Jurnal Mudik
Hari ini hari ketiga Ibu masuk kerja setelah mudik lebaran. Sejak hari pertama masuk kerja sebenarnya sudah pengin cerita tentang mudik, tapi belum ada kesempatan. Ngomongin mudik, wah.. bingung harus mulai dari mana. So many stories to tell! Jadi kayaknya mesti beberapa kali posting nih. Untuk awalnya dimulai aja dari jurnal mudik kami ya, starting at 29 Oct 2005.
Sabtu, 29/10/05: Berangkat dari Cilegon jam 4 pagi tepat sampai Semarang sekitar jam 6 petang. Karena Bapak sudah exhausted nyopir, jadi kami menginap di Hotel Alam Indah Semarang, di daerah Gombel, tepatnya di Jl. Setiabudi 12-14 Semarang 50234. Kamarnya nyaman, view-nya bagus, dan rate-nya nggak terlalu mahal. It's recommended! :)
Di mobil dalam perjalanan ke arah Wonosobo. Bapak nyetir, Uka main games, Ene pulas, dan Ibu motret :)
Bergaya di Alam Indah, kamar 605.
Kota Semarang di pagi hari dilihat dari ketinggian Hotel Alam Indah. Masih kelihatan kabutnya.
Minggu, 30/10/05: Berangkat dari Semarang sekitar jam 11 siang sampai di rumah Mbah Hardjo di Wonosobo sekitar jam 3 sore. Lama karena mampir dulu beli oleh2 untuk keluarga di Manggis (desa tempat Mbah Hardjo tinggal) terus nyari2 apotik untuk beli obat batuk buat Bapak yang ternyata belum ada yang buka :(
Sampai di rumah Mbah Hardjo sudah ada Salma dan Yusuf, putra-putri Bulik Prie (adik Bapak), tapi Bulik Prie sendiri nggak ada karena sedang ada tugas ke Montreal, Canada dari tanggal 29 Okt sampai 5 Nov 2005. Jadi Bulik Prie berlebaran sendiri di Montreal. Rencananya sepulang dari Montreal Bulik Prie dan Paklik Arqo baru ke Manggis untuk menjemput Salma dan Yusuf.
Bergaya di halaman samping rumah Mbah Hardjo. Ki-ka: Salma, Uka, Yusuf, Ene.
Senin, 31/10/05: Bapak, Ibu, Mbah Hardjo putri, Udane serta Salma dan Yusuf ke Wonosobo (maksudnya ke kotanya karena rumah Mbah Hardjo kira2 10 km dari kota). Mbah Hardjo putri mau belanja sementara anak2 mau main di alun2 yang waktu itu terlihat sudah terpasang beberapa perlengkapan permainan seperti komidi putar, kincir angin, dll.
Setelah menurunkan Mbah Hardjo putri di pasar, kami ke alun2. Tapi ternyata permainan di alun2 tersebut belum dibuka, masih dalam tahap instalasi :( Wah.. anak2 kecewa berat, terutama Uka! Untuk menghibur mereka, Bapak dan Ibu mengajak mereka jajan bakso di pinggir jalan. Selesai jajan bakso terus menjemput Mbah Hardjo lagi.
Di warung bakso. Benernya warungnya belum buka, masih persiapan. Tapi karena kami dah nanyain, jadi bukanya dipercepat. Tirainya buru2 dipasang sama yang jual karena masih bulan puasa hehe..
Sebelum pulang Bapak punya ide mengajak anak2 naik delman atau dokar yang menjadi salah satu angkutan umum di Wonosobo. Jadi akhirnya Bapak parkir mobil dan menunggu di pangkalan delman, sementara Mbah Hardjo putri dan Ibu serta anak2 naik delman keliling kota dan balik lagi ke pangkalan delman tersebut.
Ene yang dipangku Ibu tampak menikmati naik delman untuk pertama kalinya. Begitu menikmatinya sampai tak terdengar suaranya hehe... Ekspresinya seperti orang yang terpesona, persis ketika naik angkot (angkutan kota) untuk pertama kalinya di Cilegon hehehe... Kalau buat Uka, ini bukan kali yang pertama. Sebelumnya dia sudah pernah naik delman di Malioboro Jogja, bahkan Uka pernah naik kuda di Bromo. Selama perjalanan naik dokar ini, Uka dan Salma malah ribut mengomentari bau tahi kuda. Maklum, pas kami naiki eh.. kudanya pas BAB hahaha.. Sementara itu, Yusuf tertidur pulas di pangkuan Mbah Hardjo putri. Sepertinya dia serasa di-ayun2 dalam buaian hehe... Lumayanlah, ide dadakan ini mampu mengobati kekecewaan anak2 yang nggak jadi main komidi putar hehe...
Selasa, 01/11/05: Hari ini hari seru! Pagi lihat pemotongan sapi di belakang rumah Mbah Hardjo. Pemotongan sapi ini sudah rutin dilakukan di Manggis tiap tahun sebagai persiapan lebaran.
Jadi sudah menjadi tradisi di Manggis, sejumlah keluarga (biasanya 14-16 keluarga) urunan membeli sapi sebulan ato dua bulan menjelang lebaran untuk dipotong 2 hari menjelang hari H lebaran. Motongnya dilakukan sendiri secara gotong royong di halaman salah satu partisipan.
Pembagian daging sapi dan bagian2 lainnya juga sudah jelas, nggak pernah ada yang protes. Lucunya, bagian buntut yang termasuk mahal kalo di kota dan bisa jadi masakan sop buntut yang terkenal enak itu, di Manggis malah kurang populer hehe.. Untuk bagian kulit sapi, sudah ada pedagang penadahnya yang keliling dari satu lokasi pemotongan ke lokasi pemotongan yang lain. Uang hasil penjualan kulit ini dibagi rata lagi ke para partisipan.
Dengan cara seperti ini, selain terasa sekali kegotongroyongan dan keguyuban warga Manggis (hal yang sudah langka di kota besar), juga harga daging per kilonya jatuhnya lebih murah daripada beli di pasar. Dan yang jelas, terjamin masih fresh lah ya! :)
Uka dan Salma dengan latar belakang sapi yang akan dipotong di halaman rumah Mbah Harwanto (adik Mbah Hardjo kakung). Posisi rumah ini di belakang rumah Mbah Hardjo. Uka semangat, Salma masih ngantuk hehe..
Oya, ada sedikit insiden sebelum pemotongan dilaksanakan. Ceritanya Bapak ngajak Ene untuk lihat sapinya sebelum dipotong. Di tempat pemotongan, Bapak ketemu dengan tetangga dan karena lama nggak jumpa Bapak jadi asyik ngobrol. Ternyata, tanpa ada yang memperhatikan, Ene mendekat ke arah sapi yang akan disembelih itu tanpa rasa was2 ato khawatir. Hal ini baru disadari Bapak ketika Mbah Hardjo putri melihat dari kejauhan dan berteriak! Bapak langsung lari dan mengangkat Ene menjauh dari sapi. Duh Bapak, nyaris aja!
