Tuesday, May 31, 2005

Tetangga Populer

Punya tetangga populer repot juga. Yang bikin repot sih bukan tetangganya, tapi massanya itu lo... kadang2 bikin ngeri karena suka tidak terkendali. Kok massa? Iya gini ceritanya. Tetangga kami satu gang di kompleks perumahan dinas, Bapak Ade Miftah, mencalonkan diri dalam pemilihan Walikota Cilegon periode 2005-2010 yang pemungutan suaranya akan dilaksanakan tanggal 5 Juni 2005. Yang namanya pemilihan Walikota, pasti ada kampanyenya dong.... Dan kampanye ini sudah pasti identik dengan pawai dan arak2an.

Nah.. setiap kali ada pawai, para pendukung Pak Ade ini selalu mampir ke rumah Pak Ade dan otomatis selalu melewati depan rumah kami. Selain menggunakan mobil, sebagian besar peserta pawai mengendarai motor, banyak banget! Juga ada tetabuhan khas Banten yang dimainkan di atas mobil bak terbuka. Ini yang bikin meriah! Dan pengikutnya ternyata tidak hanya lelaki dewasa, tapi ada juga perempuan dan anak2 meski jumlahnya tidak banyak.

Setiap kali arak2an ini lewat depan rumah yang ditandai dengan suara motor yang hiruk pikuk dan tetabuhan yang meriah, Uka dan Ene langsung berhamburan ke teras atau melongok dari jendela untuk menyaksikannya. Buat Udane arak2an ini memang jadi tontonan menarik karena di hari2 biasa lingkungan rumah kami termasuk sepi, hanya ramai oleh gonggongan anjing liar di malam hari :) Biasanya Uka langsung teriak, "Ibu, ada pemilihan presiden, ada pemilihan presiden!". Buat Uka yang namanya kampanye berarti pemilihan presiden :) Maklum, euphoria Pemilu Presiden RI secara langsung tahun lalu masih sangat membekas di benak Uka. Waktu itu, Uka membantu Bapak dan Ibu mencoblos di bilik suara, jadi dia merasa terlibat dalam proses tersebut.

Balik ke Pak Ade, tadi pagi sebelum berangkat mopping-up polio Ibu dikejutkan dengan kiriman sebuah T-shirt dan sebuah polo-shirt dari Pak Ade. Sudah tentu kedua kaos tersebut bergambar Pak Ade dan pasangannya :) Rupanya besok bakal ada kampanye di lapangan di area kompleks. Kita lihat saja tanggal 5 Juni 2005, apakah Pak Ade mampu menggeser Walikota Cilegon saat ini yang juga ikut mencalonkan diri lagi.


Bagian ekor pawai massa Pak Ade yang sempat terekam kamera.

Updated 06/06/2005:
Ternyata Pak Ade hanya menempati peringkat ke-2 dalam Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) yang baru untuk pertama kalinya diselenggarakan secara langsung di Indonesia ini. Pemenangnya Walikota lama yang akan menjabat lagi untuk masa lima tahun ke depan. Apapun hasilnya, yang perlu dicatat adalah bahwa Pilkada Cilegon berlangsung relatif aman dan lancar. FYI, di beberapa daerah lain proses Pilkada sempat rusuh karena demo massa yang disertai dengan perusakan.

Mopping-up Polio

Sehubungan dengan ditemukannya kasus polio baru di beberapa daerah di Jawa Barat setelah hampir 10 tahun Indonesia dinyatakan bebas polio, Pemerintah RI mengadakan program Mopping-up Polio. Mopping-up merupakan imunisasi suplemen yang bertujuan untuk menghilangkan virus liar (bukan akibat imunisasi) yang masih ada di daerah/wilayah yang bersangkutan. Kegiatan ini memerlukan dua kali pemberian dengan selang antara (minimal) satu bulan. Dalam hal ini mopping-up diselenggarakan secara serentak di tiga propinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, untuk dua putaran. Putaran pertama 31 Mei 2005 dan putaran kedua 28 Juni 2005. Sasaran dari program ini adalah semua anak balita (di bawah lima tahun) tanpa kecuali, tanpa memandang apakah sudah pernah diimunisasi polio atau belum.

Jadi, tadi pagi Ibu, si Mbak, Uka dan Ene, juga Azka (temen Uka) ber-bondong2 ke RS Krakatau Medika untuk imunisasi polio putaran pertama. Dina, adik Azka, nggak ikut karena baru saja imunisasi polio dua minggu yang lalu. Dan karena itu pula Mama Azka 'menitipkan' Azka pada Ibu, daripada harus mengajak Dina juga. She is so tiny, kasihan kalau harus ikut ribet. Mending bobok di rumah ya Din :)

Imunisasinya sendiri sih nggak lama, satu anak nggak lebih dari lima menit, cuma ditetesin mulutnya sebanyak dua kali aja kok, tapi persiapan di rumah itu yang ribet. Bangun tidur, Uka dan Ene mandi bareng terus ganti baju, setelah itu sarapan. Kalau ada Ibu, Ene nggak mau sarapan dengan si Mbak, jadi Ibu nyuapin Ene sambil Ibu sendiri sarapan di meja makan, biar cepet, sementara Uka disuapin Yuk.

