Tuesday, August 23, 2005

SHG dan CSD

Awalnya beberapa minggu yang lalu ketika Bapak tiba2 bilang pengin nonton film Gie. Kenapa dibilang tiba2? Karena sudah lamaaaaaa banget Bapak nggak pernah nonton film, sudah berbilang tahun! :D Tentu saja Ibu lantas nanya ke Bapak, "Kok tertarik nonton Gie, memangnya punya bukunya?". Kata Bapak, "Punya. Lo.. nggak tau to? Sudah lama kok aku belinya".

Maklum aja kalo Ibu sampai nggak tau persis buku2 yang dibeli Bapak, soalnya kalo Bapak belanja buku biasanya lebih dari satu buku. Sudah gitu, buku2 yang dibeli Bapak bervariasi, mulai dari buku manajemen, buku esai/pemikiran/renungan, buku2 best seller, buku2 kiat ini itu, novel, kumpulan cerpen, sampai chicklit dan teenlit! Hahaha... Di antara buku2 yang dibeli Bapak, biasanya yang Ibu tanyakan adalah apakah ada novel atau kumpulan cerpen. Pertama, karena itu yang menjadi minat utama Ibu :) Kedua, dengan selalu direriung Udane, Ibu nggak punya cukup waktu untuk bacaan yang 'agak berat', hehehe.. Nah.. rupanya buku karangan Soe Hok Gie (SHG) yang dibeli Bapak, terlewat dari pengamatan Ibu karena alasan 'agak berat' tersebut :) Setidaknya waktu itu Ibu berasumsi demikian :)

Tapi karena film Gie lagi ramai dibicarakan, Ibu jadi tertarik baca bukunya. Maka ketika Bapak balik ke Jogja, Ibu memeriksa rak buku, men-cari2 buku SHG. Ternyata yang Ibu temukan bukan "Catatan Seorang Demonstran" (CSD) tapi "Di Bawah Lentera Merah" (DBLM), sebuah thesis sarjana SHG yang dibukukan. Ketika hal ini Ibu konfirmasikan ke Bapak, ternyata yang dimaksud Bapak buku SHG ya DBLM ini, bukan CSD! :( Adapun CSD baru direncanakan untuk dibeli karena selama ini Bapak belum pernah nemu bukunya hehe... Ketika Ibu cerita ke Tante Weni tentang keinginan nonton Gie, Tante Weni lantas nunjukin blog temennya yang mengulas tentang SHG lumayan lengkap. Setelah membaca review tentang SHG pada blog ini, Ibu semakin tertarik untuk membaca sendiri CSD.

Nah.. weekend kemarin, ternyata Bapak pulang ke Cilegon bawa oleh2 CSD untuk Ibu! Tentu saja Ibu seneng. Selain karena memang pengin baca CSD, cover buku tersebut gambarnya Nicholas Saputra! Hahaha... Ibu memang suka dengan gaya cool dan cueknya Nicholas. Sssstt.. jangan rame2 yah! :)

Sampai saat entry ini ditulis, Ibu belum selesai baca CSD, bahkan in fact Ibu belum sampai bagian yang ditulis SHG sendiri! :D Yang Ibu baca baru 5 tulisan pengantar dari berbagai pihak. Yang pertama dari Harsja W. Bachtiar (alm), yang saat menulis kata pengantar adalah Dekan Fakultas Sastra Universitas Indonesia, perguruan tinggi tempat SHG belajar sebagai mahasiswa Jurusan Sejarah. Yang kedua dari Arief Budiman, kakak kandung SHG yang juga seorang sosiolog dan berprofesi sebagai dosen di University of Melbourne. Yang ketiga dari Mira Lesmana, produser film Gie. Yang keempat dari Riri Reza, sutradara film Gie. Dan yang kelima dari Daniel Dhakidae (bagian ini cukup panjang ulasannya karena sebenarnya bukan termasuk pengantar melainkan Bab I dari CSD). Dari kelima kata pengantar ini pun sudah banyak hal menarik tentang SHG yang patut untuk disimak. FYI, buku CSD yang dibeli Bapak adalah versi terbaru, makanya ada pengantar dari Mira Lesmana dan Riri Reza. Kalau versi sebelumnya tidak ada pengantar dari kedua orang ini.

Menurut Harsja W. Bachtiar:

"Soe Hok Gie adalah seorang cendekiawan yang ulung yang terpikat pada ide, pemikiran dan terus menerus menggunakan akal pikirannya untuk mengembangkan dan menyajikan ide-ide yang menarik perhatiannya.
.............
Soe Hok Gie adalah seorang pemuda yang penuh cita-cita dan terus menerus berjuang agar supaya kenyataan-kenyataan yang diwujudkan oleh masyarakat kita dapat diubah sehingga lebih sesuai dengan cita-citanya yang didasarkan atas kesadaran yang besar akan hakekat kemanusiaan. Dalam memperjuangkan cita-citanya ia berani berkurban dan memang sering menjadi kurban.
.............
Kecaman yang dilontarkan oleh Soe Hok Gie dilancarkan atas pemikiran yang jujur, atas dasar itikad baik. Ia tidak selalu benar, tapi ia selalu jujur".
[Cetak tebal dari Ibu]

Sebelum membaca CSD, Ibu sempat berkomentar tentang SHG pada Bapak, "Sebenarnya kalau di-pikir2, mengapa SHG menjadi sosok yang monumental di antara rekan2 seangkatannya yang mungkin banyak juga yang memperjuangkan hal yang sama, itu karena SHG rajin menulis!" SHG tidak hanya membuat catatan harian, tapi juga rajin menulis di media tentang kritik sosial pada masanya. Dan ternyata pendapat Ibu ini disinggung juga oleh Harsja W. Bachtiar dalam pengantarnya.