Untuk diketahui, sapi (apalagi ini sapi jantan dewasa) bisa saja mengamuk tiba2 dalam kondisi stress (sapi bisa stress juga lo hehe..). Terlebih Ene cuma setinggi paha sapinya hehe... Ibu mendapat cerita ini dari Mbah Hardjo putri. Waktu itu Ibu lagi di dapur.
Selesai pemotongan sapi, Bapak mengajak kami mancing. Asyik! Lebaran tahun lalu, cuma Bapak dan Uka yang pergi mancing, ditemani Bulik Wur, Bulik Ning (adik2 Bapak) dan Fatin (adik sepupu Bapak). Ibu dan Ene nggak ikut karena waktu itu Ene masih terlalu kecil, malah belum bisa jalan. Sekarang Ene sudah cukup besar, jadi bisa diajak, dan otomatis Ibu bisa ikut juga. Kali ini yang berangkat mancing Bapak, Ibu, Udane, Bulik Wur, Bulik Ning, dan Salma. Yusuf nggak ikut karena lagi nggak enak badan. Yang terutama menarik dari acara mancing ini adalah perjalanannya. Cerita lengkapnya ntar di entry tersendiri aja biar komplit sekalian foto2nya!
Berangkat mancing, masih segar, apalagi jalannya menurun, cincai lah! Pulangnya, wah.. keringat segede jagung! Jalannya nanjaaaaakk terus! Besoknya baru kedua betis Ibu terasa seperti kram hahaha...
Bulik Wur dan Bulik Ning mancing di tambak Mbah Hardjo, Udane dan Salma ngobok2 ikan hasil pancingan di ember, sementara Bapak asyik menikmati pemandangan. Ibu? Sudah tentu asyik jepret sana jepret sini, hehehe...
Udane dan Salma dengan latar belakang pemandangan yang masih asri. Duh.. jadi pengin ke sana lagi nih!
Rabu, 02/11/05: Bapak, Ibu dan Ene ke Wonosobo nyari diaper yang model celana buat Ene. Uka nggak mau ikut, asyik main dengan Salma dan Yusuf. Semula Ibu perkirakan diaper yang dibawa dari Cilegon cukup untuk persediaan selama di Manggis, tapi ternyata selama di Manggis ini Ene kehabisan celana ganti. Gara2nya cucian nggak bisa kering dalam sehari akibat cuaca di Manggis (dan Wonosobo pada umumnya) yang sering mendung, bahkan hujan. Padahal dalam sehari, kalau nggak pakai diaper, Ene bisa pipis sampai 4-5 kali. Selama di Manggis malah bisa lebih, lagi2 karena cuaca yang dingin! Jadi solusinya, selama di Manggis Ene pakai diaper seharian (setelah kehabisan celana), dan akibatnya ganti kehabisan diaper hehe...
Celakanya, agak susah nyari diaper model celana di Wonosobo. Rita, supermarket terbesar di Wonosobo, letaknya di tengah kota yang ramai banget! Untuk parkir mobil aja susah, jadi Bapak enggan ke situ. Sebagai alternatif, Ibu beli diaper yang biasa, yang pakai velcro atau perekat, tapi ternyata Ene sama sekali nggak mau pakai diaper model ini, katanya sakit. Di saat Ene tertidur pun, Ibu nggak berhasil memakaikan diaper jenis ini, tetap aja Ene terbangun dan menolak! Mungkin karena pas bagian velcro-nya terbuat dari plastik yang agak keras, sementara dia nggak terbiasa.
Jadilah, Bapak dan Ibu harus hunting diaper lagi. Untungnya ada minimarket baru, Eva Mart, di pinggir kota Wonosobo. BTW, nama market-nya asyik2 ya? Pakai nama2 cewek, kayak nama2 topan di Amerika hehehe... Di Eva, alhamdulillah, kami menemukan bungkus terakhir diaper model celana. Wah.. Bapak senengnya kayak nemu barang berharga, soalnya berarti nggak perlu ke Rita haha...
Makan es krim rame2 yang dibeli di Eva Mart.
Kamis, 03/11/05: Idul Fitri 1426H! Sholat Ied di masjid dekat rumah Mbah Hardjo, imamnya Mbah Romadlon, adik ipar Mbah Hardjo putri alias bapaknya Fatin. Selesai sholat, keluarga besar dari pihak Mbah Hardjo putri rame2 ke makam. Rangkaian acara ini sudah rutin dari tahun ke tahun. Perjalanan ke makam lumayan jauh, menyusuri kebun2 yang kebanyakan ditanami salak pondoh. Tentu saja, jalan kaki!!!
Sambil menunggu sholat Ied selesai, Ene bergaya di depan kamera dengan baju koko pertamanya :) Sejak sering foto rame2 bareng Salma dan Yusuf dengan berbagai gaya, sekarang Ene jadi pandai bergaya juga. Padahal sebelumnya kalo difoto dia justru mendekati kamera dan mau ikutan megang kamera hehe...
Ketika pertama kali ke makam ini (setelah menikah dengan Bapak), Ibu merasa jarak ke makam kok jauh amat, rasanya nggak nyampe2! Apalagi waktu itu Ibu pakai baju model baju kurung dan sandal yang agak tinggi!!! Waktu itu Ibu ngebayanginnya model lebaran orang2 kota yang pada tampil cantik dan anggun. Tapi ternyata Ibu saltum, alias salah kostum! Hahaha...!!! Sesudah acara ini selesai Ibu protes ke Bapak karena nggak cerita tentang kegiatan rutin ke makam hehe...
Kalau sekarang sih Ibu sudah well prepared! Uka dan Ene pun tampak menikmati perjalanan ini saat berangkat, tapi ketika pulang kami menjadi yang terakhir sampai di rumah. Udane kecapekan! Hahaha..
Perjalanan menuju makam. Bapak dan Udane memimpin di depan. Tapi saat berangkat aja, pas pulangnya justru paling belakang hahaha...
Bulik Wur dan Salma diikuti rombongan keluarga besar Mbah Hardjo putri di belakang.
Ki-ka: Mbah Buyut Udin putri (nggendong Om Aji, putra ke-3 Mbah Prapti), Om Bagus (putra ke-2 Mbah Prapti), Bulik Iis (putra ke-1 Mbah Sri, adik Mbah Hardjo putri), Bulik Fatin (putra ke-4 Mbah Sri, baju hijau), Mbah Prapti (putra ke-2 Mbah Buyut Udin, baju biru), Mbah Buyut (ibunda Mbah Hardjo putri, posisi di depan), Mbah Sri (posisi di belakang), Bulik Iin (putra ke-2 Mbah Sri), Yusuf, Bulik Ning (di belakang Yusuf). Sebutan Mbah Buyut, Mbah, maupun Paklik dan Bulik dilihat dari posisi Udane. Moga nggak bingung dengan keterangan ini hehehe...
Ki-ka: Mbah Tikno (suami Mbah Prapti), Mbah Hardjo kakung, Bapak (nyengir hehe..), Paklik Ya'im (putra ke-3 Mbah Sri), Mbah Romadlon (suami Mbah Sri), Mbah Udin kakung.
