Banyak Kisah
Well, it's been a long time since my last posting! Tidak perlu banyak penjelasan dan alasan, yang penting I'm back :D
Gempa 27 Mei 2006
Detilnya sudah banyak dibahas di media massa. Yang penting untuk diceritakan di sini bahwa kami sekeluarga turut menjadi korban. Seumur hidup baru kali itu Ibu merasakan lutut gemetaran. Dan di saat2 seperti itulah Ibu merasakan kepasrahan total kepada kehendak Sang Khalik. Yang penting saat itu, Uka dan Ene selamat dalam pelukan Ibu.
Kami sempat dua malam tidur di garasi beratap asbes beralas karpet dan tikar bersama Tante Retno sekeluarga karena khawatir masih ada gempa susulan. Itu pun kami nggak bisa tidur nyenyak. Bukan karena tidur di karpet, tapi karena setiap ada gempa susulan kami segera lari ke tempat terbuka. Pengalaman yang ga bakal terlupa!
Oya, pas kejadian gempa, kebetulan Bapak sedang tidak di Jogja. Bapak lagi berada di Bontang Kalimantan untuk ngajar kelas jauh di sana :( Gara2 gempa ini acara ngajarnya batal. Bapak dan Pak Teguh langsung memutuskan pulang dan dengan segala upaya mencari sarana transportasi untuk sampai di Jogja. Phiuh... perjalanan yang panjang dan sangat melelahkan buat Bapak dan Pak Teguh.
Klo ngomongin kerusakan rumah sih ga termasuk yang parah, cuma beberapa genteng melorot dan tembok retak2 di beberapa bagian terutama di ruang tamu. Tapi klo soal masalah psikis, boleh dibilang sampai sekarang bekasnya masih ada. Salah satu hal, sampai sekarang kami masih belum berani mengunjungi mall2 di Jogja karena selain gedungnya tinggi2, tempat parkirnya juga di basement. Selain itu, klo dengar suara yang agak menggemuruh jadi sensi banget! Dikira gempa lagi. Terus klo lihat tembok rusak karena apapun, biasanya Ene akan berkomentar, "Ibu, ini kena gempa ya?" :)
But life must go on! Ibu yakin waktu akan menyembuhkan semua luka. Dan semoga semangat ini juga yang dimiliki saudara2ku yang lebih parah kondisinya akibat gempa. Tidak hanya yang terjadi di Jogja, tapi juga serangkaian gempa lain yang ber-turut2 terjadi di tanah air tercinta ini. Amin.
Kado Ultah Terindah dari Uka
Kado itu adalah pengumuman diterimanya Uka menjadi siswa kelas IA SDN Percobaan 2 (SDP 2) Depok Sleman tahun ajaran 2006-2007. Sebelum sampai pada hasil ini, proses yang harus dilewati lumayan panjang. Itu yang menjadikan momen ini benar2 berarti buat Bapak dan Ibu (klo buat Uka sepertinya malah biasa2 aja hehe..)
Awalnya jauh2 hari Bapak dan Ibu sudah bolak-balik mencari info ke SDP 2 tentang waktu pendaftaran dan proses seleksinya, baik melalui telpon maupun datang langsung ke SDP 2. Ini kami lakukan karena saking khawatirnya ketinggalan info. Maklum, Bapak dan Ibu sama sekali tidak terpikir untuk mendaftar ke SD lain sebagai cadangan. Sejak awal memutuskan pindah ke Jogja ya penginnya menyekolahkan Uka di SDP 2 karena selain termasuk SDN favorit, juga lokasinya dekat UGM.