"Memang tak banyak mahasiswa seperti Soe Hok Gie: seorang pemuda yang tidak hanya belajar dan bertindak berusaha mewujudkan cita-citanya, melainkan juga dengan tekun mencatat apa yang dialaminya, apa yang dipikirkannya. Dengan perantaraan catatan-catatan hariannya dapatlah kita memperoleh pengetahuan mengenai kehidupan para mahasiswa dengan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh mereka". [Cetak tebal dari Ibu]

SHG bahkan membuat catatan harian sejak usianya belum genap 15 tahun! SHG lahir 17 Desember 1942 dan meninggal 16 Desember 1969. Catatan hariannya dimulai pada awal 1957 dan berakhir 10 Desember 1969 (tapi yang diterbitkan hanya sampai 8 Desember 1969). Buku versi pertamanya diterbitkan oleh LP3ES pada tahun 1983.

Membaca tulisan Harsja W. Bachtiar, Ibu semakin yakin tidaklah sia2 membuat blog Udane ini :) Bukan supaya hal ini menjadi monumental, tetapi supaya Uka dan Ene memperoleh pengetahuan mengenai kehidupan mereka semasa kanak2 (syukur2 hingga dewasa kelak). Dan juga untuk mendorong Uka dan Ene menulis tentang apa yang mereka alami, apa yang mereka pikirkan, kelak ketika mereka mampu menulis sendiri.

Dalam pengantar Arief Budiman, beliau menuturkan tentang rasa sepi yang mendera sosok SHG yang sering diungkapkannya kepada sang kakak. SHG bilang,

"Orang hanya membutuhkan keberanian saya tanpa mau terlibat dengan diri saya".

Sampai suatu ketika SHG menerima sepucuk surat dari seorang kawan di Amerika yang ditunjukkannya kepada sang kakak. Surat tersebut mampu memberi kekuatan bagi perjuangannya.

"Gie, seorang intelektual yang bebas adalah seorang pejuang yang sendirian, selalu. Mula-mula kau membantu menggulingkan suatu kekuasaan yang korup untuk menegakkan kekuasaan lain yang lebih bersih. Tapi sesudah kekuasaan baru ini berkuasa, orang seperti kau akan terasing lagi dan akan terlempar keluar dari sistem kekuasaan. Ini akan terjadi terus menerus. Bersedialah menerima nasib ini, kalau kau mau bertahan sebagai seorang intelektual yang merdeka: sendirian, kesepian, penderitaan".

Dan setelah adiknya meninggal, Arief Budiman mendapat perenungan bahwa:

"Ketidakadilan bisa merajalela, tapi bagi seorang yang secara jujur dan berani berusaha melawan semua ini, dia akan mendapat dukungan tanpa suara dari banyak orang. Mereka memang tidak berani membuka mulutnya, karena kekuasaan membungkamkannya. Tapi kekuasaan tidak bisa menghilangkan dukungan itu sendiri, karena betapa kuat pun kekuasaan, seseorang tetap masih memiliki kemerdekaan untuk berkata "Ya" atau "Tidak", meskipun cuma di dalam hatinya".

Sedangkan ulasan Daniel Dhakidae, antara lain berkisah bahwa perjalanan CSD sampai akhirnya terbit tahun 1983 sangatlah panjang. Setelah SHG meninggal, tahun 1970 didirikan Yayasan Mandalawangi yang bertujuan untuk meneruskan cita2 SHG. Salah satu kegiatan yayasan ini adalah mengumpulkan catatan harian SHG untuk diterbitkan. Setelah mencari sana-sini catatan SHG yang terserak serta melakukan editing, tahun 1972 telah siap naskah dalam bentuk cetak-coba yang disunting oleh Ismid Hadad dan Fuad Hashem yang rencananya akan diterbitkan oleh LP3ES. Tapi karena situasi pada waktu itu kurang kondusif, maka naskah ini tidak jadi dicetak. Namun demikian, bentuk fotokopiannya sudah banyak beredar ke-mana2 meski sepotong2.

Baru pada tahun 1979 muncul lagi niat untuk menerbitkan naskah ini, namun ternyata naskah cetak-cobanya sudah tidak bisa ditemukan dalam bentuk lengkap! Baik pada penyuntingnya, penerbit LP3ES, maupun orang tua SHG, sehingga akhirnya naskah CSD disusun ulang berdasarkan naskah cetak-cobanya yang berhasil ditemukan, ditambah perbaikan di sana-sini. Akhirnya tahun 1983 terbit edisi cetak oleh LP3ES dengan penyunting Aswab Mahasin, Ismed Natsir dan Daniel Dhakidae. Naskah baru ini selanjutnya muncul dalam dua versi cover. Buku yang Bapak beli sudah cetakan ke-8 dari versi cover Nicholas.

Updated 08/09/2005:
Buku yang Bapak beli ternyata cetakan ke-8 dihitung sejak terbit pertama kali tahun 1983 (versi cover lama), bukan dihitung sejak cover Nicholas. Dengan demikian kesalahan telah Ibu perbaiki :)

Omong2, tadi pagi Ibu bangun kesiangan. Jam 07.30!!! Padahal jam segitu Uka sudah harus masuk sekolah! :( Gara2nya semalam jam satuan Ibu terbangun karena Ene sedikit rewel akibat mimpi buruk. Tapi setelah Ene tidur lagi justru Ibu yang susah tidur. Jadi Ibu ambil CSD dan asyik baca pengantar2nya sampai nggak terasa sudah jam 4 pagi! Buru2 Ibu tutup CSD dan segera tidur dengan pertimbangan kalau diteruskan nggak tidur bisa2 tertidur di kantor :) Maksudnya sih tidur sebentar aja, eh... malah kebablasan, hahaha...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home