Beres sarapan, ganti Ibu mau mandi, tapi ternyata Ene rewel dengan bajunya, hem kotak2 dengan celana monyet jins yang dipilihin Ibu. Awalnya tangan kanannya dimasukkan ke dalam celana—dikira kantong kali :)—terus nggak bisa ngeluarin. Nggak lama kemudian tali celana yang nyangkut di pundaknya di-tarik2, sepertinya dia gerah. Maklum aja, Ene gampang keringatan dan sering biang keringat di sekitar leher. Akhirnya baju Ene Ibu lepas semua dan Ibu ganti polo-shirt dan celana pendek biasa. Huh.. baru deh setelah itu Ibu bisa mandi dan ganti baju. Sudah hampir beres eh.. Uka mau BAB, ya udah ditungguin dulu sambil Ene mimik susu botol.

Sudah mau berangkat, di mobil Ene nangis kenceng sampai sesenggukan. Dia minta duduk dengan Ibu karena dia pikir cuma bakal muter kompleks bentar trus ditinggal Ibu ke kantor seperti biasanya. Akhirnya meski berbahaya dan Ibu tidak suka melakukannya, Ene Ibu dudukkan di kursi depan di sebelah Ibu yang nyetir, habis Ene sama sekali nggak mau di pangku si Mbak! Selama perjalanan jemput Azka terus ke RS, Ibu jalanin mobil pelan2 banget. Untung perjalanannya nggak jauh dan jalannya relatif sepi. Sampai RS baru deh Ene ceria dan lari2 mengikuti Uka dan Azka.

Oh ya, habis diimunisasi, Uka, Azka, dan Ene jari kelingkingnya dicelupin ke tinta biru, seperti Bapak dan Ibu waktu Pemilu Presiden yang lalu. Wah.. ketiganya langsung memamerkan kelingkingnya satu sama lain. "Wah.. jariku jadi hijau!", kata Azka. Uka menyahut, "Eh.. iya, punyaku juga!". Sementara Ene mengikuti di belakang sambil memandangi kelingkingnya juga dan bergumam, "Uh.. uh.." Tanggal 28 Juni 2005 nanti, siap2 untuk ribet lagi seperti ini :D

Monday, May 30, 2005

Lomba

Seminggu yang lalu Ibu membaca spanduk Lomba Mewarnai Anak2 tapi belum tau tanggal pelaksanaannya. Iseng2 Ibu lantas nawarin apa Uka mau ikut kalau ada lomba mewarnai. Eh.. ternyata Uka dengan antusias menjawab, "Iya.. iya.. mau Bu!". Uka dasarnya memang senang dengan aktivitas mencoret, menulis, dan mewarnai. Karena Uka tertarik, pas libur Waisak 24 Mei yang lalu Ibu minta antar Bapak untuk ngecek spanduk itu lagi. Oh.. pelaksanaannya masih tanggal 29 Mei, Ibu lantas mencatat nomor telepon pendaftaran.

Sayang, keesokan harinya Ibu lupa nelpon, dan baru ingat lusanya 26 Mei. Dan apa mau dikata, saat itu pendaftaran sudah ditutup!!! Pesertanya sudah mencapai 150 anak! Wah.. Ibu kecewa berat! Bagaimana harus menjelaskan hal ini ke Uka? Bagaimana kalau Uka kecewa dan marah sama Ibu? Ibu menyesal kenapa nggak telpon cepat2.

Akhirnya sepulang kantor Ibu sampaikan hal ini ke Uka.
"Uka, Ibu minta maaf...".
"Memang kenapa Bu?".
"Ibu tadi mau daftar lomba mewarnai untuk Uka, tapi ternyata pendaftarannya sudah ditutup karena pesertanya sudah banyak". (Ibu berkata pelan2 sambil khawatir kalau2 Uka kecewa)
"Ya udah.. kalau gitu minggu depan aja Ibu daftar lagi. Lomba lari Bu!" (Uka menanggapi dengan entengnya!)

Wah... Ibu jadi tertawa sekaligus berpikir, berarti sebenarnya tadi itu Ibu kecewa bukan karena takut Uka kecewa, tapi karena obsesi Ibu untuk melihat Uka berlomba gagal total!!! Ibu jadi malu sama diri sendiri, terutama malu sama Uka yang sudah bersikap santai dengan kegagalannya ikut lomba :D

Tidak cukup sampai di situ, obrolan lomba ini ternyata berlanjut malam harinya.
Uka nyeletuk, "Bu, nanti Uka ikut lomba lari, Ibu ikut lomba masak ya...".
"Kalau Ibu ikut lomba masak, nanti Ibu dapat nomor satu... dari belakang", jawab Ibu sambil tertawa.
Uka nggak mau kalah, "Nggak pa2 Bu, lomba masaknya masak mie kok..."
Wah... tawa Ibu tambah lebar, rupanya diam2 Uka memperhatikan bahwa kalau Ibu ke dapur yang dimasak lagi2 mie instan! :D

Puisi Uka

Nggak ada angin nggak ada hujan, Sabtu malam 28 Mei 2005 menjelang tidur, Uka tiba2 menggelar pembacaan puisi hasil gubahannya sendiri secara spontan. Begini syairnya:

buaya adalah buaya...
Bapak adalah Bapak...
kacang adalah kacang...
Ene adalah Ene...
AC adalah AC...
awan-awan adalah awan-awan...
jendela adalah jendela...
pintu adalah pintu...
lemari adalah lemari...

