Grha Sabha Pramana
Grha Sabha Pramana atau yang lebih populer dengan sebutan Grha Sabha merupakan salah satu tempat di Jogja yang menjadi obsesi Ibu untuk dikunjungi setiap Minggu pagi jika tinggal di Jogja. Tapi kenyataannya, setelah kami menetap di Jogja, tidak setiap Minggu kami berkesempatan dolan ke kawasan ini. Masalahnya sederhana, susah bangun pagi!!! Hahahaha....
Tapi kenapa kok hanya setiap Minggu pagi? Karena hanya saat inilah ada pasar kaget di Grha Sabha. Ibu tidak tau persis sejak kapan aktivitas ini dimulai, tapi konon kabarnya sih berawal dari aktivitas OR (olah raga) masyarakat Jogja yang tumplek bleg (berkumpul) di area sekitar Grha Sabha. Maklum aja, sekarang ini relatif jarang ditemukan area hijau yang enak untuk ber-OR di perkotaan. Jogja salah satu big city yang beruntung masih memiliki kawasan semacam ini.
Dari aktivitas awal OR, para pedagang kecil menangkap peluang untuk berdagang. Awalnya dimulai oleh para pedagang jamu. Uniknya jamu yang dijual di gerobak dorong hanya ada tiga macam, yaitu beras kencur, gula asam, dan kunyit asam. Ini sesuai dengan tujuannya sebagai pelepas dahaga orang-orang yang selesai ber-OR. Ketiga jamu ini memang tidak pahit seperti pada umumnya jamu, tapi menyegarkan. Kalo pahit, siapa yang mo beli coba? Hehe...
Selain jamu, dagangan awal yang muncul di area Grha Sabha adalah tempura. Meski namanya diambil dari makanan khas Jepang, tapi jangan dibayangkan tempura ini persis seperti aslinya. Tempura ala Jogja ini tampilannya mirip sate, karena disajikan dengan tusukan ala sate. Adapun bahannya utamanya terbuat dari tepung terigu plus kanji (tapioka), mungkin dengan ditambahi ikan (but I'm not sure about this :D) plus bumbu2 lain (sepertinya sih banyak MSG-nya :D). Yang jelas bentuknya seperti sosis, warnanya kuning seperti nugget, dan terasa agak kenyal kalo digigit. Namun sekarang ini, selain menjual tempura standar, para pedagang juga menambah variasi jualannya dengan sosis, otak-otak ikan, dll. tapi teteeep... semuanya disajikan dengan tusuk sate! Dari semula hanya pedagang jamu dan tempura, lama-lama muncul pedagang makanan lain seperti bubur ayam, opor ayam, siomai, dll. yang berjualan dengan gaya lesehan di sepanjang pinggir jalan. Selain itu juga ada pedagang mainan, asesori, pakaian, bahkan pedagang hamster!
15 Jan 2006: Sambil nunggu pesanan datang, Bapak minta dipijit Uka dan Ene :D
Dari seringnya lihat-lihat hamster di Grha Sabha, akhirnya Udane (dan didukung Bapak tentunya hehe..) tertarik untuk memelihara hamster. Jadi sekarang kami punya hamster 4 ekor, 2 jantan dan 2 betina, dari jenis Roborovsky. Sebelumnya Udane memelihara kura-kura Brasil, tapi saat Lebaran 2006 lalu, kura-kura tersebut kami bawa ke Wonosobo (karena di Jogja gak ada yang kasih makan) dan akhirnya ditinggal di sana buat temen Mbah Hardjo kakung yang sudah tidak banyak kesibukan. Sama seperti Bapak, Mbah Hardjo kakung demen banget memelihara binatang. Lebih tepatnya sih, Bapak yang ketularan Mbah Hardjo hehehe.....
