Wednesday, April 26, 2006

Imunisasi Polio 4 & 5

Tadinya Ibu sudah males mau nulis cerita tentang imunisasi polio Ene karena kejadiannya sudah lewat hampir sebulan yang lalu (hehehe...) tapi demi melengkapi dokumentasi (Ini salah satu manfaat blog!) tentang imunisasi jadi ya akhirnya tetap ditulis :D

Sesuai dengan program pemerintah, tanggal 27 Februari 2006 dan 12 April 2006 yang lalu, Ene ikut imunisasi polio tahap 4 dan 5. Namun, beda dengan tahap 1 - 3 yang imunisasinya diberikan di RSKM Cilegon, kali ini imunisasi Ene diberikan di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) Nusa Indah di Jogja, tepatnya di sebuah rumah penduduk yang dijadikan posyandu, di perkampungan sebelah kompleks perumahan tempat kami tinggal. Adanya perbedaan suasana ini ternyata menimbulkan reaksi yang berbeda terhadap Ene. Gini cerita lengkapnya.

Menjelang imunisasi tgl 27 Feb Ibu sudah mulai mikir2 lokasi imunisasi. Di dekat UGM ada RS Dr. Sardjito, tapi wah.. nggak kebayang deh ramenya di situ. Bapak aja males berobat ke Sardjito hehe.. Maklum aja, namanya rumah sakit besar yang tidak hanya berfungsi sebagai rumah sakit rujukan, tapi juga sebagai teaching hospital alias tempat pembelajaran para mahasiswa Kedokteran UGM, jadi bisa dibayangkan ruwetnya. Apalagi Ibu belum pernah masuk ke Sardjito, nanti malah harus nyari2 tempat imunisasi sama Ene. Belum lagi kalo ternyata tidak ada program imunisasi di Sardjito! Wah... bisa tambah berabe kan?

Alternatif kedua adalah Puskesmas yang terletak di Jl. Kaliurang sekitar Km. 8 (kami di Km. 13). Puskesmas ini selalu Ibu lewati kalo ke kota (wilayah kami nggak termasuk kota hehe..). Namun makin dekat hari imunisasi Ibu makin merasa kalo Puskesmas ini pun sebenarnya terlalu jauh dari rumah kalo hanya untuk sekedar imunisasi. Ntar persiapan dan tetek bengeknya (mulai dari mandiin Ene sampai ngurus perbekalan dll.; fyi, kalo pergi jauh Ene mesti bawa botol susu dan nggak cukup sebotol tapi harus 2 botol yang 250 cc!) jauh lebih lama dari pemberian imunisasinya sendiri yang hanya 2 tetes! Jadi Ibu masih memikirkan alternatif lokasi lain yang lebih dekat.

Ibu yakin pasti ada lokasi imunisasi di sekitar rumah, masalahnya cuma kurang info aja! Jadi Ibu berencana nanya ke Tante Retno (ibunya Neta, Brian, dan Dimas) di sebelah rumah. Dimas kan juga masih termasuk balita, jadi mestinya ikut imunisasi. Tapi ndilalah (kebetulan) Ibu lupa2 melulu (tanda2 proses penuaan? hehe..) sampai baru ingat lagi pas malam sebelum imunisasi! Wah... kalo harus ngetok rumah Tante Retno nggak enak karena sudah malam (sekitar jam 9), mau telpon belum tau no. telpon rumahnya (nggak pernah nanya), apalagi no. HP-nya! (Catatan: Kalo sekarang sih Ibu sudah tau no. telp Tante Retno, baik telp rumah maupun HP karena namanya juga tetangga, pasti bakal ada aja keperluannya.)

Untungnya, Ibu ingat kalo Tante Trias tinggal di perumahan yang sama dengan kami dan kedua buah hatinya juga masih balita, jadi mestinya tau tempat imunisasi terdekat. Tante Trias ini teman sekantor Bulik Prie, dan Tante Trias ini yang ngasih informasi tentang rumah yang sekarang kami tempati. Jadi malam itu Ibu sms Tante Trias meski tidak terlalu berharap dibalas malam itu juga karena biasanya orang (Ibu maksudnya :D) kalo sudah di rumah, HP-nya ditaruh di kamar ato entah dimana, yang jelas nggak di-tengok2 lagi, terutama kalo nada deringnya nggak kenceng. Apalagi waktu itu kan sudah malam, mungkin Tante Trias sudah tidur. Tapi syukurlah nggak lama kemudian Tante Trias membalasnya. Tante Trias ngasih info posyandu terdekat yang letaknya di sekitar gerbang utama perumahan kami plus jadwal imunisasi yang dimulai jam 9 pagi sampai jam 12 siang. Tante Trias malah dapat undangan tertulis dari posyandu tersebut untuk imunisasi. Jadi nggak salah alamat kalo Ibu nanya ke Tante Trias hehe... Makasih Tante Trias!