Sampai sini acara rutin belum selesai. Setiba dari makam diteruskan dengan sarapan bersama di rumah Mbah Buyut, ibunda Mbah Hardjo putri. Pokoknya asyik lah, ngumpul dengan keluarga besar! Sayang lebaran kali ini tidak dihadiri Paklik Pangat (adik Bapak) sekeluarga yang tinggal di Jember, karena Paklik Pangat lagi sekolah di Korea. Juga tidak dihadiri Bulik Prie dan Paklik Arqo. Moga2 lebaran tahun depan kami bisa lengkap! Amin.
Malamnya Bapak, Ibu dan Ene ke Wonosobo dan lagi2 Uka nggak mau ikut. Tujuannya selain ke ATM, juga untuk beli mie ongklok pesanan Bulik Wur. Sayangnya, warung mie ongklok langganan Bapak yang paling terkenal di Wonosobo sekarang ini tidak melayani pembelian yang dibawa pulang! Maklum, untuk melayani pembeli yang makan di tempat aja mereka sudah kewalahan karena ramainya! Akhirnya cuma Bapak dan Ibu yang jajan mie ongklok. Ene cuma mau makan satenya.
Mie ongklok adalah mie (jenis mie telur) rebus yang diberi sedikit sayur dengan bumbu terbuat dari petis (bumbu berbentuk pasta berwarna hitam terbuat dari udang) kemudian ditaburi bawang goreng. Rasanya sebenarnya nggak terlalu istimewa (menurut Ibu), tapi setiap lebaran ramai dikunjungi orang. Rata2 sih mereka yang punya nostalgia di Wonosobo atau turis lokal yang penasaran dengan makanan khas Wonosobo. Sayang Ibu baru ingat untuk motret mie ongklok ini setelah isi mangkuk tinggal separo, jadi nggak bisa ditampilkan di sini. Maklum dah kelaparan haha..!!
Jumat, 04/11/05: Hari ini kami melanjutkan perjalanan mudik ke Surabaya. Berangkat dari Manggis jam 10 pagi sampai di rumah Yang Nuk di Surabaya jam 10 malam! Perjalanan agak lambat karena mobil kami rewel, beberapa kali ajrut2an, jadi nggak berani kenceng dan sempat mampir dulu ke bengkel siaga Suzuki di daerah Caruban.
Bapak dan Ene dengan latar belakang Pos Siaga Suzuki dan mobil kami yang sedang diperbaiki.
Tapi alhamdulillah kami akhirnya tiba dengan selamat sampai di Surabaya, dan yang terpenting Udane nggak rewel selama perjalanan. Di Surabaya sudah ada Pakde Antok (kakak Ibu), Bude Evi, Mas Rico dan Mbak Rena yang sudah lebih dulu mudik dari Jakarta. Jadi Udane ketemu lagi dengan sepupu di sini.
Sabtu, 05/11/05: Agenda hari ini, ramai2 dengan Yang Nuk, Pakpuh Tri (kakak Ibu yang sulung) dan Pakde Antok sekeluarga, ke rumah Eyang Sugik dan Eyang In. Eyang In adalah adik sepupu alm. Yang Gik (ayahanda Ibu), tapi hubungannya lebih dekat dibanding dengan saudara kandung Yang Gik karena Eyang In sejak kecil tinggal di rumah Yang Gik di Surabaya. Jadi yang momong Ibu dan kakak-adik waktu kecil ya Eyang In ini. Karena Eyang In masih relatif muda, katanya nggak mau dipanggil Eyang oleh Udane, panggil aja Bude In, hehehe...
Oleh Eyang Sugik, kami semua diajak makan siang di Sea Master. Restoran ini menyediakan segala macam jenis hidangan laut segar yang bisa dipilih sendiri saat mentahnya.
Yang Nuk dan Eyang In lagi milih santapan makan siang.
Meja depan memutar ki-ka: Pakde Antok, Yang Nuk, Bapak, Eyang Sugik. Meja belakang memutar ki-ka: Pakpuh Tri, Hendry (putra ke-2 Eyang In), Andry (putra ke-1 Eyang In), Eyang In (tertutup Eyang Sugik), Bude Evi. Anak2 sudah pada kabur keluar melihat ikan2 di kolam.
Berpose dengan saudara tua di Sea Master hahaha... Ki-ka: Mbak Rena, Uka, Mas Rico, dan Ene.
Malamnya, Bapak, Ibu dan Ene belanja ke supermarket dekat rumah Yang Nuk naik becak. Ini pertama kalinya Ene naik becak! Seperti halnya ketika naik angkot dan naik delman untuk pertama kalinya, kali ini pun ekspresi Ene seperti orang yang terpesona tanpa sepatah kata hehe...
Minggu, 06/11/05: Hari ini Bapak, Ibu, Ene, Yang Nuk dan Pakde Antok nyekar Yang Gik. Uka nggak ikut karena asyik main dengan Mas Rico dan Mbak Rena. Lagian, Uka sudah pernah ke makam Yang Gik, tinggal Ene yang belum. Tapi sampai di makam ternyata Ene tertidur, jadi tetep aja dia belum pernah tahu makam Yang Gik hehe...
Ibu nyekar di pusara Yang Gik sementara Ene tertidur di gendongan Bapak.
Setelah ngedrop Yang Nuk dan Pakde Antok di rumah, kami bertiga keluar lagi untuk nyuci mobil. Nyuci mobilnya model drive thru (nggak perlu turun). Tapi karena Bapak khawatir Ene ketakutan di dalam mobil jadinya tetep aja Ibu dan Ene turun dari mobil hehe...
Sorenya Bapak, Ibu, Udane dan Yang Nuk ke Tunjungan Plaza. Tujuan utamanya nyari sandal buat Ibu karena sandal yang lama putus talinya saat di Manggis. Sebenarnya pengin pergi bareng Pakde Antok sekeluarga, tapi mobilnya nggak cukup, sementara mobil Pakde Antok sedang bermasalah dengan radiatornya.
Setelah dapat sandal, tanpa direncanakan sebelumnya (at least Ibu nggak merencanakan hehe..), Bapak ngajak nonton film. Memang Bapak pernah janji sama Uka mau ngajak nonton film di bioskop, tapi nggak bilang kapannya :) Untung aja ada film anak2 yang lagi diputar, yaitu Chicken Little. Tapi kata Bapak, meski nggak ada film anak2, tetep aja saat itu bakal ngajak Uka nonton hehe..
Ini untuk pertama kalinya Udane nonton di bioskop. Bapak, Ibu dan Yang Nuk juga sudah cukup lama nggak pernah ke bioskop, jadi kami menikmatinya. Uka nonton sampai mulutnya ternganga dan sempat terlunjak kaget saat adegan pesawat luar angkasa datang. Ene juga tampak asyik, bahkan sempat mojok sendiri di kursi paling ujung dekat dinding yang berjarak dua kursi dari Bapak, entah ngapain :D. Tapi paruh kedua pemutaran film, Ene lebih memilih mimik ASI dan tertidur di pangkuan Ibu :D
Ketika lagi menengok toko mainan sekeluarnya dari bioskop, tiba2 terdengar suara Mas Rico dan Mbak Rena, "Tante Ita...! Tante Ita...!" (panggilan mereka untuk Ibu). Ternyata Pakde Antok sekeluarga akhirnya juga memutuskan untuk jalan2 di Tunjungan Plaza. Karena mobilnya lagi ngadat, jadi mereka naik sepeda motor. Wah, kebayang deh berempat naik motor. Apalagi badan Mas Rico kan sudah tidak bisa digolongkan anak2 lagi hehe...