Oya, Grha Sabha Pramana ini sebenarnya bukan nama kawasan seperti halnya Malioboro, tapi nama auditorium UGM. FYI, Duta Sheila On 7 dulu resepsi pernikahannya di gedung ini lho.... Tapi jangan salah, Ibu tau bukan karena diundang, tapi karena Ibu setia mengikuti infotainment! Hahaha..... Nah... lingkungan di sekitar gedung ini memang termasuk kawasan hijau dan biasa dipakai untuk banyak aktivitas warga Jogja, tidak hanya untuk kalangan UGM saja. Banyak kegiatan ekstrakurikuler siswa dan mahasiswa maupun kalangan umum yang dilakukan di area sekitar Grha Sabha ini. Yang terakhir ini tidak hanya dilakukan pada Minggu pagi tapi juga pada hari-hari lain. Khusus Minggu pagi, jalanan seputar Grha Sabha menjadi area pasar kaget.
Aktivitas Minggu pagi di seputar Grha Sabha ini juga menjadi ajang orang-orang untuk ngamen. Yang ngamen ini sangat bervariasi, mulai dari yang sendirian sampai rombongan lebih dari 10 orang! Usianya mulai dari anak-anak, remaja, sampai manula alias manusia usia lanjut. Bahkan jenis kelamin pun variasinya bukan cuma dua, laki-laki dan perempuan, tapi juga ada waria hehehe... Tentang pengamen waria ini, sempat membuat Uka dan Ene takut dan sembunyi di balik Bapak dan Ibu. Mungkin karena dandanan mereka yang menor, juga karena datangnya rombongan sampai 4 orang! Hehehe.....
Yang menarik diperhatikan dari para pengamen ini adalah kualitas bermusiknya. Meskipun tidak sedikit yang asal nyanyi dengan peralatan sederhana, tapi banyak juga yang ngamen dengan serius, membawa perlengkapan perkusi lengkap, gak cuma gitar. Yang seperti ini rasanya gak rugi ngasih beberapa lembar ribuan karena kita jadi terhibur dan bisa menikmatinya. Pernah satu ketika kami lagi lesehan, tiba-tiba datang rombongan ABG (anak baru gede alias remaja) cowok cewek sekitar 10-an orang dengan dandanan yang fashionable. Tadinya Ibu mengira mereka mau lesehan juga, tapi ternyata gak lama kemudian mereka berdiri berjejer, selanjutnya terdengar suara gitar dipetik dan disahut dengan koor para ABG tersebut. Suaranya pun lumayan merdu dengan komposisi suara satu dan dua. Ibu jadi ingat dulu jaman SMA sering bikin kelompok Vocal Group semacam ini hehehe...
Di kala lain ada juga kejadian ngamen yang lucu. Pengamennya rombongan ABG juga, sekitar 5-6 orang. Dengan gaya provokatif ala profesional di pentas seni, salah satu gitarisnya (cowok) menawarkan pilihan lagu kepada para pendengarnya. Ibu lantas nanya Uka, mau pilih lagu apa. Karena saat itu Uka dan Ene lagi demen dengan Kenangan Terindah dari Samsons, maka Uka minta lagu itu. Ibu mikir, wah.. boleh juga nih pilihan Uka, pasti bakal enak didengar karena Ibu juga suka lagu itu. Tapi apa lacur, setelah beberapa kali menyamakan suara dengan gitar, akhirnya yang keluar adalah suara sumbang karena nada dasarnya gak sama dengan gitar! GATOT deh! Alias gagal total! Hahahaha..... Uka langsung komentar, "Kok nyanyinya gak enak?" sementara Ibu menahan tawa, gak berani ngliat ke arah pengamennya, kasihan! Untunglah mereka segera sadar kalo suara mereka gak enak didengar, jadi mereka menghentikan lagu tersebut di tengah jalan, minta maaf, lantas menyanyikan lagu lain yang sudah mereka kuasai dengan baik. Tapi Ibu salut dengan mereka karena bisa menyikapi kesalahan mereka dengan baik. Jarang lho... anak-anak seumur mereka bisa bersikap seperti itu!