Masalahnya, karena SD favorit, untuk diterima di SDP 2 harus melalui proses seleksi mengingat jumlah pendaftar setiap tahunnya jauh melebihi kapasitas yang hanya 80 siswa (dibagi menjadi 2 kelas). Nah, proses seleksi ini berupa tes calistung (baca tulis hitung) tertulis selama 1 jam di ruang tertutup tanpa didampingi ortu! Yang Ibu khawatirkan adalah klo Uka mogok ga mau masuk ruang tes. Oleh karena itu, beberapa kali Ibu mengajak Uka ke SDP 2 untuk me-lihat2 sikon supaya saat tes Uka sudah familiar dengan lingkungan SDP 2 dan ga nervous lagi.
Bukan cuma tesnya yang mengkhawatirkan, bahkan untuk mendapatkan formulir pendaftaran aja kabarnya di tahun2 sebelumnya para ortu rela antri mulai dari jam 4 pagi! Meski akhirnya dari hasil ngobrol Ibu dengan Pak Dirun, satu2nya satpam di SDP 2, Ibu memperoleh info bahwa tidak perlu antri sepagi itu karena formulir baru dibagikan setelah para ortu diundang masuk ke beberapa ruang kelas. Yang penting, pesan Pak Dirun, jangan datang terlambat dari undangan yang telah ditentukan. Info ini lumayan melegakan. Ga kebayang deh klo Ibu harus antri dari jam 4 pagi!!! :D
Kepastian tanggal pendaftaran akhirnya diperoleh Bapak setelah bertemu dengan Kepsek SDP 2 secara langsung. Senin 26 Juni 2006 jam 08.00-10.00 pengambilan dan pengisian formulir dengan membawa beberapa dokumen yang disyaratkan. Selasa 27 Juni 2006 jam 08.00-09.00 tes calistung. Rabu 28 Juni 2006 pengumuman hasil tes. Kamis-Jumat 29-30 Juni 2006 pendaftaran ulang bagi siswa yang diterima. Senin 3 Juli 2006 pengumuman cadangan.
Akhirnya 26 Juni jam 07.00 kami tiba di SDP 2 untuk ambil formulir. Satu jam lebih awal dari undangan. Uka dan Ene ikut juga. Di SDP 2 sudah banyak ortu yang hadir, salah satunya Mama Kian, teman satu TK Uka. Ternyata Mama Kian sudah datang dari jam 5 pagi! Katanya banyak ortu lain yang juga datang jam segitu. Mereka sempat baris antri di depan pagar sekolah yang masih ditutup! Duh... kok ya pihak SDP 2 tidak mengumumkan secara jelas tentang prosedur pembagian formulir sehingga kejadian seperti ini ga perlu terulang dari tahun ke tahun!
Malamnya Ibu mencoba mengajak Uka latihan menulis untuk menghadapi tes. Targetnya paling ga Uka bisa menulis nama lengkapnya sendiri dengan benar karena Uka jarang menuliskan nama lengkapnya. Tapi ternyata Uka mogok! Wah.. Ibu sampai harus me-rayu2 Uka dengan wajah memelas! :) Mungkin karena wajah Ibu dasarnya patut dikasihani :) akhirnya Uka mau juga menulis namanya sebanyak 10x dan setelah itu langsung menutup bukunya seolah memberi tanda "it's enough, mum!".
Selasa, 27 Juni 2006. Pagi ini Ibu tidak banyak memberi komentar ke Uka, khawatir dia justru terbebani. Kami (Bapak, Ibu, Uka dan Ene) sampai di SDP 2 jam 07.30. Masih ada waktu setengah jam sebelum masuk ruangan. Uka bertemu dengan Fira, teman satu TK yang juga mendaftar di SDP 2. Uka dan Fira langsung lari ke sana sini seperti halnya semasa mereka di TK, sama sekali tak ada beban di wajah mereka. Ah... anak2! Betapa cerianya dunia mereka! Ibu lantas ngobrol dengan Mama Fira sementara Bapak ngikuti maunya Ene, entah kemana.