Yang bikin surprise, kok bisa kami ketemuan! Soalnya yang namanya Tunjungan Plaza kan begitu luas dan terdiri dari beberapa lantai. Akhirnya Mas Rico ikut bergabung dengan kami (biar ban motornya nggak gembos hehe..), sementara Pakde Antok, Bude Evi dan Mbak Rena berpisah untuk nyari sepatu beroda buat Mbak Rena.
Jalan2 di Tunjungan Plaza. Ene dan Yang Nuk tertinggal di belakang.
Senin, 07/11/05: Jam 9 pagi kami sudah meluncur meninggalkan Surabaya. Tujuannya sebenarnya ke Semarang dengan pertimbangan, jarak Semarang-Cilegon lebih dekat daripada Jogja-Cilegon (biasanya kami transitnya di Jogja). Tapi ternyata, malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih, mobil kami ajrut2an lagi gasnya.
Mau mampir bengkel siaga di Caruban lagi eh.. sudah tutup. Nelpon bengkel di Solo (yang paling dekat) ternyata tutupnya jam 3 sore, sementara kami sampai Solo jam 3 sore lebih. Mau tetap ke Semarang sesuai rencana nggak berani karena jalan menuju ke sana naik dan berliku. Jadi akhirnya kami memutuskan menuju ke Jogja dan mau ke bengkel di Jogja dulu.
Wah... ternyata memang kami nggak boleh melewatkan Jogja begitu saja dalam perjalanan mudik hehe... Di Jogja kami menginap di Hotel Ishiro Kencana, Jl. Kaliurang Km. 4,2 Jogjakarta 55281. Tadinya nggak berencana nginap di sini, tapi dari 6 hotel di Jogja yang Ibu hubungi sebelumnya, akhirnya Ishiro lah yang masih ada kamar kosong, itupun tinggal satu. Maklum lagi peak season!
Sarapan di Ishiro. Ene sudah bisa makan sendiri lo! Selama mudik ini Ene memang sering nggak mau disuapi. Banyak hal2 baru yang dilakukan Ene selama mudik ini. Sepertinya karena dia menyerap banyak hal2 baru juga.
Selasa, 08/11/05: Pagi Bapak segera ke bengkel, sementara Ibu dan Udane jalan2 di sepanjang Jl. Kaliurang. Suasana jalan Kaliurang masih belum crowded seperti biasa, beberapa toko masih tutup, dan trotoarnya cukup lebar untuk pejalan kaki, jadi nyaman sekali jalan2 di sepanjang Kaliurang. Ene sampai jalan sambil loncat2, nggak mau dipegangi Ibu. Setiap ada yang menarik perhatiannya, dia berhenti dulu dan me-lihat2, Ibu sampai harus me-manggil2 Uka yang jalannya sudah ngebut duluan hehe... Ah.. andai saja tiap hari Jogja seperti ini. Mimpi kali ye? Hahaha...
Siangnya saat jam check-out, kami melanjutkan perjalanan ke Semarang untuk nginap di sana. Ini dilakukan untuk nyicil perjalanan. Lumayan menghemat waktu perjalanan sekitar 4 jam yang harus ditempuh untuk Jogja-Semarang. Di Semarang kami menginap lagi di Hotel Alam Indah. Kalo sebelumnya (ketika transit dalam perjalanan menuju Wonosobo) dikasih kamar no.605, kali ini kami dikasih kamar no.606, sebelahnya. Kata petugasnya biar ganti suasana. Rupanya mereka masih mengenali kami.
Bergaya di Alam Indah, kamar 606.
Oya, meski diawali angka 6, bukan berarti kamar ini terletak di lantai 6, tapi di lantai 1. Hotel ini cuma terdiri dari 2 lantai dan kamarnya nggak begitu banyak. Ini mungkin kode khusus dari pihak hotel, karena selain ada hotel, kelompok usaha ini menawarkan juga motel, restoran, dan ballroom. Tapi, apa ya bedanya hotel dan motel? Ada yang tau?
Rabu, 09/11/05: Akhirnya perjalanan ke Cilegon dimulai. Kami berangkat dari Semarang jam 5 pagi tepat, dan alhamdulillah tiba di Cilegon jam 5 sore dengan selamat. Ini seperti yang kami harapkan, sampai Cilegon nggak terlalu malam. Tahun2 sebelumnya, kami biasa start dari Jogja jam 5 pagi dan sampai di Cilegon jam 9 malam. Capek rasanya, terutama untuk Bapak yang nyetir.
Di Cilegon kami cari makan dulu sebelum pulang ke rumah, soalnya di rumah pasti nggak ada makanan. Apalagi setelah Ibu nelpon ke rumah, Pak Kiwil (yang jaga rumah kami selama ditinggal mudik) bilang bahwa Yuk belum balik dari mudiknya ke Magetan seperti yang dijanjikannya. Baru hari Sabtu pagi (12/11) Yuk datang. Untuk aja si Mbak sudah bisa datang Kamis (10/11) karena memang rumahnya di Cilegon, dekat kompleks rumah kami.
Kamis, 10/11/05: Bapak ke bengkel dan nyuci mobil sementara Ibu nyuci baju kotor yang setumpuk oleh2 mudik dan beres2 rumah. Sorenya Bapak balik ke Jogja naik pesawat. Setelah ditinggal Bapak, Ene bolak-balik nanya, "Bapak ana (mana)? Bapak ana?". Duh.. sedih juga ngeliatnya. Setelah tiap hari ngerasain kumpul sama Bapak akhirnya dia harus back to real life. Moga aja kami bisa cepat kumpul lagi sekeluarga. Amin.
Demikian sekilas—Hah!? Sekilas apanya? Segini panjang kok dibilang sekilas haha...—perjalanan mudik kami. Masih banyak detil cerita yang menarik, tapi ntar ya di posting tersendiri aja, biar posting ini nggak jadi novel hehe... Oya, meski cuti Ibu sampai Senin (14/11), Ibu sudah di Cilegon sejak Rabu malam karena menyesuaikan dengan libur Bapak. Selama di rumah, nggak banyak yang dikerjain. Main2 aja sama Udane dan di-puas2in tidur siang, soalnya kalo hari kerja kan nggak mungkin lagi hehe....
Sabtu, 29/10/05: Berangkat dari Cilegon jam 4 pagi tepat sampai Semarang sekitar jam 6 petang. Karena Bapak sudah exhausted nyopir, jadi kami menginap di Hotel Alam Indah Semarang, di daerah Gombel, tepatnya di Jl. Setiabudi 12-14 Semarang 50234. Kamarnya nyaman, view-nya bagus, dan rate-nya nggak terlalu mahal. It's recommended! :)
Di mobil dalam perjalanan ke arah Wonosobo. Bapak nyetir, Uka main games, Ene pulas, dan Ibu motret :)
Bergaya di Alam Indah, kamar 605.
Kota Semarang di pagi hari dilihat dari ketinggian Hotel Alam Indah. Masih kelihatan kabutnya.
