Nonton Sirkus
Hari Sabtu 18 Juni yang lalu Udane nonton sirkus di Lapangan Semampir Cilegon dengan Bapak dan Ibu. Sejak Bapak dan Ibu berdomisili di Cilegon tahun 1992, sudah beberapa kali rombongan sirkus mengadakan pertunjukan di lapangan ini, tapi baru kali ini Bapak dan Ibu nonton sirkus tersebut. Alasannya jelas: sebelumnya belum ada Udane :) Iya lah... kalau bukan demi Udane, rasanya Bapak dan Ibu nggak begitu tertarik nonton sirkus, terlebih karena sekarang ini di TV banyak diputar pertunjukan sirkus manca negara yang bagus2.
Kami tadinya berniat nonton pertunjukan yang jam 10 pagi, tapi ternyata pertunjukan pada jam tersebut hanya ada untuk hari Minggu, jadi kami kecele!!! :( Padahal, kami berempat datang naik angkot (angkutan kota) karena Bapak khawatir susah parkir kalau naik mobil. Maklum, ketika Sabtu malam minggu sebelumnya sempat lewat lokasi sirkus tersebut, lapangan parkir kendaraan memang penuh! Rupanya antusias juga orang2 Cilegon untuk nonton sirkus, barangkali karena hiburan anak2 di Cilegon termasuk langka :)
Tapi kami tidak putus asa, terutama karena Bapak sudah janji sama Uka untuk nonton sirkus, jadi kami datang lagi pada pertunjukan jam 2 siang, masih dengan naik angkot! Selain karena alasan parkir, Bapak ingin agar Udane juga merasakan 'nikmatnya' naik angkot, tidak dimanjakan dengan fasilitas mobil terus. Uka sempat merajuk untuk naik mobil saja, alasannya, "Nanti kalau kita nggak naik mobil, dikira orang kita nggak punya mobil!". Astaga, Bapak dan Ibu kaget juga dengan pemikiran Uka, entah darimana dia serap hal tersebut, yang jelas Bapak dan Ibu tidak pernah mendidik anak2nya untuk menjadi anak yang manja dan sombong! Bapak jadi sibuk menjelaskan ke Uka dengan bahasa sederhana bahwa pemikiran tersebut tidak benar. Biasanya sih Uka suka naik angkot, dan saat berangkat pagi dia antusias naik angkot, tapi mungkin karena siang itu panas terik jadi dia agak malas. Kalau Ene, baru kali itu dia naik angkot. Ekspresi Ene seperti bingung, akibatnya selama di angkot dia diam aja nggak bersuara sambil noleh kiri kanan :)
Pertunjukan sirkusnya cukup menarik dan variatif. Selain ada pertunjukan kepintaran hewan, yaitu anjing pudel, harimau, simpanse, dan gajah, juga ada pertunjukan ketrampilan manusia, seperti trapeze (Eh bener nggak istilah ini, itu lo yang ber-ayun2 dari satu tali ke tali yang lain sambil salto di udara), atraksi keseimbangan, atraksi kelenturan, dan atraksi naik sepeda. Dan yang tidak ketinggalan dan membuat Uka ter-pingkal2 adalah aksi dari para badut. Kalau Ene paling tertarik dengan aksi para binatang, terutama anjing pudel. Ketika anjing2 ini selesai beraksi dan pergi ke belakang layar Ene protes, "Guguk.. guguk..", sambil nunjuk2 maksudnya minta supaya anjing2 itu keluar lagi :)
Meski demikian, ada dua hal yang menjadi catatan Ibu dari pertunjukan sirkus ini. Pertama, kemasannya belum sebagus seperti yang Ibu lihat di TV. Contoh sederhana adalah penampilan gajahnya. Gajah yang ditampilkan di sirkus ini kotor, badannya penuh tanah dan rumput kering, padahal akan lebih menarik jika sebelum tampil gajah tersebut disikat dulu. Termasuk dalam hal ini adalah AC yang kurang dingin, sehingga hal ini sedikit mengganggu kenyamanan penonton. Ene sampai harus dilepas kaosnya dan hanya pakai singlet karena dia mengeluh gatal di punggung. Biang keringatnya kambuh! :) Yang kedua adalah apresiasi penonton yang kurang. Ibu perhatikan, penonton baru bertepuk tangan riuh jika pembawa acara mengajak penonton untuk memberi aplaus setiap selesai satu penampilan. Hal ini beda banget dengan yang Ibu saksikan di TV, dimana penonton spontan bertepuk tangan tanpa diminta serta ikut menahan napas dan berseru 'oh' jika penampilannya menegangkan seperti ketika atraksi keseimbangan.