Jam 08.00 kurang dua menit bel berbunyi tanda masuk ruang tes. Ibu segera mencari Uka yang entah berada dimana. Ortu lain pun sibuk mencari anak masing2 yang juga tidak jelas keberadaannya karena berlarian ke sana sini. Setelah ketemu Uka, Ibu mengantar Uka masuk ruang tesnya. Duh... air mata Ibu sudah menggantung di pelupuk mata menatap Uka masuk ruang tes. It's his first real competition in the real world! Ga tega rasanya melepas Uka yang semuda itu sudah harus berjuang sendiri untuk masa depannya.
Daripada Ibu bener2 berurai airmata, akhirnya Ibu mencoba ngobrol dengan para ortu lainnya untuk mengalihkan perhatian. Dan ternyata kecemasan dan kekhawatiran itu bukan milik Ibu seorang, tapi juga para ortu lainnya. Obrolan pun jadi ajang curhat! Ibu juga sempat ngobrol dengan Mama Kian dan Mama Obi, teman satu TK Uka juga. Jadi ada 3 teman TK Uka yang juga mendaftar di SDP 2.
Dari obrolan ini Ibu baru tau klo tadi sempat ada anak yang nangis ga mau masuk ruang tes, kali karena merasa asing. Ibu bersyukur tadi Uka tidak bermasalah. Tidak lama kemudian ada seorang anak perempuan keluar dari salah satu ruang tes dan langsung muntah2. Kata bapaknya tadi pagi anak itu ga mau sarapan. Si bapak mencoba membujuk anaknya supaya mau melanjutkan tes. Setelah beberapa saat anak tersebut mau masuk ruang tes lagi. Tapi ga berapa lama, anak itu keluar lagi dan muntah2 lagi! Dan (lagi2) si bapak membujuk anaknya untuk melanjutkan tes. Duh.. Ibu dan ortu2 lainnya hanya bisa memandang dengan simpati tapi tidak bisa berbuat apa2. Di satu sisi upaya si bapak membujuk anaknya bisa dimaklumi karena ini satu2nya kesempatan tes di SDP 2, tapi di sisi lain juga nggak tega dengan kondisi si anak yang memang sudah tidak memungkinkan untuk tes.
Ibu makin miris dengan sistem penerimaan SD semacam ini. Ada SD yang kekurangan murid, tapi ada juga SD yang bingung menolak murid sampai harus mengadakan tes calistung!!! Ironisnya lagi, Depdiknas secara resmi membuat aturan bahwa TIDAK BOLEH MENGAJARKAN BACA TULIS DI TK!!! Tapi pada praktiknya hampir semua TK secara diam2 mengajarkan baca tulis karena para ortu menuntut demikian. Dan kenapa ortu memaksa? Ya karena siswa dan ortu bakal keteteran sendiri saat masuk SD klo belum bisa baca tulis sama sekali! Tuh... jadinya seperti benang ruwet kan? Terus simpul mana yang harus dibenahi lebih dulu? Pertanyaannya sederhana, tapi sayangnya tidak demikian dengan jawabannya :(
Rabu, 28 Juni 2006. Hari pengumuman hasil tes Uka! Karena hari ini Uka masih ada acara outbond di TK-nya, jadi agendanya Ibu mengantar Uka dan Ene ke TK, sementara Bapak yang melihat hasil pengumuman. Lagian, Ibu tidak cukup punya keberanian untuk melihat sendiri hasil tes Uka! Hahaha.. norak ya? Dalam perjalanan menuju TK, Ibu dapat sms dari Bapak "Diterima. No tes 035. No urut 59". Ibu baca sms tersebut ber-kali2, takut salah baca! Lantas Ibu sampaikan ke Uka berita gembira ini dan Uka pun langsung mengucap alhamdulillah sepenuh hati. Ibu sampai ketawa mendengar cara Uka mengucap syukur. Sepertinya release banget! Cuma kali bukan release karena diterima di SDP 2, tapi release karena ga bakal dimarahi Ibu! Hahaha... Eniwe, congratulation Uka! We luv u and are proud of u!