Minggu, 30/10/05: Berangkat dari Semarang sekitar jam 11 siang sampai di rumah Mbah Hardjo di Wonosobo sekitar jam 3 sore. Lama karena mampir dulu beli oleh2 untuk keluarga di Manggis (desa tempat Mbah Hardjo tinggal) terus nyari2 apotik untuk beli obat batuk buat Bapak yang ternyata belum ada yang buka :(
Sampai di rumah Mbah Hardjo sudah ada Salma dan Yusuf, putra-putri Bulik Prie (adik Bapak), tapi Bulik Prie sendiri nggak ada karena sedang ada tugas ke Montreal, Canada dari tanggal 29 Okt sampai 5 Nov 2005. Jadi Bulik Prie berlebaran sendiri di Montreal. Rencananya sepulang dari Montreal Bulik Prie dan Paklik Arqo baru ke Manggis untuk menjemput Salma dan Yusuf.
Bergaya di halaman samping rumah Mbah Hardjo. Ki-ka: Salma, Uka, Yusuf, Ene.
Senin, 31/10/05: Bapak, Ibu, Mbah Hardjo putri, Udane serta Salma dan Yusuf ke Wonosobo (maksudnya ke kotanya karena rumah Mbah Hardjo kira2 10 km dari kota). Mbah Hardjo putri mau belanja sementara anak2 mau main di alun2 yang waktu itu terlihat sudah terpasang beberapa perlengkapan permainan seperti komidi putar, kincir angin, dll.
Setelah menurunkan Mbah Hardjo putri di pasar, kami ke alun2. Tapi ternyata permainan di alun2 tersebut belum dibuka, masih dalam tahap instalasi :( Wah.. anak2 kecewa berat, terutama Uka! Untuk menghibur mereka, Bapak dan Ibu mengajak mereka jajan bakso di pinggir jalan. Selesai jajan bakso terus menjemput Mbah Hardjo lagi.
Di warung bakso. Benernya warungnya belum buka, masih persiapan. Tapi karena kami dah nanyain, jadi bukanya dipercepat. Tirainya buru2 dipasang sama yang jual karena masih bulan puasa hehe..
Sebelum pulang Bapak punya ide mengajak anak2 naik delman atau dokar yang menjadi salah satu angkutan umum di Wonosobo. Jadi akhirnya Bapak parkir mobil dan menunggu di pangkalan delman, sementara Mbah Hardjo putri dan Ibu serta anak2 naik delman keliling kota dan balik lagi ke pangkalan delman tersebut.
Ene yang dipangku Ibu tampak menikmati naik delman untuk pertama kalinya. Begitu menikmatinya sampai tak terdengar suaranya hehe... Ekspresinya seperti orang yang terpesona, persis ketika naik angkot (angkutan kota) untuk pertama kalinya di Cilegon hehehe... Kalau buat Uka, ini bukan kali yang pertama. Sebelumnya dia sudah pernah naik delman di Malioboro Jogja, bahkan Uka pernah naik kuda di Bromo. Selama perjalanan naik dokar ini, Uka dan Salma malah ribut mengomentari bau tahi kuda. Maklum, pas kami naiki eh.. kudanya pas BAB hahaha.. Sementara itu, Yusuf tertidur pulas di pangkuan Mbah Hardjo putri. Sepertinya dia serasa di-ayun2 dalam buaian hehe... Lumayanlah, ide dadakan ini mampu mengobati kekecewaan anak2 yang nggak jadi main komidi putar hehe...
Selasa, 01/11/05: Hari ini hari seru! Pagi lihat pemotongan sapi di belakang rumah Mbah Hardjo. Pemotongan sapi ini sudah rutin dilakukan di Manggis tiap tahun sebagai persiapan lebaran.
Jadi sudah menjadi tradisi di Manggis, sejumlah keluarga (biasanya 14-16 keluarga) urunan membeli sapi sebulan ato dua bulan menjelang lebaran untuk dipotong 2 hari menjelang hari H lebaran. Motongnya dilakukan sendiri secara gotong royong di halaman salah satu partisipan.
Pembagian daging sapi dan bagian2 lainnya juga sudah jelas, nggak pernah ada yang protes. Lucunya, bagian buntut yang termasuk mahal kalo di kota dan bisa jadi masakan sop buntut yang terkenal enak itu, di Manggis malah kurang populer hehe.. Untuk bagian kulit sapi, sudah ada pedagang penadahnya yang keliling dari satu lokasi pemotongan ke lokasi pemotongan yang lain. Uang hasil penjualan kulit ini dibagi rata lagi ke para partisipan.
Dengan cara seperti ini, selain terasa sekali kegotongroyongan dan keguyuban warga Manggis (hal yang sudah langka di kota besar), juga harga daging per kilonya jatuhnya lebih murah daripada beli di pasar. Dan yang jelas, terjamin masih fresh lah ya! :)
Uka dan Salma dengan latar belakang sapi yang akan dipotong di halaman rumah Mbah Harwanto (adik Mbah Hardjo kakung). Posisi rumah ini di belakang rumah Mbah Hardjo. Uka semangat, Salma masih ngantuk hehe..
Oya, ada sedikit insiden sebelum pemotongan dilaksanakan. Ceritanya Bapak ngajak Ene untuk lihat sapinya sebelum dipotong. Di tempat pemotongan, Bapak ketemu dengan tetangga dan karena lama nggak jumpa Bapak jadi asyik ngobrol. Ternyata, tanpa ada yang memperhatikan, Ene mendekat ke arah sapi yang akan disembelih itu tanpa rasa was2 ato khawatir. Hal ini baru disadari Bapak ketika Mbah Hardjo putri melihat dari kejauhan dan berteriak! Bapak langsung lari dan mengangkat Ene menjauh dari sapi. Duh Bapak, nyaris aja!
Untuk diketahui, sapi (apalagi ini sapi jantan dewasa) bisa saja mengamuk tiba2 dalam kondisi stress (sapi bisa stress juga lo hehe..). Terlebih Ene cuma setinggi paha sapinya hehe... Ibu mendapat cerita ini dari Mbah Hardjo putri. Waktu itu Ibu lagi di dapur.
Selesai pemotongan sapi, Bapak mengajak kami mancing. Asyik! Lebaran tahun lalu, cuma Bapak dan Uka yang pergi mancing, ditemani Bulik Wur, Bulik Ning (adik2 Bapak) dan Fatin (adik sepupu Bapak). Ibu dan Ene nggak ikut karena waktu itu Ene masih terlalu kecil, malah belum bisa jalan. Sekarang Ene sudah cukup besar, jadi bisa diajak, dan otomatis Ibu bisa ikut juga. Kali ini yang berangkat mancing Bapak, Ibu, Udane, Bulik Wur, Bulik Ning, dan Salma. Yusuf nggak ikut karena lagi nggak enak badan. Yang terutama menarik dari acara mancing ini adalah perjalanannya. Cerita lengkapnya ntar di entry tersendiri aja biar komplit sekalian foto2nya!
Berangkat mancing, masih segar, apalagi jalannya menurun, cincai lah! Pulangnya, wah.. keringat segede jagung! Jalannya nanjaaaaakk terus! Besoknya baru kedua betis Ibu terasa seperti kram hahaha...
