Sunday, January 28, 2007

Rainy Day

Sejak di Jogja kadang-kadang Uka harus naik motor ke sekolah kalo mobil tidak memungkinkan untuk dipakai karena satu dan lain hal. Pengertian 'harus' di sini sebenarnya dari kacamata Bapak dan Ibu yang berpikir bahwa selama masih memungkinkan untuk naik mobil sebaiknya Uka dan Ene naik mobil aja. Maklum namanya orang tua, kadang-kadang keluar over protective-nya hehehe... Tapiiiiii..... kalo menurut Uka dan Ene sih, jauh lebih asyik naik motor daripada naik mobil :) Kata mereka enakan naik motor karena bisa kena angin silir-silir hehehe... Dan karena saat kami mulai tinggal di Jogja (Jan 2006) jatuh pada musim hujan, jadi mau gak mau Uka harus punya jas hujan.


22 Jan 2006: Uka mencoba jas hujan barunya dengan berhujan-hujan di depan rumah.

Sebenarnya Ene juga mau Ibu belikan jas hujan, tapi sayang saat itu yang ukuran Ene sudah habis stoknya. Sekitar sebulan lalu Ibu lihat ada jas hujan ukuran Ene di Indogrosir (jas hujan Uka dibeli di sini juga) jadi langsung Ibu masukkan ke keranjang belanja. Tapi entah gimana ceritanya, sampai di rumah Ibu baru sadar bahwa jas hujan tersebut tidak ada. Setelah Ibu cek struk belanja, ternyata memang tidak ada item jas hujan! :(

Nah... ceritanya seminggu lalu Ibu ke Indogrosir lagi. Jas hujan Ene sudah tercatat sebagai salah satu item yang akan dibeli. Tapi ternyata yang ukuran Ene tinggal satu, gak ada pilihan lain! Pas mau Ibu ambil ternyata wadah plastik untuk menyimpan jas hujan tersebut sudah sobek lebar! :(( Wah..... daripada memaksakan diri, akhirnya gak jadi Ibu beli. Belum rejekinya Ene kali hehe...

Grha Sabha Pramana

Grha Sabha Pramana atau yang lebih populer dengan sebutan Grha Sabha merupakan salah satu tempat di Jogja yang menjadi obsesi Ibu untuk dikunjungi setiap Minggu pagi jika tinggal di Jogja. Tapi kenyataannya, setelah kami menetap di Jogja, tidak setiap Minggu kami berkesempatan dolan ke kawasan ini. Masalahnya sederhana, susah bangun pagi!!! Hahahaha....

Tapi kenapa kok hanya setiap Minggu pagi? Karena hanya saat inilah ada pasar kaget di Grha Sabha. Ibu tidak tau persis sejak kapan aktivitas ini dimulai, tapi konon kabarnya sih berawal dari aktivitas OR (olah raga) masyarakat Jogja yang tumplek bleg (berkumpul) di area sekitar Grha Sabha. Maklum aja, sekarang ini relatif jarang ditemukan area hijau yang enak untuk ber-OR di perkotaan. Jogja salah satu big city yang beruntung masih memiliki kawasan semacam ini.

Dari aktivitas awal OR, para pedagang kecil menangkap peluang untuk berdagang. Awalnya dimulai oleh para pedagang jamu. Uniknya jamu yang dijual di gerobak dorong hanya ada tiga macam, yaitu beras kencur, gula asam, dan kunyit asam. Ini sesuai dengan tujuannya sebagai pelepas dahaga orang-orang yang selesai ber-OR. Ketiga jamu ini memang tidak pahit seperti pada umumnya jamu, tapi menyegarkan. Kalo pahit, siapa yang mo beli coba? Hehe...