Jadi keesokan harinya Ibu, Ene, dan Yang Nuk (waktu itu Yang Nuk belum pulang ke Surabaya) berangkat imunisasi berjalan kaki karena jarak yang relatif dekat. Tapi ternyata Ene yang biasanya suka jalan kaki pagi sama Yuk, kali itu nggak mau jalan dan minta gendong! Karena sejak awal Ibu niatnya sekalian gerak badan (mau bilang 'olah raga' kok malu, masak jalan kaki bentar aja dibilang olah raga, kalo nggendong Ene yang beratnya 15 kg sambil jalan kaki 1 km nah... itu baru bisa disebut 'olah raga' haha..) jadi ok lah Ene digendong Ibu.

Kami sengaja datang di posyandu tepat jam 9 pagi sesuai jadwal dengan harapan belum terlalu rame, tapi ternyata sampai di sana sudah banyak ibu2 beserta para balitanya, jadi suasananya rada hiruk pikuk, apalagi ada beberapa anak yang menangis karena nggak mau diimunisasi. Dan yang lebih kacau lagi, terdengar keras pula suara petugas yang berusaha memberi imunisasi dengan ancaman dan intimidasi, bukan bujukan! "Mengko disuntik lo yen ra gelem ditetesi! Iki mung ditetesi kok, ora lara! Wis disuntik wae yen ra gelem!" (Nanti disuntik lo kalo gak mau! Ini cuma ditetesi kok, nggak sakit! Sudah disuntik aja kalo nggak mau!) Nah.. dengan suasana semacam itu dan sikap petugas yang sama sekali tidak bersahabat, terang aja Ene lantas menolak diimunisasi! Dia langsung bilang, "Ibu... nggak mau! Nggak mau! Pulang!" Sikap Ene ini berbeda 180 derajat dengan saat dia diimunisasi di Cilegon. Waktu itu sama sekali tidak ada penolakan, bahkan Ene terkesan menikmati saat2 pergi ke rumah sakit.

Akhirnya, karena tidak ada tanda2 Ene bisa dibujuk dengan mudah, Yang Nuk yang (untungnya :D) membawa jarit gendongan lantas menggendong Ene (yang waktu itu sudah turun dari gendongan Ibu) sementara Ibu mendaftarkan Ene. Begitu Ibu selesai mendaftar dan bermaksud membujuk Ene lagi supaya mau membuka mulut dengan sukarela, eh.. ternyata si petugas sudah mendekati Ene di gendongan Yang Nuk. Dan hanya dalam hitungan beberapa detik, si petugas yang berpostur tinggi besar dan berseragam pegawai negeri segera memencet hidung Ene (yang secara refleks segera membuka mulut) dan meneteskan cairan imunisasi polio!!! Ibu cuma melongo menyaksikan adegan 'kekerasan' tersebut.

Meski akhirnya Ene tertetesi cairan imunisasi, tapi sepanjang jalan pulang Ibu tidak habis pikir dengan cara2 yang ditempuh si petugas terhadap anak2 balita tersebut. Kok harus seperti itu! Di-takut2i dengan suntikan, dipencet hidungnya! Wah.. wah.. Ibu aja se-umur2 belum pernah (dan semoga tidak pernah) memencet hidung Ene meski kadang2 Ene (terutama ketika usianya kurang dari 1 tahun) susah minum obat! Tapi di sisi lain Ibu mencoba memberi excuse untuk tindakan petugas tersebut. Mungkin dia dikejar target harus mengimunisasi sekian banyak balita, sementara banyak balita (bahkan ibunya!) yang menolak diimunisasi. Dan petugas tersebut belum tau cara2 yang lebih persuasif untuk membujuk anak2. Dan masih banyak excuse yang lain yang pada intinya membuat Ibu bisa memaafkan dan memaklumi petugas tersebut :)