Bulik Wur dan Bulik Ning mancing di tambak Mbah Hardjo, Udane dan Salma ngobok2 ikan hasil pancingan di ember, sementara Bapak asyik menikmati pemandangan. Ibu? Sudah tentu asyik jepret sana jepret sini, hehehe...
Udane dan Salma dengan latar belakang pemandangan yang masih asri. Duh.. jadi pengin ke sana lagi nih!
Rabu, 02/11/05: Bapak, Ibu dan Ene ke Wonosobo nyari diaper yang model celana buat Ene. Uka nggak mau ikut, asyik main dengan Salma dan Yusuf. Semula Ibu perkirakan diaper yang dibawa dari Cilegon cukup untuk persediaan selama di Manggis, tapi ternyata selama di Manggis ini Ene kehabisan celana ganti. Gara2nya cucian nggak bisa kering dalam sehari akibat cuaca di Manggis (dan Wonosobo pada umumnya) yang sering mendung, bahkan hujan. Padahal dalam sehari, kalau nggak pakai diaper, Ene bisa pipis sampai 4-5 kali. Selama di Manggis malah bisa lebih, lagi2 karena cuaca yang dingin! Jadi solusinya, selama di Manggis Ene pakai diaper seharian (setelah kehabisan celana), dan akibatnya ganti kehabisan diaper hehe...
Celakanya, agak susah nyari diaper model celana di Wonosobo. Rita, supermarket terbesar di Wonosobo, letaknya di tengah kota yang ramai banget! Untuk parkir mobil aja susah, jadi Bapak enggan ke situ. Sebagai alternatif, Ibu beli diaper yang biasa, yang pakai velcro atau perekat, tapi ternyata Ene sama sekali nggak mau pakai diaper model ini, katanya sakit. Di saat Ene tertidur pun, Ibu nggak berhasil memakaikan diaper jenis ini, tetap aja Ene terbangun dan menolak! Mungkin karena pas bagian velcro-nya terbuat dari plastik yang agak keras, sementara dia nggak terbiasa.
Jadilah, Bapak dan Ibu harus hunting diaper lagi. Untungnya ada minimarket baru, Eva Mart, di pinggir kota Wonosobo. BTW, nama market-nya asyik2 ya? Pakai nama2 cewek, kayak nama2 topan di Amerika hehehe... Di Eva, alhamdulillah, kami menemukan bungkus terakhir diaper model celana. Wah.. Bapak senengnya kayak nemu barang berharga, soalnya berarti nggak perlu ke Rita haha...
Makan es krim rame2 yang dibeli di Eva Mart.
Kamis, 03/11/05: Idul Fitri 1426H! Sholat Ied di masjid dekat rumah Mbah Hardjo, imamnya Mbah Romadlon, adik ipar Mbah Hardjo putri alias bapaknya Fatin. Selesai sholat, keluarga besar dari pihak Mbah Hardjo putri rame2 ke makam. Rangkaian acara ini sudah rutin dari tahun ke tahun. Perjalanan ke makam lumayan jauh, menyusuri kebun2 yang kebanyakan ditanami salak pondoh. Tentu saja, jalan kaki!!!
Sambil menunggu sholat Ied selesai, Ene bergaya di depan kamera dengan baju koko pertamanya :) Sejak sering foto rame2 bareng Salma dan Yusuf dengan berbagai gaya, sekarang Ene jadi pandai bergaya juga. Padahal sebelumnya kalo difoto dia justru mendekati kamera dan mau ikutan megang kamera hehe...
Ketika pertama kali ke makam ini (setelah menikah dengan Bapak), Ibu merasa jarak ke makam kok jauh amat, rasanya nggak nyampe2! Apalagi waktu itu Ibu pakai baju model baju kurung dan sandal yang agak tinggi!!! Waktu itu Ibu ngebayanginnya model lebaran orang2 kota yang pada tampil cantik dan anggun. Tapi ternyata Ibu saltum, alias salah kostum! Hahaha...!!! Sesudah acara ini selesai Ibu protes ke Bapak karena nggak cerita tentang kegiatan rutin ke makam hehe...
Kalau sekarang sih Ibu sudah well prepared! Uka dan Ene pun tampak menikmati perjalanan ini saat berangkat, tapi ketika pulang kami menjadi yang terakhir sampai di rumah. Udane kecapekan! Hahaha..
Perjalanan menuju makam. Bapak dan Udane memimpin di depan. Tapi saat berangkat aja, pas pulangnya justru paling belakang hahaha...
Bulik Wur dan Salma diikuti rombongan keluarga besar Mbah Hardjo putri di belakang.
Ki-ka: Mbah Buyut Udin putri (nggendong Om Aji, putra ke-3 Mbah Prapti), Om Bagus (putra ke-2 Mbah Prapti), Bulik Iis (putra ke-1 Mbah Sri, adik Mbah Hardjo putri), Bulik Fatin (putra ke-4 Mbah Sri, baju hijau), Mbah Prapti (putra ke-2 Mbah Buyut Udin, baju biru), Mbah Buyut (ibunda Mbah Hardjo putri, posisi di depan), Mbah Sri (posisi di belakang), Bulik Iin (putra ke-2 Mbah Sri), Yusuf, Bulik Ning (di belakang Yusuf). Sebutan Mbah Buyut, Mbah, maupun Paklik dan Bulik dilihat dari posisi Udane. Moga nggak bingung dengan keterangan ini hehehe...
Ki-ka: Mbah Tikno (suami Mbah Prapti), Mbah Hardjo kakung, Bapak (nyengir hehe..), Paklik Ya'im (putra ke-3 Mbah Sri), Mbah Romadlon (suami Mbah Sri), Mbah Udin kakung.
Sampai sini acara rutin belum selesai. Setiba dari makam diteruskan dengan sarapan bersama di rumah Mbah Buyut, ibunda Mbah Hardjo putri. Pokoknya asyik lah, ngumpul dengan keluarga besar! Sayang lebaran kali ini tidak dihadiri Paklik Pangat (adik Bapak) sekeluarga yang tinggal di Jember, karena Paklik Pangat lagi sekolah di Korea. Juga tidak dihadiri Bulik Prie dan Paklik Arqo. Moga2 lebaran tahun depan kami bisa lengkap! Amin.
Malamnya Bapak, Ibu dan Ene ke Wonosobo dan lagi2 Uka nggak mau ikut. Tujuannya selain ke ATM, juga untuk beli mie ongklok pesanan Bulik Wur. Sayangnya, warung mie ongklok langganan Bapak yang paling terkenal di Wonosobo sekarang ini tidak melayani pembelian yang dibawa pulang! Maklum, untuk melayani pembeli yang makan di tempat aja mereka sudah kewalahan karena ramainya! Akhirnya cuma Bapak dan Ibu yang jajan mie ongklok. Ene cuma mau makan satenya.
