Detik2 Proklamasi
Seperti halnya tahun2 lalu, tahun ini pun Ibu nggak melewatkan acara Detik2 Proklamasi (DDP) Kemerdekaan RI Ke-60 yang diselenggarakan di halaman Istana Merdeka, Jakarta. Tentu saja hanya lewat televisi, habis belum pernah diundang hadir secara langsung sih! :) Entah kenapa Ibu senang melihat acara ini. Mungkin dasarnya memang Ibu seorang nasionalis tulen—Hahaha... sorry muji diri sendiri nih :D—atau bisa jadi karena Ibu berasal dari keluarga tentara jadi seneng lihat pasukan baris berbaris :)
Acara DDP kali ini Ibu rasakan lebih menyentuh karena mengingat kondisi tanah air yang cukup memprihatinkan. Mulai dari tsunami yang menerjang Aceh akhir tahun lalu, harga BBM yang meningkat disusul kelangkaannya sehingga ada gerakan hemat energi dalam skala nasional, belum lagi wabah flu burung, busung lapar, dan demam berdarah yang susul menyusul. Semua kejadian itu selalu membuat Ibu menarik napas panjang. Nyesek rasanya!
Namun syukurlah di antara hal2 buruk tersebut muncul berita menggembirakan yaitu telah ditandatanganinya MoU antara Pemerintah RI dengan GAM untuk mewujudkan perdamaian di Aceh. Meski banyak pihak masih meragukan kelanjutan perjanjian ini dengan berbagai analisanya, tapi setidaknya ada secercah sinar di tengah lorong kegelapan yang panjang! Ibu sendiri sebenarnya masih menyimpan kekhawatiran bahwa Aceh akan terlepas dari NKRI seperti halnya Timor Timur (yang sekarang menjadi Timor Leste), tapi Ibu nggak mau bernegatif thinking. Just wait and see, ditambah doa semoga perkembangannya ke arah yang baik! Amin.
Berita menggembirakan lainnya, Pemerintah Belanda akhirnya mengakui bahwa Hari Kemerdekaan Indonesia adalah 17 Agustus 1945, bukan 27 Desember 1949 seperti yang selama ini kekeuh mereka akui :) Dan ini diperkuat dengan kehadiran Menlu Belanda Bernard Bot di acara DDP. Bot menyampaikan:
Lihat juga: Pidato Menlu Bot di Jakarta, 16 Agustus 2005.
Bagian yang paling Ibu tunggu di acara DDP ini adalah aubade yang dibawakan oleh Gita Bahana Nusantara pimpinan konduktor Addie MS dan paduan suara dari para siswa SD, SMP, SMU, dan perguruan tinggi di berbagai wilayah ibukota Jakarta. Kali ini lagu2 yang dibawakan adalah "Hari Merdeka" ciptaan H. Mutahar, "Tanah Airku" ciptaan Ibu Sud, "Bagimu Negeri" ciptaan Kusbini, "Gebyar-Gebyar" ciptaan Gombloh, dan "Syukur" ciptaan H. Mutahar.
Berikut ini syair Gebyar-Gebyar-nya Gombloh yang termasuk lagu perjuangan favorit Ibu:
Rasanya memang jantung Ibu berdebar dan nadi berdetak kencang dengerin lagu ini! HIDUP INDONESIAKU!
Acara DDP kali ini Ibu rasakan lebih menyentuh karena mengingat kondisi tanah air yang cukup memprihatinkan. Mulai dari tsunami yang menerjang Aceh akhir tahun lalu, harga BBM yang meningkat disusul kelangkaannya sehingga ada gerakan hemat energi dalam skala nasional, belum lagi wabah flu burung, busung lapar, dan demam berdarah yang susul menyusul. Semua kejadian itu selalu membuat Ibu menarik napas panjang. Nyesek rasanya!
Namun syukurlah di antara hal2 buruk tersebut muncul berita menggembirakan yaitu telah ditandatanganinya MoU antara Pemerintah RI dengan GAM untuk mewujudkan perdamaian di Aceh. Meski banyak pihak masih meragukan kelanjutan perjanjian ini dengan berbagai analisanya, tapi setidaknya ada secercah sinar di tengah lorong kegelapan yang panjang! Ibu sendiri sebenarnya masih menyimpan kekhawatiran bahwa Aceh akan terlepas dari NKRI seperti halnya Timor Timur (yang sekarang menjadi Timor Leste), tapi Ibu nggak mau bernegatif thinking. Just wait and see, ditambah doa semoga perkembangannya ke arah yang baik! Amin.
Berita menggembirakan lainnya, Pemerintah Belanda akhirnya mengakui bahwa Hari Kemerdekaan Indonesia adalah 17 Agustus 1945, bukan 27 Desember 1949 seperti yang selama ini kekeuh mereka akui :) Dan ini diperkuat dengan kehadiran Menlu Belanda Bernard Bot di acara DDP. Bot menyampaikan:
"The most important thing about today is that we are finally speaking openly to the Indonesians. For many years there have been Dutch representatives at the celebrations of Indonesia's independence on 17 August. With the support of the government, I can make it clear to the people of Indonesia that the Netherlands understands that the independent Republic of Indonesia in fact began on 17 August 1945 and that we - sixty years later - fully accept this both morally and politically".
Lihat juga: Pidato Menlu Bot di Jakarta, 16 Agustus 2005.
Bagian yang paling Ibu tunggu di acara DDP ini adalah aubade yang dibawakan oleh Gita Bahana Nusantara pimpinan konduktor Addie MS dan paduan suara dari para siswa SD, SMP, SMU, dan perguruan tinggi di berbagai wilayah ibukota Jakarta. Kali ini lagu2 yang dibawakan adalah "Hari Merdeka" ciptaan H. Mutahar, "Tanah Airku" ciptaan Ibu Sud, "Bagimu Negeri" ciptaan Kusbini, "Gebyar-Gebyar" ciptaan Gombloh, dan "Syukur" ciptaan H. Mutahar.
Berikut ini syair Gebyar-Gebyar-nya Gombloh yang termasuk lagu perjuangan favorit Ibu:
Indonesia merah darahku
putih tulangku
bersatu dalam semangatmu
Indonesia debar jantungku
detak nadiku
bersatu dalam simfonimu
Gebyar-gebyar pelangi jingga!
Rasanya memang jantung Ibu berdebar dan nadi berdetak kencang dengerin lagu ini! HIDUP INDONESIAKU!
0 Comments:
Post a Comment
<< Home