(jeda sebentar... sambil memperhatikan sekitar kamar)

garis adalah garis...
kotak adalah kotak...
kabel adalah kabel...
lobang adalah lobang...
sinar adalah sinar...
gorden adalah gorden...
remote adalah remote...

Bapak lantas menyela, "Remote apa Uka?". Uka menjawab, "Itu lo.. remote AC". Setelah itu hening..... rupanya Uka tertidur, menyusul Ene yang sudah pulas duluan. Zzzzz.... zzzz....!!!

Thursday, May 26, 2005

Para Sepupu

Selain mas Rico dan mbak Rena yang sudah pernah nongol di blog ini, Udane punya banyak sepupu yang lain. Dari pihak Ibu, selain mas Rico dan mbak Rena, ada Gerry dan Gendy putra2 Om Aan dan Tante Dina yang tinggal di Pontianak—jauh ya, nyebrang pulau! Sejak Gerry dan Gendy berdomisili di Pontianak sekitar dua tahun yang lalu, Udane belum pernah ketemu lagi.

Dari pihak Bapak, ada Umar, Dhiya, dan Hanan, putra-putri Paklik Pangat dan Bulik Ina yang tinggal di Jember. Juga ada Salma dan Yusuf, putra-putri Bulik Prie dan Paklik Arqo yang tinggal di Jogjakarta, sama dengan Bapak. Sebenarnya putra Bulik Prie ada satu lagi, tapi kembaran Salma ini meninggal beberapa hari setelah lahir. Semoga saudara kembar Salma—maaf Bulik Prie, Ibu lupa namanya—mendapat tempat di sisiNya. Amin.

Selain para sepupu, Udane punya seorang bulik yang umurnya sepantaran Uka, namanya Fatin. Fatin ini putri bungsu adik Mbah Hardjo putri dan tinggalnya di Wonosobo, persis di depan rumah Mbah Hardjo. Kalau Uka lagi main ke rumah Mbah Hardjo—biasanya sih pas Lebaran—yang banyak nemenin ya Fatin karena, selain Uka dan Fatin seumur, jadwal mudik Lebaran Udane sering nggak kompak sama Umar, Dhiya, dan Hanan. Wah.. sudah berapa tahun ya nggak ketemu dengan mereka bertiga? Sama Hanan malah baru ketemu di foto :) Nggak pa2, jauh di mata dekat di hati!

Berikut ini foto2 para sepupu dari pihak Bapak kiriman Bulik Prie dan Paklik Pangat. Thanks to them! Foto2 Gerry dan Gendy menyusul.


Ki-ka: Umar, Salma, Yusuf, dan Dhiya. Foto diambil Jan 2005 di halaman depan rumah mbah Hardjo dengan latar belakang rumah Fatin. Waktu itu Om Pangat yang sedang menyelesaikan S3-nya di Korea lagi libur akhir semester, jadi nyempetin main ke rumah mbah Hardjo.


Ki-ka: Yusuf, Umar, Salma, dan Fatin. Foto diambil di halaman rumah Fatin.


Nah.. ini Bulik Ina dan para kurcacinya :) Yang dipangku itu Hanan, cucu terkecil mbah Hardjo.

Wednesday, May 25, 2005

Nonton Topeng Monyet

Dalam jangka waktu kurang dari seminggu Uka dan Ene dua kali nonton topeng monyet. Jarang2 ada topeng monyet lewat di depan rumah, makanya ketika ada yang lewat dua kali, maka dua kali pula dipanggil Ibu. Ternyata, dua kali itu orang yang sama, dan tentunya monyet yang sama pula :). Ternyata lagi, monyet dan pemiliknya tidak berdomisili di wilayah Cilegon dan sekitarnya, melainkan dari Madiun, Jawa Timur—wah.. jauh juga, dekat rumah Yuk tuh! Mereka datang ke Cilegon naik bis, karena itu anjing yang biasanya menjadi bagian dari pertunjukan mereka tidak diajak serta. Susah bawanya! :)

Nonton pertama, mereka dipersilakan masuk halaman rumah, tapi nonton kedua mereka diminta menggelar pertunjukan di luar pagar! Bukannya gak sopan, masalahnya di bagian akhir pertunjukan itu, si monyet memeragakan sedang memegang ular hitam dengan belang2 kuning dan ularnya hidup! Hiiiii.... bukan cuma geli, Ibu juga takut! Selain itu, Ene juga takut saat si monyet memeragakan sedang memakai topeng reyog Ponorogo. Itu lo.. topeng kepala harimau dengan jambul lebar dari bulu Merak yang beratnya sampai puluhan kilogram! Tapi yang di topeng monyet ini cuma replikanya, jadi nggak pakai bulu Merak :)

Selain kedua peragaan yang sudah disebut di atas, masih ada beberapa peragaan lain yang dilakukan si monyet yang bernama keren Cantik ini—menurut Bapak namanya Santi, entah Ibu atau Bapak yang benar :). Di antaranya adalah bercermin, pergi belanja membawa tas dan payung, menarik gerobak, naik kuda lumping, dan mengendarai motor. Latihannya berapa lama ya sampai si monyet pinter gitu? O ya, rangkaian pertunjukan itu ongkosnya Rp7.500,-. Cukup murah daripada harus memelihara dan melatih monyet sendiri :D


Awalnya Ene berani...