Mie ongklok adalah mie (jenis mie telur) rebus yang diberi sedikit sayur dengan bumbu terbuat dari petis (bumbu berbentuk pasta berwarna hitam terbuat dari udang) kemudian ditaburi bawang goreng. Rasanya sebenarnya nggak terlalu istimewa (menurut Ibu), tapi setiap lebaran ramai dikunjungi orang. Rata2 sih mereka yang punya nostalgia di Wonosobo atau turis lokal yang penasaran dengan makanan khas Wonosobo. Sayang Ibu baru ingat untuk motret mie ongklok ini setelah isi mangkuk tinggal separo, jadi nggak bisa ditampilkan di sini. Maklum dah kelaparan haha..!!
Jumat, 04/11/05: Hari ini kami melanjutkan perjalanan mudik ke Surabaya. Berangkat dari Manggis jam 10 pagi sampai di rumah Yang Nuk di Surabaya jam 10 malam! Perjalanan agak lambat karena mobil kami rewel, beberapa kali ajrut2an, jadi nggak berani kenceng dan sempat mampir dulu ke bengkel siaga Suzuki di daerah Caruban.
Bapak dan Ene dengan latar belakang Pos Siaga Suzuki dan mobil kami yang sedang diperbaiki.
Tapi alhamdulillah kami akhirnya tiba dengan selamat sampai di Surabaya, dan yang terpenting Udane nggak rewel selama perjalanan. Di Surabaya sudah ada Pakde Antok (kakak Ibu), Bude Evi, Mas Rico dan Mbak Rena yang sudah lebih dulu mudik dari Jakarta. Jadi Udane ketemu lagi dengan sepupu di sini.
Sabtu, 05/11/05: Agenda hari ini, ramai2 dengan Yang Nuk, Pakpuh Tri (kakak Ibu yang sulung) dan Pakde Antok sekeluarga, ke rumah Eyang Sugik dan Eyang In. Eyang In adalah adik sepupu alm. Yang Gik (ayahanda Ibu), tapi hubungannya lebih dekat dibanding dengan saudara kandung Yang Gik karena Eyang In sejak kecil tinggal di rumah Yang Gik di Surabaya. Jadi yang momong Ibu dan kakak-adik waktu kecil ya Eyang In ini. Karena Eyang In masih relatif muda, katanya nggak mau dipanggil Eyang oleh Udane, panggil aja Bude In, hehehe...
Oleh Eyang Sugik, kami semua diajak makan siang di Sea Master. Restoran ini menyediakan segala macam jenis hidangan laut segar yang bisa dipilih sendiri saat mentahnya.
Yang Nuk dan Eyang In lagi milih santapan makan siang.
Meja depan memutar ki-ka: Pakde Antok, Yang Nuk, Bapak, Eyang Sugik. Meja belakang memutar ki-ka: Pakpuh Tri, Hendry (putra ke-2 Eyang In), Andry (putra ke-1 Eyang In), Eyang In (tertutup Eyang Sugik), Bude Evi. Anak2 sudah pada kabur keluar melihat ikan2 di kolam.
Berpose dengan saudara tua di Sea Master hahaha... Ki-ka: Mbak Rena, Uka, Mas Rico, dan Ene.
Malamnya, Bapak, Ibu dan Ene belanja ke supermarket dekat rumah Yang Nuk naik becak. Ini pertama kalinya Ene naik becak! Seperti halnya ketika naik angkot dan naik delman untuk pertama kalinya, kali ini pun ekspresi Ene seperti orang yang terpesona tanpa sepatah kata hehe...
Minggu, 06/11/05: Hari ini Bapak, Ibu, Ene, Yang Nuk dan Pakde Antok nyekar Yang Gik. Uka nggak ikut karena asyik main dengan Mas Rico dan Mbak Rena. Lagian, Uka sudah pernah ke makam Yang Gik, tinggal Ene yang belum. Tapi sampai di makam ternyata Ene tertidur, jadi tetep aja dia belum pernah tahu makam Yang Gik hehe...
Ibu nyekar di pusara Yang Gik sementara Ene tertidur di gendongan Bapak.
Setelah ngedrop Yang Nuk dan Pakde Antok di rumah, kami bertiga keluar lagi untuk nyuci mobil. Nyuci mobilnya model drive thru (nggak perlu turun). Tapi karena Bapak khawatir Ene ketakutan di dalam mobil jadinya tetep aja Ibu dan Ene turun dari mobil hehe...
Sorenya Bapak, Ibu, Udane dan Yang Nuk ke Tunjungan Plaza. Tujuan utamanya nyari sandal buat Ibu karena sandal yang lama putus talinya saat di Manggis. Sebenarnya pengin pergi bareng Pakde Antok sekeluarga, tapi mobilnya nggak cukup, sementara mobil Pakde Antok sedang bermasalah dengan radiatornya.
Setelah dapat sandal, tanpa direncanakan sebelumnya (at least Ibu nggak merencanakan hehe..), Bapak ngajak nonton film. Memang Bapak pernah janji sama Uka mau ngajak nonton film di bioskop, tapi nggak bilang kapannya :) Untung aja ada film anak2 yang lagi diputar, yaitu Chicken Little. Tapi kata Bapak, meski nggak ada film anak2, tetep aja saat itu bakal ngajak Uka nonton hehe..
Ini untuk pertama kalinya Udane nonton di bioskop. Bapak, Ibu dan Yang Nuk juga sudah cukup lama nggak pernah ke bioskop, jadi kami menikmatinya. Uka nonton sampai mulutnya ternganga dan sempat terlunjak kaget saat adegan pesawat luar angkasa datang. Ene juga tampak asyik, bahkan sempat mojok sendiri di kursi paling ujung dekat dinding yang berjarak dua kursi dari Bapak, entah ngapain :D. Tapi paruh kedua pemutaran film, Ene lebih memilih mimik ASI dan tertidur di pangkuan Ibu :D
Ketika lagi menengok toko mainan sekeluarnya dari bioskop, tiba2 terdengar suara Mas Rico dan Mbak Rena, "Tante Ita...! Tante Ita...!" (panggilan mereka untuk Ibu). Ternyata Pakde Antok sekeluarga akhirnya juga memutuskan untuk jalan2 di Tunjungan Plaza. Karena mobilnya lagi ngadat, jadi mereka naik sepeda motor. Wah, kebayang deh berempat naik motor. Apalagi badan Mas Rico kan sudah tidak bisa digolongkan anak2 lagi hehe...
Yang bikin surprise, kok bisa kami ketemuan! Soalnya yang namanya Tunjungan Plaza kan begitu luas dan terdiri dari beberapa lantai. Akhirnya Mas Rico ikut bergabung dengan kami (biar ban motornya nggak gembos hehe..), sementara Pakde Antok, Bude Evi dan Mbak Rena berpisah untuk nyari sepatu beroda buat Mbak Rena.
Jalan2 di Tunjungan Plaza. Ene dan Yang Nuk tertinggal di belakang.
Senin, 07/11/05: Jam 9 pagi kami sudah meluncur meninggalkan Surabaya. Tujuannya sebenarnya ke Semarang dengan pertimbangan, jarak Semarang-Cilegon lebih dekat daripada Jogja-Cilegon (biasanya kami transitnya di Jogja). Tapi ternyata, malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih, mobil kami ajrut2an lagi gasnya.
