian besar hanya anaknya. Karena no. Uka belakangan, dia sempat melihat penampilan temen2nya yang lain. Uka lantas mendekati Ibu dan berpesan supaya kalo giliran dia, Ibu dan Bapak ikut maju! Wah.. Ibu sih nggak keberatan, tapi kalo Bapak.. nggak janji deh :) Dan bener, Bapak (lagi2) cuma senyum saat Ibu sampaikan pesan Uka.

Akhirnya pas giliran Uka, cuma Ibu yang nemenin naik ke atas panggung. Sesaat sebelum naik, Ibu janjian sama Uka untuk nyanyi lagu Kasih Ibu. Kebetulan lagu ini yang langsung teringat di kepala Ibu karena hampir setiap malam sebelum tidur Uka dan Ibu menyanyikan lagu ini barengan. Uka suka lagu ini. Sebelum mulai nyanyi bareng Uka, Ibu memberi prolog ke hadirin. Ibu bilang gini, "Untuk kesempatan ini, kami mau menyanyikan lagu Kasih Ibu yang diajarkan di sekolah. Uka bilang ke saya 'Bu, lagu ini indaaaahhh sekali!'" Mendengar itu hadirin langsung tertawa dan ada beberapa ada yang memberi applaus. Apa yang Ibu sampaikan memang benar, Uka benar2 terkesan dengan lagu ini! Dan selanjutnya kami (terutama Uka, karena mike-nya Ibu dekatkan ke Uka) menyanyikan lagu tersebut:

Kasih ibu.. kepada beta
tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi.. tak harap kembali
bagai sang surya menyinari dunia

Begitu selesai nyanyi dan mau turun panggung, eh... Ene malah minta naik panggung! Jadi Ibu angkat Ene ke panggung untuk memberi salam ke hadirin, baru setelah itu kami bertiga turun sama2. :) Belakangan, Ibu baru menyadari kalo Ene ternyata ikut2an hapal lagu Kasih Ibu dan sering menyanyikannya sendiri! Rupanya secara nggak langsung, Ene turut menyerap lagu tersebut meski Ibu nggak pernah ngajari Ene.

Begitu selesai pentas, Bapak langsung ngajak pulang karena hari itu masih punya satu agenda lagi, mengunjungi rekan sekantor Bapak, Pak Budi, yang baru saja punya putra pertama. Biasanya sih kalo ikutan lomba, Uka nggak pernah nunggu sampai pengumuman pemenang, yang penting partisipasinya. Tapi entah kenapa kali itu Uka nggak mau diajak pulang, dia dengan yakinnya bilang, "Aku masih nunggu dapat hadiah itu!", sambil nunjuk 3 bungkusan besar dan 1 bungkusan kecil di sebelah panggung. Bapak dan Ibu ketawa, wah.. cilaka ini kalo Uka nggak dapat hadiah, bisa2 Bapak dan Ibu yang 'terpaksa' harus mencarikan (tepatnya: membelikan) hadiah! :D

Akhirnya kami menunggu sampai pengumuman pemenang. Juara 3, anak TK A (lupa namanya). Dia memang tampil kompak dengan ibunya, sama2 berpakaian adat Jawa (ibunya berjilbab, nggak ada satu pun ibu2 yang berkonde :D) berwarna merah dan membuat yell khusus. Juara 2, temen sekelas Uka, Maida. Maida nyanyi bareng dengan bapak dan ibunya lengkap (Bapak2 yang ikut tampil seingat Ibu nggak sampai 4 orang! Yang lengkap bapak+ibu cuma 2 orang!), jadi ini memang poin lebih buat Maida. Satu lagi keluarga yang tampil lengkap bapak+ibu+adiknya adalah keluarga temen sekelas Uka, Izzy. Mereka bukan cuma tampil lengkap, tapi juga berbusana serasi (kecuali adik Izzy) dan menyiapkan lagu khusus!! Jadi pantas sekali kalo mereka Juara 1! Sebelum pengumuman pun, sudah banyak yang menjagokan keluarga ini.

Nah.. setelah diumumkannya Juara 1, Ibu dan Bapak lantas siap2 pulang dan sudah memberi kode ke Uka. Hampir saja kami mencapai pintu keluar halaman sekolah, tiba2 terdengar Bu Ari me-nyebut2 no. undian 24!! Rupanya masih ada satu hadiah lagi (yang bungkusnya kecil, tadinya Ibu kira ini untuk kenang2an kepada penceramah :D) untuk juara favorit, dan Uka-lah pemenangnya! Uka lantas tertawa girang, "Tuh.. kan aku dapat hadiah!". Ibu dan Uka lantas naik lagi ke panggung untuk menerima hadiah ber-sama2 pemenang yang lain. Ene pun tak ketinggalan turut naik ke panggung lagi :) Selamat ya Uka! You deserve it!

Belakangan di mobil, Bapak mengucapkan selamat ke Uka, dan minta maaf nggak ikut nemenin ke panggung. Alasan Bapak, kalo Bapak ikutan nyanyi, itu artinya Bapak 'menyumbangkan' suara dalam arti sebenarnya, alias membuat lagu menjadi SUMBANG!!! Hahahaha....