Tapi pas peragaan ala reyog, wah.. Ene langsung minta gendong Bapak!

Bapaknya Dong!

Sabtu sore 21 Mei 2005, sesudah Uka dan Ene mandi dan makan, Ibu, Uka, dan Ene nonton TV. Saat itu ada iklan sabun mandi keluarga yang storyboard-nya tentang seorang ibu yang care dengan kebersihan badan anaknya. Si ibu dalam iklan tersebut menjelaskan kepada penonton bahwa meskipun anaknya tampak bersih, tapi si ibu tahu bahwa kuman2 ada pada tubuh anaknya karena aktivitas si anak di luar rumah seharian. Oleh karena itu si ibu mempercayakan kebersihan badan anaknya pada sabun mandi keluarga yang diiklankan. Pada akhir kisah, si ibu berujar, "Kalau bukan kita (maksudnya para ibu) yang mengurus mereka (maksudnya anak2), siapa lagi?". Mendengar kalimat terakhir itu, Uka sambil mengunyah krupuk spontan menjawab, "Bapaknya dong!".

Wah.. Ibu terperangah mendengarnya! Nggak menyangka bahwa Uka di usia sedini itu—genap 5 tahun 1 Juni 2005 nanti—sudah menyadari bahwa tanggung jawab mengurus anak2 bukan hanya menjadi tanggung jawab para ibu, tapi juga para bapak. Padahal, orang dewasa saja—at least setahu Ibu di Indonesia—banyak yang berpendapat bahwa urusan anak adalah urusan ibu, sehingga kalau ada yang salah dengan seorang anak, biasanya orang akan berkomentar, "Gimana sih ibunya kok nggak bisa mendidik anak?". Apalagi kalau ibunya bekerja, komentarnya akan ditambahi, "Oh.. ibunya kerja sih, pantes anaknya nggak terurus!". Makanya mendengar komentar Uka yang singkat dan spontan itu, Ibu—yang kebetulan bekerja—merasa mendapat dukungan moral dari Uka. Terima kasih Uka! Mudah2an kelak Uka menjadi seorang bapak yang turut bertanggung jawab dalam mengurus anak. Demikian juga Ene. Amin.

Finally He Said The Word!

Hari yang dinantikan Ibu datang juga! Beberapa hari yang lalu kata 'ibu' terucap dari mulut mungil Ene. Finally... fiuh! What a relief! :). Belum sempurna sih... Ene baru berhasil menyebut 'ibu' dengan 'i' yang terdengar seperti berkumur :). Paling nggak, Ibu tidak lagi dipanggil 'bapak' oleh Ene. Sebelumnya Ene juga sudah bisa menyebut 'nanuk' (Yang Nuk) terlebih dulu. Jadi Ibu bukan hanya keduluan Bapak dan Uka—dalam hal disebut Ene—tapi juga keduluan Yang Nuk :).

O ya, keberhasilan Ene menyebut 'ibu' tidak terjadi tiba2. Saking penginnya dipanggil 'ibu' oleh Ene, setiap kali Ene lagi santai berdua Ibu, Ibu selalu mengajari Ene bagaimana mengucap 'ibu'—ngotot banget ya! :). Ibu menunjuk diri Ibu sendiri sambil mengatakan berulang kali 'ibu'. Semula Ene cuma memandang Ibu dengan mata polosnya, kali sambil mikir 'ih Ibu ini ngapain coba?' :D. Lama2, setiap kali Ibu melakukan hal tersebut, Ene mengekor pada bagian 'bu', begitu terus sampai akhirnya beberapa hari lalu ketika mencari Ibu, Ene tidak lagi memanggil 'bapak' tapi 'ibu'.

Kata-kata lain yang menjadi kosakata tambahan Ene sampai saat ini: 'pupu' (kupu2), 'guguk' (anjing), 'kupuk' (krupuk), 'abis' (habis), dan 'dudu' (duduk). Sementara, ini yang Ibu ingat, kalau ada yang terlewat ntar menyusul :)

Thursday, May 19, 2005

Ultah Nadia

Tanggal 17 Mei 2005 yang lalu, Ibu dan Uka diundang ke acara ultah Nadia, teman Uka di Al Muhajirin. Sebenarnya Uka dan Nadia nggak sekelas di TK A, sekelasnya saat di Play Group tahun lalu (kelas Kancil), tapi karena ibu2 yang anaknya sekelas di kelas Kancil dulu sangat kompak (sering bikin acara di luar sekolah), tetap aja ibu2 kelas Kancil sesekali mengadakan acara kumpul2. Hal ini ditunjang oleh kegemaran masak Mama Nadia, jadi kalau lagi kumpul2—seringnya di rumah Mama Nadia—pasti ada acara makan2nya. Dasar ibu2 ini pada doyan makan :).