Gempa 27 Mei 2006
Detilnya sudah banyak dibahas di media massa. Yang penting untuk diceritakan di sini bahwa kami sekeluarga turut menjadi korban. Seumur hidup baru kali itu Ibu merasakan lutut gemetaran. Dan di saat2 seperti itulah Ibu merasakan kepasrahan total kepada kehendak Sang Khalik. Yang penting saat itu, Uka dan Ene selamat dalam pelukan Ibu.
Kami sempat dua malam tidur di garasi beratap asbes beralas karpet dan tikar bersama Tante Retno sekeluarga karena khawatir masih ada gempa susulan. Itu pun kami nggak bisa tidur nyenyak. Bukan karena tidur di karpet, tapi karena setiap ada gempa susulan kami segera lari ke tempat terbuka. Pengalaman yang ga bakal terlupa!
Oya, pas kejadian gempa, kebetulan Bapak sedang tidak di Jogja. Bapak lagi berada di Bontang Kalimantan untuk ngajar kelas jauh di sana :( Gara2 gempa ini acara ngajarnya batal. Bapak dan Pak Teguh langsung memutuskan pulang dan dengan segala upaya mencari sarana transportasi untuk sampai di Jogja. Phiuh... perjalanan yang panjang dan sangat melelahkan buat Bapak dan Pak Teguh.
Klo ngomongin kerusakan rumah sih ga termasuk yang parah, cuma beberapa genteng melorot dan tembok retak2 di beberapa bagian terutama di ruang tamu. Tapi klo soal masalah psikis, boleh dibilang sampai sekarang bekasnya masih ada. Salah satu hal, sampai sekarang kami masih belum berani mengunjungi mall2 di Jogja karena selain gedungnya tinggi2, tempat parkirnya juga di basement. Selain itu, klo dengar suara yang agak menggemuruh jadi sensi banget! Dikira gempa lagi. Terus klo lihat tembok rusak karena apapun, biasanya Ene akan berkomentar, "Ibu, ini kena gempa ya?" :)
But life must go on! Ibu yakin waktu akan menyembuhkan semua luka. Dan semoga semangat ini juga yang dimiliki saudara2ku yang lebih parah kondisinya akibat gempa. Tidak hanya yang terjadi di Jogja, tapi juga serangkaian gempa lain yang ber-turut2 terjadi di tanah air tercinta ini. Amin.
Kado Ultah Terindah dari Uka
Kado itu adalah pengumuman diterimanya Uka menjadi siswa kelas IA SDN Percobaan 2 (SDP 2) Depok Sleman tahun ajaran 2006-2007. Sebelum sampai pada hasil ini, proses yang harus dilewati lumayan panjang. Itu yang menjadikan momen ini benar2 berarti buat Bapak dan Ibu (klo buat Uka sepertinya malah biasa2 aja hehe..)
Awalnya jauh2 hari Bapak dan Ibu sudah bolak-balik mencari info ke SDP 2 tentang waktu pendaftaran dan proses seleksinya, baik melalui telpon maupun datang langsung ke SDP 2. Ini kami lakukan karena saking khawatirnya ketinggalan info. Maklum, Bapak dan Ibu sama sekali tidak terpikir untuk mendaftar ke SD lain sebagai cadangan. Sejak awal memutuskan pindah ke Jogja ya penginnya menyekolahkan Uka di SDP 2 karena selain termasuk SDN favorit, juga lokasinya dekat UGM.
Masalahnya, karena SD favorit, untuk diterima di SDP 2 harus melalui proses seleksi mengingat jumlah pendaftar setiap tahunnya jauh melebihi kapasitas yang hanya 80 siswa (dibagi menjadi 2 kelas). Nah, proses seleksi ini berupa tes calistung (baca tulis hitung) tertulis selama 1 jam di ruang tertutup tanpa didampingi ortu! Yang Ibu khawatirkan adalah klo Uka mogok ga mau masuk ruang tes. Oleh karena itu, beberapa kali Ibu mengajak Uka ke SDP 2 untuk me-lihat2 sikon supaya saat tes Uka sudah familiar dengan lingkungan SDP 2 dan ga nervous lagi.