Selain jamu, dagangan awal yang muncul di area Grha Sabha adalah tempura. Meski namanya diambil dari makanan khas Jepang, tapi jangan dibayangkan tempura ini persis seperti aslinya. Tempura ala Jogja ini tampilannya mirip sate, karena disajikan dengan tusukan ala sate. Adapun bahannya utamanya terbuat dari tepung terigu plus kanji (tapioka), mungkin dengan ditambahi ikan (but I'm not sure about this :D) plus bumbu2 lain (sepertinya sih banyak MSG-nya :D). Yang jelas bentuknya seperti sosis, warnanya kuning seperti nugget, dan terasa agak kenyal kalo digigit. Namun sekarang ini, selain menjual tempura standar, para pedagang juga menambah variasi jualannya dengan sosis, otak-otak ikan, dll. tapi teteeep... semuanya disajikan dengan tusuk sate! Dari semula hanya pedagang jamu dan tempura, lama-lama muncul pedagang makanan lain seperti bubur ayam, opor ayam, siomai, dll. yang berjualan dengan gaya lesehan di sepanjang pinggir jalan. Selain itu juga ada pedagang mainan, asesori, pakaian, bahkan pedagang hamster!


15 Jan 2006: Sambil nunggu pesanan datang, Bapak minta dipijit Uka dan Ene :D

Dari seringnya lihat-lihat hamster di Grha Sabha, akhirnya Udane (dan didukung Bapak tentunya hehe..) tertarik untuk memelihara hamster. Jadi sekarang kami punya hamster 4 ekor, 2 jantan dan 2 betina, dari jenis Roborovsky. Sebelumnya Udane memelihara kura-kura Brasil, tapi saat Lebaran 2006 lalu, kura-kura tersebut kami bawa ke Wonosobo (karena di Jogja gak ada yang kasih makan) dan akhirnya ditinggal di sana buat temen Mbah Hardjo kakung yang sudah tidak banyak kesibukan. Sama seperti Bapak, Mbah Hardjo kakung demen banget memelihara binatang. Lebih tepatnya sih, Bapak yang ketularan Mbah Hardjo hehehe.....

Oya, Grha Sabha Pramana ini sebenarnya bukan nama kawasan seperti halnya Malioboro, tapi nama auditorium UGM. FYI, Duta Sheila On 7 dulu resepsi pernikahannya di gedung ini lho.... Tapi jangan salah, Ibu tau bukan karena diundang, tapi karena Ibu setia mengikuti infotainment! Hahaha..... Nah... lingkungan di sekitar gedung ini memang termasuk kawasan hijau dan biasa dipakai untuk banyak aktivitas warga Jogja, tidak hanya untuk kalangan UGM saja. Banyak kegiatan ekstrakurikuler siswa dan mahasiswa maupun kalangan umum yang dilakukan di area sekitar Grha Sabha ini. Yang terakhir ini tidak hanya dilakukan pada Minggu pagi tapi juga pada hari-hari lain. Khusus Minggu pagi, jalanan seputar Grha Sabha menjadi area pasar kaget.

Aktivitas Minggu pagi di seputar Grha Sabha ini juga menjadi ajang orang-orang untuk ngamen. Yang ngamen ini sangat bervariasi, mulai dari yang sendirian sampai rombongan lebih dari 10 orang! Usianya mulai dari anak-anak, remaja, sampai manula alias manusia usia lanjut. Bahkan jenis kelamin pun variasinya bukan cuma dua, laki-laki dan perempuan, tapi juga ada waria hehehe... Tentang pengamen waria ini, sempat membuat Uka dan Ene takut dan sembunyi di balik Bapak dan Ibu. Mungkin karena dandanan mereka yang menor, juga karena datangnya rombongan sampai 4 orang! Hehehe.....

Yang menarik diperhatikan dari para pengamen ini adalah kualitas bermusiknya. Meskipun tidak sedikit yang asal nyanyi dengan peralatan sederhana, tapi banyak juga yang ngamen dengan serius, membawa perlengkapan perkusi lengkap, gak cuma gitar. Yang seperti ini rasanya gak rugi ngasih beberapa lembar ribuan karena kita jadi terhibur dan bisa menikmatinya. Pernah satu ketika kami lagi lesehan, tiba-tiba datang rombongan ABG (anak baru gede alias remaja) cowok cewek sekitar 10-an orang dengan dandanan yang fashionable. Tadinya Ibu mengira mereka mau lesehan juga, tapi ternyata gak lama kemudian mereka berdiri berjejer, selanjutnya terdengar suara gitar dipetik dan disahut dengan koor para ABG tersebut. Suaranya pun lumayan merdu dengan komposisi suara satu dan dua. Ibu jadi ingat dulu jaman SMA sering bikin kelompok Vocal Group semacam ini hehehe...