Yang istimewa lagi, menu Mama Nadia sangat khas dan susah dicari di kawasan Cilegon, yaitu pecel Madiun dan rujak cingur. Maklum, Mama Nadia aslinya dari Madiun, dan kebetulan keluarganya di Madiun memang berbisnis warung pecel. Tuh.. apa nggak mantap masakannya! Yang membuat pecel Mama Nadia berbeda dengan pecel yang banyak dijumpai di Cilegon adalah sambalnya. Kalis banget! Jadi ketika dicairkan, hhmmm... so blended! Nggak mringkil2—aduh.. apa ya bahasa Indonesianya 'mringkil2' :) Kata Mama Nadia, rahasianya terletak pada saat menghaluskan bumbu kacang, yaitu diuleg langsung pakai tangan sampai kacangnya keluar minyak! Nggak pakai mesin giling lo..., jadi kebayang kan kerja otot tangan yang nguleg :) Sedangkan rujak cingurnya, istimewa karena bumbunya diuleg dan diracik langsung oleh nyonya rumah berdasarkan pesanan, lalu disajikan langsung di pincuk (daun pisang). Kata Mama Nadia (lagi), kalau bumbunya sudah diuleg tapi nggak langsung disajikan nggak sedap karena bau angin. Begitu resep lezat Mama Nadia.

Kembali ke Ultah Nadia, yang hadir waktu itu selain Ibu dan Uka adalah Mama Fauzan dan Fauzan, Mama Azka dan Azka, Mama Galang dan Galang, Mama Dilla dan Dilla, Mama Nazmi dan Nazmi, Mama Putri dan Putri. Karena acaranya spesial, maka menunya spesial juga. Selain ada menu utama pecel dan rujak cingur, juga ada nasi kuning lengkap, bubur campur, dan rawon! Hhmmm... benar2 istimewa! Dan nggak seperti acara ultah anak2 yang banyak seremonialnya, acara ultah Nadia ini santai tapi sangat berkesan. Bayangin aja, begitu para undangan sudah datang, acara pertama adalah makan! Maklum, acaranya jam 12:30 sepulang sekolah, jadi pas jam makan siang :) Setelah makan2 selesai dan ibu2 terduduk kekenyangan—kalau anak2nya sih pada berlarian ke sana sini :)—baru deh acara hip2 huranya alias tiup lilin dimulai, dan setelah itu pulang ke rumah masing2 dengan membawa bungkusan menu hari itu untuk oleh2. Sudah makan kenyang di tempat, eh.. masih ngebungkus! :D

Berikut ini sebagian foto2 saat ultah Nadia:

Lagi ngantri rujak cingur di dapur :) Ki-ka: Mama Fauzan, Mama Nazmi, Mama Dilla, Mama Azka, Mama Galang, dan Mama Nadia (membelakangi kamera).

Ki-ka: Mama Dilla, Mama Azka, Mama Fauzan, Mama Galang, dan Mama Nadia.

Ki-ka: Mama Galang, Mama Dilla, Ibu (pakai seragam kantor tuh), dan Mama Nadia.

Ki-ka: Fauzan, Galang, Uka, Nadia, Putri, Dilla, dan Nazmi.

Wah.. yang niup lilin bukan hanya Nadia, yang lain nggak mau ketinggalan :)

Ki-ka: Fauzan, Putri, Nadia, Mama Nadia (sudah berganti kostum), Dilla, Uka, dan Galang.

Tuesday, May 17, 2005

Hasil Jepretan Uka

Selain seneng dipotret, Uka juga seneng motret. Setiap lihat Ibu bawa kamera—kebanyakan sih untuk motret Uka dan Ene—pasti deh Uka me-rengek2 pinjam kamera buat ganti motret. Nah.. yang menjadi obyek potretan Uka ini sangat bervariasi. Apa saja yang menarik perhatiannya tidak luput dari jepretan, tidak hanya orang, tapi juga ikan, bunga, televisi, bahkan handuk!

Tentu saja hasilnya kebanyakan di bawah standar ukuran fotografer profesional, bahkan ukuran para amatir :) Untung saja sekarang jamannya kamera digital yang nggak perlu dicetak dulu di kertas untuk tau hasilnya, sehingga ongkos produksi dapat ditekan :) Meski banyak yang di bawah standar, ternyata di antara hasil jepretan Uka muncul juga karya masterpiece! At least menurut Ibu yang amatir :)

Di bawah ini sebagian hasil jepretan Uka:


Duh.. masak handuk difoto sih :)


Ikan cupang peliharaan Udane


Acara Kontes Dangdut Indonesia (KDI) di TPI


Tenda Udane di ruang tamu


Sudah kehabisan obyek, makanya jepret diri sendiri :)


Lagi2 jepret diri sendiri :)


Lagi santai Sabtu pagi di pinggir jalan depan rumah


Jarang2 lo Bapak dan Ibu foto berdua begini. Ini lagi cari sarapan di SKI - Cilegon.

