Monday, July 25, 2005

Tx 2 Djenar Maesa Ayu!

Baru sekarang Ibu sempat bilang thanks to Djenar Maesa Ayu. Eh.. emangnya Ibu kenal dengan si penulis muda yang menuai banyak kontroversi sekaligus decak kagum itu? Nggak sih... :) Cuma, ide gaya bahasa singkat dan patah2 pada posting yang lalu, Ibu peroleh setelah membaca kumpulan cerpennya "Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)". Jadi, tx 4 inspiring me, Djenar!

Tentang Djenar. Lahir di Jakarta, 14 Januari 1973, putri pasangan sutradara (alm) Sjuman Djaja dan bintang film senior Tutie Kirana. Ibu dari Banyu Bening (10) dan Btari Maharani (2) hasil dari perkawinannya dengan Edhi Widjaya—Berita terakhir di infotainment, Djenar dan Edhi dalam proses cerai, justru karena mereka masih saling sayang :((. Djenar biasa dipanggil Nai oleh lingkungan terdekatnya. Gaya bicaranya blak-blakan. Penyuka warna hitam. Namanya kalau diterjemahkan secara harafiah berarti "sapi putih nan cantik" :)

Tentang karyanya. Kumpulan cerpen pertama Djenar yang berjudul "Mereka Bilang, Saya Monyet!" telah cetak ulang 8 kali dan masuk dalam nominasi 10 besar buku terbaik Khatulistiwa Literary Award 2003, selain juga akan diterbitkan dalam bahasa Inggris. Saat ini cerpen dengan judul yang sama sedang dalam proses pembuatan ke layar lebar. Cerpen "Waktu Nayla" menyabet predikat Cerpen Terbaik Kompas 2003, yang dibukukan bersama cerpen "Asmoro" dalam antologi cerpen pilihan Kompas. Sementara cerpen "Menyusu Ayah" menjadi Cerpen Terbaik 2003 versi Jurnal Perempuan dan diterjemahkan oleh Richard Oh ke dalam bahasa Inggris dengan judul "Suckling Father" untuk dimuat kembali dalam Jurnal Perempuan versi bahasa Inggris, edisi kolaborasi karya terbaik Jurnal Perempuan. Buku keduanya, "Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)" juga meraih sukses dan cetak ulang kedua hanya dua hari setelah buku itu diluncurkan pada bulan Februari 2005. Kumpulan cerpen ini berhasil meraih penghargaan 5 besar Khatulistiwa Literary Award 2004. "Nayla" adalah novel pertama Djenar yang juga diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama.

Tentang kontroversi karyanya. Djenar mengungkapkan, "Yang saya tulis bukan aktivitas seksual tapi masalah seksualitas. Masalah seksualitas itu ya dari realitas sehari-hari bahwasanya banyak sekali tindakan pelecehan seksual, tindakan kekerasan terhadap perempuan ya hal-hal seperti itu". Dia juga menegaskan, "Apa yang saya tulis sama sekali tidak melebihi dari realitas. Realitas kita jauh lebih fiktif ketimbang fiksi".

Tentang ketertarikan Ibu terhadapnya. Pertama tau nama Djenar dari Kompas beberapa waktu lalu yang mengulas tentang munculnya penulis2 muda perempuan berbakat. Setelah itu Ibu tahu dari televisi. Waktu itu Djenar diwawancarai oleh salah satu infotainment. Bukan tentang tulisannya tapi tentang koleksi bajunya yang kebanyakan berwarna hitam!!! Ternyata Djenar itu cantik dan seksi! Kalau pujian semacam ini datang dari seorang perempuan juga, bisa dipastikan bahwa dia memang cantik dan seksi :) Ibu terus jadi penasaran, gimana ya hasil karya seorang penulis secantik Djenar dengan gaya hidup metropolisnya? Ketika Ibu cerita ke Bapak kalau pengin nyari karya Djenar, eh.. ternyata Bapak baru saja beli kumpulan cerpen Djenar yang kedua. Jadi klop!

Tentang komentar Ibu terhadap karyanya. Singkat aja, mencengangkan! Baik dalam hal gaya penulisan maupun isinya. Gaya penulisan Djenar menurut Ibu orisinal. At least dari sekian banyak buku yang pernah Ibu baca, baru kali ini Ibu nemu gaya patah2 seperti irama musik staccato, plus gaya repetisi yang tidak membosankan. Sedangkan isi tulisannya menurut sebagian orang cenderung jorok dan vulgar, tapi Ibu tidak setuju. Mungkin lebih tepat dibilang jujur dan lugas dalam mengungkapkan tentang seksualitas. Tapi memang perlu dicatat bahwa karya Djenar sepantasnya dibaca oleh orang dewasa dan harus dilihat sebagai sebuah proses kreatif.

Catatan: Data tentang Djenar dan karyanya disadur dari:
- http://www.vision.net.id/detail.php?id=2505
- http://www.gramedia.com/author_detail.asp?id=EAEN3437

0 Comments:

Post a Comment

<< Home