Kami tadinya berniat nonton pertunjukan yang jam 10 pagi, tapi ternyata pertunjukan pada jam tersebut hanya ada untuk hari Minggu, jadi kami kecele!!! :( Padahal, kami berempat datang naik angkot (angkutan kota) karena Bapak khawatir susah parkir kalau naik mobil. Maklum, ketika Sabtu malam minggu sebelumnya sempat lewat lokasi sirkus tersebut, lapangan parkir kendaraan memang penuh! Rupanya antusias juga orang2 Cilegon untuk nonton sirkus, barangkali karena hiburan anak2 di Cilegon termasuk langka :)
Tapi kami tidak putus asa, terutama karena Bapak sudah janji sama Uka untuk nonton sirkus, jadi kami datang lagi pada pertunjukan jam 2 siang, masih dengan naik angkot! Selain karena alasan parkir, Bapak ingin agar Udane juga merasakan 'nikmatnya' naik angkot, tidak dimanjakan dengan fasilitas mobil terus. Uka sempat merajuk untuk naik mobil saja, alasannya, "Nanti kalau kita nggak naik mobil, dikira orang kita nggak punya mobil!". Astaga, Bapak dan Ibu kaget juga dengan pemikiran Uka, entah darimana dia serap hal tersebut, yang jelas Bapak dan Ibu tidak pernah mendidik anak2nya untuk menjadi anak yang manja dan sombong! Bapak jadi sibuk menjelaskan ke Uka dengan bahasa sederhana bahwa pemikiran tersebut tidak benar. Biasanya sih Uka suka naik angkot, dan saat berangkat pagi dia antusias naik angkot, tapi mungkin karena siang itu panas terik jadi dia agak malas. Kalau Ene, baru kali itu dia naik angkot. Ekspresi Ene seperti bingung, akibatnya selama di angkot dia diam aja nggak bersuara sambil noleh kiri kanan :)
Pertunjukan sirkusnya cukup menarik dan variatif. Selain ada pertunjukan kepintaran hewan, yaitu anjing pudel, harimau, simpanse, dan gajah, juga ada pertunjukan ketrampilan manusia, seperti trapeze (Eh bener nggak istilah ini, itu lo yang ber-ayun2 dari satu tali ke tali yang lain sambil salto di udara), atraksi keseimbangan, atraksi kelenturan, dan atraksi naik sepeda. Dan yang tidak ketinggalan dan membuat Uka ter-pingkal2 adalah aksi dari para badut. Kalau Ene paling tertarik dengan aksi para binatang, terutama anjing pudel. Ketika anjing2 ini selesai beraksi dan pergi ke belakang layar Ene protes, "Guguk.. guguk..", sambil nunjuk2 maksudnya minta supaya anjing2 itu keluar lagi :)
Meski demikian, ada dua hal yang menjadi catatan Ibu dari pertunjukan sirkus ini. Pertama, kemasannya belum sebagus seperti yang Ibu lihat di TV. Contoh sederhana adalah penampilan gajahnya. Gajah yang ditampilkan di sirkus ini kotor, badannya penuh tanah dan rumput kering, padahal akan lebih menarik jika sebelum tampil gajah tersebut disikat dulu. Termasuk dalam hal ini adalah AC yang kurang dingin, sehingga hal ini sedikit mengganggu kenyamanan penonton. Ene sampai harus dilepas kaosnya dan hanya pakai singlet karena dia mengeluh gatal di punggung. Biang keringatnya kambuh! :) Yang kedua adalah apresiasi penonton yang kurang. Ibu perhatikan, penonton baru bertepuk tangan riuh jika pembawa acara mengajak penonton untuk memberi aplaus setiap selesai satu penampilan. Hal ini beda banget dengan yang Ibu saksikan di TV, dimana penonton spontan bertepuk tangan tanpa diminta serta ikut menahan napas dan berseru 'oh' jika penampilannya menegangkan seperti ketika atraksi keseimbangan.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home