Nah.. yang berikut ini diambil Uka tanggal 1 Mei 2005 ketika Pakde Antok sekeluarga datang ke Cilegon untuk jemput Yang Nuk yang mau pulang ke Surabaya setelah nungguin Udane selama kurang lebih 3 bulan! Yang Nuk mau mampir dulu seminggu di Jakarta—soalnya mas Rico protes kok Yang Nuk kalau ke rumah Dik Uka lama, tapi kalau ke rumah Rico sebentar :)—setelah itu naik kereta api ke Surabaya. Lokasi pengambilan gambar di depan rumah Udane.


Tega ya, Bapak kok nggak sekalian dijepret :)


Kumpul2 di depan rumah sementara Yang Nuk sibuk nyiapin makan siang!


Pakde Antok lari karena kameranya (di atas mobil) lagi diset untuk ngejepret otomatis, eh sama Uka malah dijepret duluan :)


Mbak Rena meluncur dari car port rumah naik sepeda


Mbak Rena siap meluncur lagi dengan sepedanya


Mbak Rena mau meluncur eh.. Ene ngikut di belakangnya


Lagi2 Uka sentimen ama Bapak, masak Bapak cuma kelihatan kakinya? Bapak sih terlalu tinggi :)


Pakde Antok dan Ibu asyik ngerumpi. Apa ya topiknya?

Terus mana dong yang dibilang Ibu karya masterpiece Uka? Ini dia!



Tuh.. bagus kan dari segi komposisi bentuk dan komposisi warna? Ini tanaman pakis hasil olahan Yang Nuk. Yang Nuk memang bertangan dingin kalau soal berkebun.

Friday, May 13, 2005

Profil Kaki

Menampilkan profil wajah di blog? Itu sudah biasa dan umum banget! Kali ini Udane mau menampilkan profil kaki. Iya, kaki! Dari dulu yang namanya kaki kan suka di-umpet2-in, nggak terlalu diurus dibandingkan wajah dan rambut. Baru belakangan ini saja marak perawatan manicure n padicure (perawatan kaki dan tangan) di salon2. Ini pun nggak semua salon ada lo.., salon2 yang ada di kampung dan desa di Indonesia rata2 pelayanannya masih standar, hanya ngurusi perawatan wajah dan rambut.

Sebagai penghargaan terhadap kaki inilah, maka kali ini ijinkan Udane menampilkan profil kaki. Bukan mau pamer, justru mau memperlihatkan seperti inilah tampilan apa adanya kaki2 Udane yang lagi main di halaman rumah. Uka memang sudah terbiasa pakai alas kaki kalau ke luar rumah, bahkan di rumput halaman rumah sekalipun! Sepertinya Uka risi kalau kakinya tidak dialasi apapun di luar rumah. Ini pasti hasil didikan Ibu :) Kalau Ene, kadang pakai alas kaki kadang tidak, tergantung siapa yang momong. Tapi kalau Ene sudah nunjuk2 sepatu/sandal itu artinya Ene minta ke luar rumah, jalan2 :)

Nah... ini dia profil kaki Udane. Coba tebak, mana kaki Uka dan mana kaki Ene? :)

Tuesday, May 10, 2005

Ene Panas!

Ene panas sebenarnya bukan hal yang baru, namun kali ini kejadian yang mengawalinya yang membuat hati Ibu mencelos—maaf, ini istilah Ibu untuk hati yang gundah gulana :). Ceritanya, Selasa 3 Mei 2005 yang lalu, ketika Ibu pulang dari kantor untuk istirahat makan siang, Ene menghampiri Ibu sambil terlihat bibirnya yang ileran. Cuma ilernya kok merah? Tadinya Ibu kira Ene habis makan atau minum sesuatu yang berwarna merah, tapi setelah Ibu periksa lagi mulut Ene, wah.. hati Ibu langsung mencelos begitu menyadari bahwa itu merah darah dan mulut Ene sudah penuh olehnya. Setelah Ibu perhatikan lagi, ternyata pipi kanan Ene terkelupas kulit arinya selebar ujung kelingking orang dewasa dan kulit ini lengket di gigi Ene sehingga Ene merasa risi, dia mengunyah terus seperti ada slilit di giginya. Sementara itu Ene sendiri tidak nangis, cuma ah-uh nggak jelas dan memandang Ibu dengan wajah kuyu dan memelas, membuat hati Ibu makin mencelos.

Ibu langsung memanggil si Mbak yang momong Ene, nanya Ene kenapa? Tapi ternyata si Mbak dengan wajah innocent-nya mengaku tidak tahu, bahkan dia tidak tahu kalau mulut Ene berdarah. How come? Ibu langsung menginterogasi si Mbak apa saja yang dilakukan Ene hari itu. Apa jatuh? Nggak! Apa mainan garpu seperti kesukaan Ene tanpa bisa dilarang? Nggak. Apa nabrak sesuatu? Nggak juga! Semua katanya berjalan seperti biasa, nggak ada yang aneh. Tapi terus Ene kenapa? Ibu jadi makin bingung saja karena penyebab mulut Ene berdarah tetap misteri. Ah.. andai Ene sudah bisa bercerita!