Bukan cuma tesnya yang mengkhawatirkan, bahkan untuk mendapatkan formulir pendaftaran aja kabarnya di tahun2 sebelumnya para ortu rela antri mulai dari jam 4 pagi! Meski akhirnya dari hasil ngobrol Ibu dengan Pak Dirun, satu2nya satpam di SDP 2, Ibu memperoleh info bahwa tidak perlu antri sepagi itu karena formulir baru dibagikan setelah para ortu diundang masuk ke beberapa ruang kelas. Yang penting, pesan Pak Dirun, jangan datang terlambat dari undangan yang telah ditentukan. Info ini lumayan melegakan. Ga kebayang deh klo Ibu harus antri dari jam 4 pagi!!! :D
Kepastian tanggal pendaftaran akhirnya diperoleh Bapak setelah bertemu dengan Kepsek SDP 2 secara langsung. Senin 26 Juni 2006 jam 08.00-10.00 pengambilan dan pengisian formulir dengan membawa beberapa dokumen yang disyaratkan. Selasa 27 Juni 2006 jam 08.00-09.00 tes calistung. Rabu 28 Juni 2006 pengumuman hasil tes. Kamis-Jumat 29-30 Juni 2006 pendaftaran ulang bagi siswa yang diterima. Senin 3 Juli 2006 pengumuman cadangan.
Akhirnya 26 Juni jam 07.00 kami tiba di SDP 2 untuk ambil formulir. Satu jam lebih awal dari undangan. Uka dan Ene ikut juga. Di SDP 2 sudah banyak ortu yang hadir, salah satunya Mama Kian, teman satu TK Uka. Ternyata Mama Kian sudah datang dari jam 5 pagi! Katanya banyak ortu lain yang juga datang jam segitu. Mereka sempat baris antri di depan pagar sekolah yang masih ditutup! Duh... kok ya pihak SDP 2 tidak mengumumkan secara jelas tentang prosedur pembagian formulir sehingga kejadian seperti ini ga perlu terulang dari tahun ke tahun!
Malamnya Ibu mencoba mengajak Uka latihan menulis untuk menghadapi tes. Targetnya paling ga Uka bisa menulis nama lengkapnya sendiri dengan benar karena Uka jarang menuliskan nama lengkapnya. Tapi ternyata Uka mogok! Wah.. Ibu sampai harus me-rayu2 Uka dengan wajah memelas! :) Mungkin karena wajah Ibu dasarnya patut dikasihani :) akhirnya Uka mau juga menulis namanya sebanyak 10x dan setelah itu langsung menutup bukunya seolah memberi tanda "it's enough, mum!".
Selasa, 27 Juni 2006. Pagi ini Ibu tidak banyak memberi komentar ke Uka, khawatir dia justru terbebani. Kami (Bapak, Ibu, Uka dan Ene) sampai di SDP 2 jam 07.30. Masih ada waktu setengah jam sebelum masuk ruangan. Uka bertemu dengan Fira, teman satu TK yang juga mendaftar di SDP 2. Uka dan Fira langsung lari ke sana sini seperti halnya semasa mereka di TK, sama sekali tak ada beban di wajah mereka. Ah... anak2! Betapa cerianya dunia mereka! Ibu lantas ngobrol dengan Mama Fira sementara Bapak ngikuti maunya Ene, entah kemana.