Di kala lain ada juga kejadian ngamen yang lucu. Pengamennya rombongan ABG juga, sekitar 5-6 orang. Dengan gaya provokatif ala profesional di pentas seni, salah satu gitarisnya (cowok) menawarkan pilihan lagu kepada para pendengarnya. Ibu lantas nanya Uka, mau pilih lagu apa. Karena saat itu Uka dan Ene lagi demen dengan Kenangan Terindah dari Samsons, maka Uka minta lagu itu. Ibu mikir, wah.. boleh juga nih pilihan Uka, pasti bakal enak didengar karena Ibu juga suka lagu itu. Tapi apa lacur, setelah beberapa kali menyamakan suara dengan gitar, akhirnya yang keluar adalah suara sumbang karena nada dasarnya gak sama dengan gitar! GATOT deh! Alias gagal total! Hahahaha..... Uka langsung komentar, "Kok nyanyinya gak enak?" sementara Ibu menahan tawa, gak berani ngliat ke arah pengamennya, kasihan! Untunglah mereka segera sadar kalo suara mereka gak enak didengar, jadi mereka menghentikan lagu tersebut di tengah jalan, minta maaf, lantas menyanyikan lagu lain yang sudah mereka kuasai dengan baik. Tapi Ibu salut dengan mereka karena bisa menyikapi kesalahan mereka dengan baik. Jarang lho... anak-anak seumur mereka bisa bersikap seperti itu!


15 Jan 2006: Ini yang selalu ditunggu Ene, naik kuda!!!


22 Jan 2006: Naik kuda lagi!

Cerita Pindahan

Sebenarnya ini cerita basi (setahun lalu) saat kami pindahan ke Jogja. Tapi lagi-lagi dengan alasan dokumentasi :), jadi cerita ini tetap dipublikasikan, khususnya buat Tante Weni yang selalu setia mengikuti perjalanan kami :D


6 Jan 2006: Petugas Trans Packing lagi beresin barang-barang kami. Dari perkiraan cukup dengan satu truk eh akhirnya jadi dua truk. Padahal barang kami relatif gak banyak (at least dibanding para tetangga dengan tipe rumah dinas serupa :D) dan itu pun sudah banyak yang kami tinggal!


6 Jan 2006: Kondisi rumah di Cilegon sebelum (kiri) dan sesudah (kanan) diberesi. Setelah gak ada garasi dan tanaman, baru deh kelihatan cat tembok yang sudah pada mengelupas hehe... Oya, asbes garasi dibongkar Pak Kiwil, satpam merangkap the handyman kami, dan dipakai untuk mengganti genteng rumahnya yang sudah banyak bocor. Terima kasih Pak Kiwil atas bantuannya selama ini. Entah kapan kita akan bersua lagi.


6 Jan 2006: Malamnya kami menginap di Hotel Permata Krakatau Cilegon. Di sini Udane dikunjungi Om Widi sekeluarga. Ki-ka: Ene, Uka, Diaz, Yerry, dan Wildan.


7 Jan 2006: Pagi pukul 10.21 sebelum berangkat ke Cengkareng, kami mejeng dulu di kolam renang Hotel Permata Krakatau. Ki-ka: Yuk Tini (yang ikut kami boyong ke Jogja), Uka, Ene, dan Yang Nuk (yang centil hehe..)


7 Jan 2006: Sore hari pukul 15.48 kami sudah ada di Executive Lounge Bandara Soekarno-Hatta, meninggalkan Cilegon for good! Meski sudah dua kali merasakan pindahan (saat tinggal di Oz dan Canada) tapi Ibu baru bisa memaknai istilah 'for good' saat ini, karena Ibu (dan tentunya kami sekeluarga) berharap bahwa keputusan pindah Jogja adalah untuk masa depan yang lebih baik. Amin.


7 Jan 2006: Malam hari di Jogja, kami menginap di Hotel Ishiro Kencana sebelum menempati rumah kontrakan kami keesokan harinya (8 Januari 2006).


12 Jan 2006: Kunjungan pertama Mbah Hardjo kakung dan putri di rumah kami di Jogja. Ki-ka: Mbah Hardjo putri, Yusuf, Salma, Ene, Uka, dan Mbah Hardjo kakung.