15 Jan 2006: Ini yang selalu ditunggu Ene, naik kuda!!!
22 Jan 2006: Naik kuda lagi!
Tapi kenapa kok hanya setiap Minggu pagi? Karena hanya saat inilah ada pasar kaget di Grha Sabha. Ibu tidak tau persis sejak kapan aktivitas ini dimulai, tapi konon kabarnya sih berawal dari aktivitas OR (olah raga) masyarakat Jogja yang tumplek bleg (berkumpul) di area sekitar Grha Sabha. Maklum aja, sekarang ini relatif jarang ditemukan area hijau yang enak untuk ber-OR di perkotaan. Jogja salah satu big city yang beruntung masih memiliki kawasan semacam ini.
Dari aktivitas awal OR, para pedagang kecil menangkap peluang untuk berdagang. Awalnya dimulai oleh para pedagang jamu. Uniknya jamu yang dijual di gerobak dorong hanya ada tiga macam, yaitu beras kencur, gula asam, dan kunyit asam. Ini sesuai dengan tujuannya sebagai pelepas dahaga orang-orang yang selesai ber-OR. Ketiga jamu ini memang tidak pahit seperti pada umumnya jamu, tapi menyegarkan. Kalo pahit, siapa yang mo beli coba? Hehe...
Selain jamu, dagangan awal yang muncul di area Grha Sabha adalah tempura. Meski namanya diambil dari makanan khas Jepang, tapi jangan dibayangkan tempura ini persis seperti aslinya. Tempura ala Jogja ini tampilannya mirip sate, karena disajikan dengan tusukan ala sate. Adapun bahannya utamanya terbuat dari tepung terigu plus kanji (tapioka), mungkin dengan ditambahi ikan (but I'm not sure about this :D) plus bumbu2 lain (sepertinya sih banyak MSG-nya :D). Yang jelas bentuknya seperti sosis, warnanya kuning seperti nugget, dan terasa agak kenyal kalo digigit. Namun sekarang ini, selain menjual tempura standar, para pedagang juga menambah variasi jualannya dengan sosis, otak-otak ikan, dll. tapi teteeep... semuanya disajikan dengan tusuk sate! Dari semula hanya pedagang jamu dan tempura, lama-lama muncul pedagang makanan lain seperti bubur ayam, opor ayam, siomai, dll. yang berjualan dengan gaya lesehan di sepanjang pinggir jalan. Selain itu juga ada pedagang mainan, asesori, pakaian, bahkan pedagang hamster!
15 Jan 2006: Sambil nunggu pesanan datang, Bapak minta dipijit Uka dan Ene :D
Dari seringnya lihat-lihat hamster di Grha Sabha, akhirnya Udane (dan didukung Bapak tentunya hehe..) tertarik untuk memelihara hamster. Jadi sekarang kami punya hamster 4 ekor, 2 jantan dan 2 betina, dari jenis Roborovsky. Sebelumnya Udane memelihara kura-kura Brasil, tapi saat Lebaran 2006 lalu, kura-kura tersebut kami bawa ke Wonosobo (karena di Jogja gak ada yang kasih makan) dan akhirnya ditinggal di sana buat temen Mbah Hardjo kakung yang sudah tidak banyak kesibukan. Sama seperti Bapak, Mbah Hardjo kakung demen banget memelihara binatang. Lebih tepatnya sih, Bapak yang ketularan Mbah Hardjo hehehe.....