Akhirnya Ibu mengajak Ene ke kamar dan Ene bilang, "Mimik..mimik.." (sekarang Ene sudah bisa bilang 'mimik', bukan 'mimih' lagi), lalu Ene mimik ASI sampai tertidur. Setelah Ene tidur, Ibu mengambil cotton bud dan pelan2 membuka mulut Ene untuk melepaskan kulit pipi yang masih lengket di giginya. Ibu jadi mikir lagi, apa tergigit sendiri ya pipi Ene? Ya sudahlah, diobati saja, lantas Ibu mengambil obat bubuk buatan China yang biasa Ibu pakai untuk sariawan dan Ibu obatkan ke luka Ene, harapannya supaya luka itu tidak sampai jadi sariawan. Aduh.. kebayang kan kalau anak seumur Ene (1 tahun 5 bulan) kena sariawan? Ibu juga pesan ke Yuk supaya Ene dibuatkan bubur aja, siapa tahu pipinya sakit dan nggak bisa ngunyah. Setelah semua ok, Ibu balik lagi ke kantor.

Nah.. sore harinya sepulang dari kantor, Ibu merasa badan Ene agak hangat, dan setelah diukur ternyata memang 37,6oC, lebih dari batas normal (yang menurut ukuran Ibu maks. 37oC). Wah.. ini panas karena flu (Ene sedang pilek) atau panas karena luka di pipi tadi ya? Dan karena Ene sudah nampak mulai rewel, Ibu memberi obat turun panas, baru setelah itu Ene nampak ceria lagi dan mulai tertawa. Tapi malam harinya sekitar jam 1, Ene tidur gelisah, nangis, dan setelah Ibu ukur suhu badannya naik jadi 38,5oC. Obat turun panas lantas Ibu minumkan lagi, dan setelah mimik ASI, baru Ene bisa tidur lagi.

Rabu pagi ternyata Ene masih hangat, juga siangnya. Suhu badannya baru turun setelah minum obat turun panas, tapi nggak lama kemudian naik lagi. Ibu sudah berencana untuk membawa Ene ke dokter Rabu malam karena Kamis-nya libur. Ibu masih menduga ini ada hubungannya dengan pipi Ene yang berdarah, soalnya panasnya kok pas kejadian pipinya luka. Tapi Bapak (via sms) menyarankan nggak usah dulu, lihat perkembangannya, kalau memang masih panas baru ke dokter hari Jumat. Dan ternyata saran Bapak tepat karena Rabu malam itu Ene mulai bisa tidur nyenyak, suhu badannya sudah normal. Coba kalau Ibu ajak ke dokter, kan malah nggak bisa istirahat? Esok harinya Ene masih belum seceria biasa, maunya nempel terus sama Ibu, tapi suhu badannya sudah normal.

Ketika Bapak pulang ke Cilegon hari Sabtunya, Ene sudah jauh lebih baik, meski masih lengket ke Ibu seperti perangko. Dan alhamdulillah sekarang Ene sudah seceria biasanya, lompat2, joged2, makannya lahap, dan sudah nggak seperti perangko lagi :) Tapi penyebab panas masih menjadi teka-teki. Biarlah.. tidak semua hal ada jawabannya bukan? Yang penting anak2 sehat. Bukankah itu yang selalu menjadi doa seorang ibu?

Monday, May 09, 2005

Tentang Nama

Menurut Bapak, nama yang diberikan seseorang untuk anaknya bisa dikategorikan menjadi 3 (tiga) macam:

  1. Sebagai doa atau harapan dari orang tua terhadap anaknya;
  2. Sebagai penanda atau pengingat terhadap sesuatu, bisa orang, event (kejadian), atau yang lain; dan
  3. Tidak berarti apa2.
Contoh kategori pertama adalah nama Bapak, Subagyo. Dalam bahasa Jawa, 'su' berarti baik, dan 'bagyo' jelas artinya bahagia. Jadi Mbah Hardjo kakung dan putri—bapak-ibunya Bapak—berdoa atau berharap bahwa Bapak menjadi seseorang yang berwatak baik dan berbahagia dalam hidupnya. Amin. Untuk kategori kedua, nama Ibu—Junita Giarini—bisa dijadikan contoh. Kata Yang Nuk, yang memberi nama ini Yang Gik—almarhum bapaknya Ibu—dengan arti: 'junita' karena Ibu lahir di bulan Juni, 'giar' merupakan penggalan nama Yang Gik, Soegiarto, dan 'rini' artinya anak perempuan. Jadi komplitnya kira2 berarti anak perempuan Giarto yang lahir di bulan Juni. Nah, sudah jelas kan bahwa arti nama Ibu merupakan penanda atau bahasa Jawanya 'tetenger'. Kategori ketiga nggak perlu dibahas karena sudah jelas nggak ada artinya :) Contohnya tolong dicari sendiri di sekitar Anda, pasti nemu deh :)