Mau mampir bengkel siaga di Caruban lagi eh.. sudah tutup. Nelpon bengkel di Solo (yang paling dekat) ternyata tutupnya jam 3 sore, sementara kami sampai Solo jam 3 sore lebih. Mau tetap ke Semarang sesuai rencana nggak berani karena jalan menuju ke sana naik dan berliku. Jadi akhirnya kami memutuskan menuju ke Jogja dan mau ke bengkel di Jogja dulu.
Wah... ternyata memang kami nggak boleh melewatkan Jogja begitu saja dalam perjalanan mudik hehe... Di Jogja kami menginap di Hotel Ishiro Kencana, Jl. Kaliurang Km. 4,2 Jogjakarta 55281. Tadinya nggak berencana nginap di sini, tapi dari 6 hotel di Jogja yang Ibu hubungi sebelumnya, akhirnya Ishiro lah yang masih ada kamar kosong, itupun tinggal satu. Maklum lagi peak season!
Sarapan di Ishiro. Ene sudah bisa makan sendiri lo! Selama mudik ini Ene memang sering nggak mau disuapi. Banyak hal2 baru yang dilakukan Ene selama mudik ini. Sepertinya karena dia menyerap banyak hal2 baru juga.
Selasa, 08/11/05: Pagi Bapak segera ke bengkel, sementara Ibu dan Udane jalan2 di sepanjang Jl. Kaliurang. Suasana jalan Kaliurang masih belum crowded seperti biasa, beberapa toko masih tutup, dan trotoarnya cukup lebar untuk pejalan kaki, jadi nyaman sekali jalan2 di sepanjang Kaliurang. Ene sampai jalan sambil loncat2, nggak mau dipegangi Ibu. Setiap ada yang menarik perhatiannya, dia berhenti dulu dan me-lihat2, Ibu sampai harus me-manggil2 Uka yang jalannya sudah ngebut duluan hehe... Ah.. andai saja tiap hari Jogja seperti ini. Mimpi kali ye? Hahaha...
Siangnya saat jam check-out, kami melanjutkan perjalanan ke Semarang untuk nginap di sana. Ini dilakukan untuk nyicil perjalanan. Lumayan menghemat waktu perjalanan sekitar 4 jam yang harus ditempuh untuk Jogja-Semarang. Di Semarang kami menginap lagi di Hotel Alam Indah. Kalo sebelumnya (ketika transit dalam perjalanan menuju Wonosobo) dikasih kamar no.605, kali ini kami dikasih kamar no.606, sebelahnya. Kata petugasnya biar ganti suasana. Rupanya mereka masih mengenali kami.
Bergaya di Alam Indah, kamar 606.
Oya, meski diawali angka 6, bukan berarti kamar ini terletak di lantai 6, tapi di lantai 1. Hotel ini cuma terdiri dari 2 lantai dan kamarnya nggak begitu banyak. Ini mungkin kode khusus dari pihak hotel, karena selain ada hotel, kelompok usaha ini menawarkan juga motel, restoran, dan ballroom. Tapi, apa ya bedanya hotel dan motel? Ada yang tau?
Rabu, 09/11/05: Akhirnya perjalanan ke Cilegon dimulai. Kami berangkat dari Semarang jam 5 pagi tepat, dan alhamdulillah tiba di Cilegon jam 5 sore dengan selamat. Ini seperti yang kami harapkan, sampai Cilegon nggak terlalu malam. Tahun2 sebelumnya, kami biasa start dari Jogja jam 5 pagi dan sampai di Cilegon jam 9 malam. Capek rasanya, terutama untuk Bapak yang nyetir.
Di Cilegon kami cari makan dulu sebelum pulang ke rumah, soalnya di rumah pasti nggak ada makanan. Apalagi setelah Ibu nelpon ke rumah, Pak Kiwil (yang jaga rumah kami selama ditinggal mudik) bilang bahwa Yuk belum balik dari mudiknya ke Magetan seperti yang dijanjikannya. Baru hari Sabtu pagi (12/11) Yuk datang. Untuk aja si Mbak sudah bisa datang Kamis (10/11) karena memang rumahnya di Cilegon, dekat kompleks rumah kami.
Kamis, 10/11/05: Bapak ke bengkel dan nyuci mobil sementara Ibu nyuci baju kotor yang setumpuk oleh2 mudik dan beres2 rumah. Sorenya Bapak balik ke Jogja naik pesawat. Setelah ditinggal Bapak, Ene bolak-balik nanya, "Bapak ana (mana)? Bapak ana?". Duh.. sedih juga ngeliatnya. Setelah tiap hari ngerasain kumpul sama Bapak akhirnya dia harus back to real life. Moga aja kami bisa cepat kumpul lagi sekeluarga. Amin.
Demikian sekilas—Hah!? Sekilas apanya? Segini panjang kok dibilang sekilas haha...—perjalanan mudik kami. Masih banyak detil cerita yang menarik, tapi ntar ya di posting tersendiri aja, biar posting ini nggak jadi novel hehe... Oya, meski cuti Ibu sampai Senin (14/11), Ibu sudah di Cilegon sejak Rabu malam karena menyesuaikan dengan libur Bapak. Selama di rumah, nggak banyak yang dikerjain. Main2 aja sama Udane dan di-puas2in tidur siang, soalnya kalo hari kerja kan nggak mungkin lagi hehe....
4 Comments:
puih.. akhirnya selesei juga bacanya *ngelap keringet* :D
komennya:
1) duh... seru banget mudiknya. aku jadi sirik ! hehe
2) yg ini pertanyaan: waktu ene ngedeketin sapi yg mau dipotong, katanya mbak jun lg di dapur. lagi ngapain tuh ? masak ? *wink* hahaha
3) kasian bgt ya itu tukang bakso di wonosobo, dipaksa buka. tamu tidak tau diri ! haha
4) reva belum pernah naek delman euy. kalo becak udah sering di bdg. dan dia hobi bgt. kalo udah naek becak gak mau turun. malah kadang dia manggil sendiri: "becak !" hehe.
5) aku ketawa ngebayangin mbak jun saltum waktu pertama lebaran di rumah pak bagyo & diajak ke makam hehe.
6) mbak, udane kooperatif ya diajak nonton bioskop. bisa dong diajak nonton harry potter :)
7) halah... komennya gak kalah panjang ama postingannya :D
By Bunda Reva, at Friday, November 18, 2005 9:08:00 am
Aku di dapur? Ngapain ya? Yang jelas bukan masak! Hahaha...
By Ibune Udane, at Thursday, November 24, 2005 11:12:00 am
aku tertarik sama sapinya, perlu juga, tuh ditiru (tapi nanti kalau udane, reva, dan avary mudik sendiri).
Nanti suatu saat kalau mBah Harjo dateng ke rumah aku dikabari, ya, pingin ketemu dan ngobrol.
By Bapak Avary, at Friday, November 25, 2005 4:17:00 pm
Wah.. sepertinya Mbah Hardjo nggak bakal ke Cilegon lagi :( Justru kami yang mo boyong ke Jogja dalam waktu dekat ini biar Udane bisa lebih sering ke Wonosobo dan Surabaya.
By Ibune Udane, at Monday, November 28, 2005 9:42:00 am
Post a Comment
<< Home