Monday, August 29, 2005

Tribute to Cak Nur

Innalillahi wa innailaihi roji'un. Baru saja Ibu membaca berita duka di Kompas Cyber Media dan di detik.com.

KCM:

Jakarta, KCM

Cendekiawan Nurcholish Madjid (Cak Nur) meninggal dunia di ruang 4403 Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) Jakarta, Senin (29/8) pukul 14.05 WIB.

Cak Nur dirawat di RSPI sejak pekan lalu karena penyakit hati yang dideritanya kambuh. Penyakit yang diderita Cak Nur adalah kelanjutan riwayat penyakit hati yang pernah diderita sebelumya. Meski sudah menjalani transplantasi hati, namun itu tidak mengurangi risiko penyakit yang dideritanya kambuh lagi.

Penulis: Nik

detik.com:

Jakarta - Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Satu lagi putra terbaik bangsa meninggal dunia. Senin (29/8/2005), cendekiawan Nurcholish Madjid wafat.

Cendekiawan yang sering disapa cak Nur ini meninggal dunia pukul 14.05 WIB di RS Pondok Indah, Jakarta Selatan. Hingga pukul 14.20 WIB, jenazah Cak Nur masih berada di RS tersebut.

Keluarga dan kerabat sudah berkumpul di RS. Para tokoh dan kawan dekat Cak Nur, seperti Wakil Ketua KPK Erry Ryana Hardjapamekas juga sudah berkumpul di RS.

Saat dihubungi detikcom, Erry membenarkan Cak Nur telah meninggal dunia pukul 14.05 WIB. Hal yang sama juga dibenarkan sekretaris pribadi Cak Nur, Rahmat dan Widjayanto.

Dua pekan lalu, kondisi Cak Nur memburuk. Setiap makan, Cak Nur selalu muntah. Akhirnya, pekan lalu Cak Nur dilarikan ke RS Pondok Indah. Cak Nur ditangani secara intensif tim dokter di ICU. Kondisi Cak Nur sempat membaik pada Jumat (26/8/2005) lalu.

Selama dirawat, Cak Nur ditempatkan di ruang 4403. Sejak dirawat di RS Pondok Indah, Cak Nur dijenguk sejumlah tokoh nasional. Presiden SBY dan Wapres Jusuf Kalla juga telah menjenguknya.

Cak Nur meninggal dunia dalam usia 66 tahun. Pendiri Yayasan Paramadina ini meninggalkan seorang istri, Omi Komaria dan dua anak. Kedua anaknya, Nadya Madjid (34) dan Ahmad Mikail Madjid (32), yang selama ini tinggal di Washington dan Boston, AS telah pulang ke Jakarta akhir pekan lalu. (asy)

Mengapa Ibu turut berdukacita dan sampai merasa perlu mengungkapkannya di blog ini padahal tidak kenal beliau secara pribadi? Karena Cak Nur termasuk salah satu tokoh yang Ibu kagumi dalam hal pemikiran dan pandangan. Ini sama halnya dengan kekaguman Ibu terhadap K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) maupun K.H. A. Mustofa Bisri (Gus Mus). Menurut Ibu—terlepas dari bagaimana cara beliau2 ini menyampaikannya—ada satu benang merah pemikiran dan pandangan dari ketiga tokoh ini, yaitu bahwa beliau2 ini konsisten dalam menghargai pluralisme, perbedaan pendapat, dan universalitas. Untuk Gus Dur, lebih khusus lagi konsisten dalam membela kelompok minoritas dan menentang diskriminasi.

Seringkali Ibu merasa pemikiran maupun pandangan—atau lebih tepat disebut sebagai uneg2 :)—Ibu terwakili oleh beliau bertiga. Tapi tentu saja, pemikiran dan pandangan beliau2 ini sangat jauh lebih matang dan lebih komprehensif daripada Ibu :) Boleh dibilang, pemikiran dan pandangan beliau bertiga semakin memperkaya dan menjadi sumber inspirasi bagi Ibu.

Yang lebih menarik lagi, beliau bertiga notabene lahir dan besar di lingkungan yang relatif homogen, yaitu para santri! Meski demikian—yang mengagumkan—pemikiran dan pandangan beliau2 ini tidak lantas otomatis menjadi homogen, justru sebaliknya! Dan dengan posisi demikianlah, justru beliau bertiga bisa dengan mudah dan tanpa tendensi menyampaikan otokritik bagi kalangannya. Dan dengan demikian, beliau2 ini teguh dan konsisten dengan pemikirannya meski banyak pihak yang tidak setuju, bahkan ada yang terang2an menentang dan menghujatnya!

Dan hari ini, telah berpulang ke Rahmatullah, salah seorang pemikir yang secara konsisten dan terus menerus menyuarakan konsep pluralisme dan universalitas agar bangsa ini tidak terpecah belah, tidak saling curiga, tidak saling memaki dan menghujat antar golongan yang satu dengan yang lain. Semoga pemikiran dan pandangan ini tidak turut wafat bersama sang tokoh, tapi tetap tumbuh subur di Bumi Pertiwi tercinta. Amin.

Selamat jalan Cak Nur! Semoga lapang jalanmu menghadap Sang Khalik!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home