Jam 08.00 kurang dua menit bel berbunyi tanda masuk ruang tes. Ibu segera mencari Uka yang entah berada dimana. Ortu lain pun sibuk mencari anak masing2 yang juga tidak jelas keberadaannya karena berlarian ke sana sini. Setelah ketemu Uka, Ibu mengantar Uka masuk ruang tesnya. Duh... air mata Ibu sudah menggantung di pelupuk mata menatap Uka masuk ruang tes. It's his first real competition in the real world! Ga tega rasanya melepas Uka yang semuda itu sudah harus berjuang sendiri untuk masa depannya.
Daripada Ibu bener2 berurai airmata, akhirnya Ibu mencoba ngobrol dengan para ortu lainnya untuk mengalihkan perhatian. Dan ternyata kecemasan dan kekhawatiran itu bukan milik Ibu seorang, tapi juga para ortu lainnya. Obrolan pun jadi ajang curhat! Ibu juga sempat ngobrol dengan Mama Kian dan Mama Obi, teman satu TK Uka juga. Jadi ada 3 teman TK Uka yang juga mendaftar di SDP 2.
Dari obrolan ini Ibu baru tau klo tadi sempat ada anak yang nangis ga mau masuk ruang tes, kali karena merasa asing. Ibu bersyukur tadi Uka tidak bermasalah. Tidak lama kemudian ada seorang anak perempuan keluar dari salah satu ruang tes dan langsung muntah2. Kata bapaknya tadi pagi anak itu ga mau sarapan. Si bapak mencoba membujuk anaknya supaya mau melanjutkan tes. Setelah beberapa saat anak tersebut mau masuk ruang tes lagi. Tapi ga berapa lama, anak itu keluar lagi dan muntah2 lagi! Dan (lagi2) si bapak membujuk anaknya untuk melanjutkan tes. Duh.. Ibu dan ortu2 lainnya hanya bisa memandang dengan simpati tapi tidak bisa berbuat apa2. Di satu sisi upaya si bapak membujuk anaknya bisa dimaklumi karena ini satu2nya kesempatan tes di SDP 2, tapi di sisi lain juga nggak tega dengan kondisi si anak yang memang sudah tidak memungkinkan untuk tes.
Ibu makin miris dengan sistem penerimaan SD semacam ini. Ada SD yang kekurangan murid, tapi ada juga SD yang bingung menolak murid sampai harus mengadakan tes calistung!!! Ironisnya lagi, Depdiknas secara resmi membuat aturan bahwa TIDAK BOLEH MENGAJARKAN BACA TULIS DI TK!!! Tapi pada praktiknya hampir semua TK secara diam2 mengajarkan baca tulis karena para ortu menuntut demikian. Dan kenapa ortu memaksa? Ya karena siswa dan ortu bakal keteteran sendiri saat masuk SD klo belum bisa baca tulis sama sekali! Tuh... jadinya seperti benang ruwet kan? Terus simpul mana yang harus dibenahi lebih dulu? Pertanyaannya sederhana, tapi sayangnya tidak demikian dengan jawabannya :(
Rabu, 28 Juni 2006. Hari pengumuman hasil tes Uka! Karena hari ini Uka masih ada acara outbond di TK-nya, jadi agendanya Ibu mengantar Uka dan Ene ke TK, sementara Bapak yang melihat hasil pengumuman. Lagian, Ibu tidak cukup punya keberanian untuk melihat sendiri hasil tes Uka! Hahaha.. norak ya? Dalam perjalanan menuju TK, Ibu dapat sms dari Bapak "Diterima. No tes 035. No urut 59". Ibu baca sms tersebut ber-kali2, takut salah baca! Lantas Ibu sampaikan ke Uka berita gembira ini dan Uka pun langsung mengucap alhamdulillah sepenuh hati. Ibu sampai ketawa mendengar cara Uka mengucap syukur. Sepertinya release banget! Cuma kali bukan release karena diterima di SDP 2, tapi release karena ga bakal dimarahi Ibu! Hahaha... Eniwe, congratulation Uka! We luv u and are proud of u!