Oya, Grha Sabha Pramana ini sebenarnya bukan nama kawasan seperti halnya Malioboro, tapi nama auditorium UGM. FYI, Duta Sheila On 7 dulu resepsi pernikahannya di gedung ini lho.... Tapi jangan salah, Ibu tau bukan karena diundang, tapi karena Ibu setia mengikuti infotainment! Hahaha..... Nah... lingkungan di sekitar gedung ini memang termasuk kawasan hijau dan biasa dipakai untuk banyak aktivitas warga Jogja, tidak hanya untuk kalangan UGM saja. Banyak kegiatan ekstrakurikuler siswa dan mahasiswa maupun kalangan umum yang dilakukan di area sekitar Grha Sabha ini. Yang terakhir ini tidak hanya dilakukan pada Minggu pagi tapi juga pada hari-hari lain. Khusus Minggu pagi, jalanan seputar Grha Sabha menjadi area pasar kaget.
Aktivitas Minggu pagi di seputar Grha Sabha ini juga menjadi ajang orang-orang untuk ngamen. Yang ngamen ini sangat bervariasi, mulai dari yang sendirian sampai rombongan lebih dari 10 orang! Usianya mulai dari anak-anak, remaja, sampai manula alias manusia usia lanjut. Bahkan jenis kelamin pun variasinya bukan cuma dua, laki-laki dan perempuan, tapi juga ada waria hehehe... Tentang pengamen waria ini, sempat membuat Uka dan Ene takut dan sembunyi di balik Bapak dan Ibu. Mungkin karena dandanan mereka yang menor, juga karena datangnya rombongan sampai 4 orang! Hehehe.....
Yang menarik diperhatikan dari para pengamen ini adalah kualitas bermusiknya. Meskipun tidak sedikit yang asal nyanyi dengan peralatan sederhana, tapi banyak juga yang ngamen dengan serius, membawa perlengkapan perkusi lengkap, gak cuma gitar. Yang seperti ini rasanya gak rugi ngasih beberapa lembar ribuan karena kita jadi terhibur dan bisa menikmatinya. Pernah satu ketika kami lagi lesehan, tiba-tiba datang rombongan ABG (anak baru gede alias remaja) cowok cewek sekitar 10-an orang dengan dandanan yang fashionable. Tadinya Ibu mengira mereka mau lesehan juga, tapi ternyata gak lama kemudian mereka berdiri berjejer, selanjutnya terdengar suara gitar dipetik dan disahut dengan koor para ABG tersebut. Suaranya pun lumayan merdu dengan komposisi suara satu dan dua. Ibu jadi ingat dulu jaman SMA sering bikin kelompok Vocal Group semacam ini hehehe...
Di kala lain ada juga kejadian ngamen yang lucu. Pengamennya rombongan ABG juga, sekitar 5-6 orang. Dengan gaya provokatif ala profesional di pentas seni, salah satu gitarisnya (cowok) menawarkan pilihan lagu kepada para pendengarnya. Ibu lantas nanya Uka, mau pilih lagu apa. Karena saat itu Uka dan Ene lagi demen dengan Kenangan Terindah dari Samsons, maka Uka minta lagu itu. Ibu mikir, wah.. boleh juga nih pilihan Uka, pasti bakal enak didengar karena Ibu juga suka lagu itu. Tapi apa lacur, setelah beberapa kali menyamakan suara dengan gitar, akhirnya yang keluar adalah suara sumbang karena nada dasarnya gak sama dengan gitar! GATOT deh! Alias gagal total! Hahahaha..... Uka langsung komentar, "Kok nyanyinya gak enak?" sementara Ibu menahan tawa, gak berani ngliat ke arah pengamennya, kasihan! Untunglah mereka segera sadar kalo suara mereka gak enak didengar, jadi mereka menghentikan lagu tersebut di tengah jalan, minta maaf, lantas menyanyikan lagu lain yang sudah mereka kuasai dengan baik. Tapi Ibu salut dengan mereka karena bisa menyikapi kesalahan mereka dengan baik. Jarang lho... anak-anak seumur mereka bisa bersikap seperti itu!
15 Jan 2006: Ini yang selalu ditunggu Ene, naik kuda!!!
22 Jan 2006: Naik kuda lagi!
0 Comments:
Post a Comment
<< Home