Nah.. dari ketiga kategori tersebut, Bapak lebih senang kalau nama2 his beloved sons masuk dalam kategori pertama, yaitu doa atau harapan ortu. FYI, yang kasih nama lengkap Uka dan Ene adalah Bapak. Ibu ngikut aja :) karena percaya Bapak pasti memberikan yang terbaik untuk anak2nya. Jadi jelas bahwa arti dari Wignyo Garjito dan Pratista Halimawan, merupakan doa dari Bapak dan Ibu. Wah.. apa ya doa atau harapan Bapak dan Ibu? Kalau nggak salah, nama2 tersebut diambil dari bahasa Jawa kuno yang menurut Bapak artinya: 'wignyo' adalah bijaksana, 'garjito' idem dengan bagyo atau bahagia, 'pratista' artinya teguh hati, dan 'halimawan' artinya yang memberi kehidupan. Jadi, silakan merangkai sendiri apa doa Bapak dan Ibu untuk Uka dan Ene. Semoga Uka dan Ene bisa menjadi seperti yang diharapkan Bapak dan Ibu. Amin.

Terus.. Uka dan Ene itu dari mana asalnya dan apa artinya ya? O ya, huruf e pada Ene dibaca seperti kita membaca 'tempe'—makanan bergizi dari kedelai yang katanya khas Indonesia tapi yang mematenkan malah orang Jepang :( Lo kok ke tempe? Balik ke nama panggilan Uka dan Ene, semuanya tidak ada hubungannya dengan nama lengkap masing2, jadi kalau menurut standar jawaban soal multiple choice masuk kelompok 'benar - benar, tapi tidak berhubungan', so jawabannya adalah B. Eh.. ngelantur lagi.. :) Mumpung boleh nulis apa aja di blog sendiri :D Balik lagi, Uka diambil dari inisial seorang budayawan Indonesia yang sudah almarhum, UK, yang merupakan salah satu tokoh yang dikagumi Bapak. Kalau untuk nama panggilan, Bapak nggak keberatan nama anak diambil dari kategori kedua :) Siapa UK? Kapan2 aja deh ceritanya.

Sedangkan Ene, arti persisnya hanya Uka yang tau karena Uka yang memberi nama. Ceritanya, ketika Ene masih di kandungan Ibu dan sudah diketahui jenis kelaminnya laki2 berdasarkan USG, Bapak dan Ibu beberapa kali nanya ke Uka adiknya mau diberi nama siapa. Dan setiap kali ditanya, jawaban Uka selalu sama, adiknya mau diberi nama Lisa. Padahal kan menurut USG adiknya laki2, dan padahal juga Uka belum pernah nonton kartun Bart Simpson yang adik perempuannya bernama Lisa :). Sampai akhirnya beberapa jam setelah adiknya lahir, Bapak nanya lagi ke Uka, adiknya yang laki2 mau diberi nama siapa. Tiba2 saja bukan Lisa lagi yang disebut Uka, tetapi Ene, dan Uka menyebutnya dengan suka cita! Bapak kaget juga dengan jawaban ini. Orisinil! Bapak dan Ibu belum pernah dengar nama ini. Dan karena Bapak tipe orang yang menghargai pendapat anak sekaligus menghargai orisinalitas, so it's a deal, nama panggilan adik Uka adalah Ene. Selain itu, kata Bapak, nama Ene tidak gender oriented, maksudnya kalau orang baru pertama kali mendengar nama Ene akan sulit untuk menebak apakah si empunya nama laki2 atau perempuan. Ibu pun—lagi2 :)—ngikut Bapak. Jadi arti nama Ene? Kalau menurut Bapak dan Ibu artinya ya itu tadi, sebuah penghargaan terhadap pendapat anak dan terhadap orisinalitas :) Bravo Uka dan Ene!!!

Friday, May 06, 2005

Tebakan Uka Jilid 2

Tau kalau anak sulungnya lagi senang tebak2an, weekend minggu lalu saat Bapak di Cilegon, Bapak ngajak Uka tebak2an menjelang tidur malam. Tebakan Bapak begini, "Uka coba tebak, apa yang kalau dilihat dari jauh seperti mobil, dilihat dari dekat tetap seperti mobil, tapi bukan mobil?". Tanpa nunggu lama Uka berkata lantang, "Nggak tau!". Uh.. dasar males mikir :) Bapak lalu kasih jawaban, "Jawabannya, foto mobil!".

Uka karena merasa kalah 1-0 sama Bapak lantas ganti kasih tebakan, "Sekarang ganti aku yang kasih tebakan. Bapak jawab ya. Apa hayo yang seperti patung tapi bisa disobek?". Bapak cuma senyum2 aja dikasih tebakan Uka. Kali dalam hati bingung juga jawabannya apa, tapi Bapak nggak mau mengakui. Biasa.. Bapak jaim alias jaga image, masak Bapak yang dosen dan disegani banyak mahasiswa nggak bisa jawab tebakan Uka yang umurnya belum genap 5 tahun :D Karena Bapak nggak segera menjawab, Uka langsung menyebut jawabannya, "Itu foto patung!". Hehehe... apakah Anda berhasil menebak? Yang mengagumkan (at least buat Ibu), betapa cepat Uka menyerap ide Bapak tentang foto dan mengubahnya menjadi tebakan lain yang sejenis jawabannya :)