Dan tgl 12 Apr kembali Ibu mengantar Ene imunisasi polio tahap 5 ke Posyandu Nusa Indah tanpa keraguan. Kali ini Ibu berangkat berdua Ene naik motor. Milih naik motor daripada jalan kaki karena khawatir Ene minta gendong lagi! :P Kalo ada Yang Nuk sih gak papa, ada yang diajak gantian nggendong (hehehe..), nah kali ini gak ada Yang Nuk karena udah pulang ke Surabaya. Ibu juga udah mempersiapkan diri menghadapi segala kemungkinan di posyandu nanti. Kalo perlu, Ibu bakal netesin sendiri cairan imunisasi ke mulut Ene! :D

Sebelum berangkat, Ibu nengok sebentar ke rumah sebelah, barangkali Tante Retno juga mau ngantar Dimas imunisasi, bisa barengan. Tapi ternyata Tante Retno malah nggak tau kalo hari itu ada imunisasi. Tante Retno dan Dimas memang sudah siap2 pergi tapi bukan untuk imunisasi melainkan ada perlu yang lain sekalian ngantar Dimas sekolah. Kata Tante Retno, Dimas imunisasinya sekalian jalan aja, sak nemunya tempat. Katanya, dulu2 juga gitu :D Ya sudah akhirnya Ibu dan Ene naik motor berdua. Seperti biasa Ene duduk depan. Ibu belum berani membiarkan Ene duduk di belakang, takut jatuh! Kalo naik motor, Ene bisa tiba2 berdiri dari duduknya dan berteriak bak jagoan!!

Supaya Ene merasa seneng dan santai dulu, Ibu nggak langsung ke posyandu, tapi keliling perumahan dulu, melewati lokasi pelatihan anjing. Kebetulan lagi ada dua anjing di situ, satu dalmatian (yang ini Ibu yakin jenisnya) dan satu lagi golden retriever (yang ini kalo gak salah :D). Wah.. Ene seneng banget lihat anjing2 itu. Dia pecinta binatang sejati seperti bapaknya! Eh.. tapi ada satu binatang yang ditakuti Ene (juga Uka). Tau nggak apa? LABA-LABA!!!!! Duh... gimana nih Tante Weni, kok dua kurcaciku persis kayak RON WEASLEY! Awas ya.. jangan ngakak lho!! Hahaha....

Habis lihat anjing, baru Ibu dan Ene meluncur ke posyandu. Begitu motor memasuki halaman posyandu, Ene mulai merengek, "Bu.. nggak mau, pulang aja!" Tapi alhamdulillah suasananya nggak seriuh sebelumnya. Kali itu hanya ada satu petugas (seingat Ibu, petugas ini sebelumnya bagian pendaftaran, sementara petugas tinggi besar yang netesin cairan ke Ene pada periode sebelumnya, saat itu nggak tampak batang hidungnya) dan seorang ibu lagi dengan anaknya di pangkuan, lagi ngobrol. Ibu lantas mendekat sambil menggendong Ene. Setelah mendaftar, ternyata petugas pendaftar ini sekaligus yang netesin. Ene sempat mau menolak, tapi untunglah petugas yang ini nggak menggunakan cara2 'kekerasan'. Dia membujuk Ene dengan mengatakan kalo tetesan tersebut rasa stroberi! :D Dan Ibu membujuk dengan menjanjikan Ene untuk lihat anjing lagi. Dengan dua jenis bujukan ini, akhirnya Ene pun mau membuka mulutnya dan tes.. tes.. cairan imunisasi pun masuk ke mulut Ene dengan selamat! Hehehe... Dan sesuai janji Ibu, pulangnya kami mampir lagi nengok dalmatian dan (mungkin :D) golden retriever.

Oya.. hari imunisasi ini (hari Rabu) benernya pas jadwal ngajar Ibu untuk Kelas B, tapi karena Kelas A (kelas paralel dengan B) yang jadwalnya hari Selasa masih libur kuliah (dipakai ujian), jadinya Kelas B Ibu liburkan juga biar adil (menurut Ibu :D). Selain itu, kebetulan ini pas hari imunisasi, jadi klop kan?! :D

1 Comments:

Post a Comment

<< Home