Tuesday, July 12, 2005

Ke Pantai

Sabtu 9 Juli kami pergi ke pantai Anyer, tepatnya di lokasi wisata Tanjung Tum. Sebelumnya sama sekali nggak ada rencana mau ke pantai. Jangankan ke pantai, pergi keluar rumah pun nggak. Tiba2 aja sekitar jam 11—a.m. of course :)—Bapak nawarin Uka, "Uka, mau ke pantai nggak?". Tentu saja jawaban Uka, "Mau!", karena pada dasarnya dia sudah mulai jenuh liburan di rumah terus :) Sejak minggu ke-2 libur sekolah, which started from 20 June, Uka hampir tiap hari nanya 'hari ini tanggal berapa?' untuk selanjutnya disusul pertanyaan 'tanggal 18 masih lama ya?'—maksudnya 18 Juli, saat dia masuk sekolah lagi di TK B :)

Ini juga yang bikin Bapak tergerak untuk ngajak refreshing, biar Uka nggak jenuh! Selain itu juga biar Uka ada cerita kalau ditanya guru dan temen2nya saat masuk sekolah lagi. Jangankan libur panjang, setiap Senin aja gurunya selalu nanya anak2 liburnya—libur weekend maksudnya—kemana aja? Terus setelah itu disuruh gambar atau cerita liburannya itu. Selama ini cerita maupun hasil gambarnya Uka kebanyakan diisi kegiatan belanja dengan Bapak, Ibu, dan Ene. Itu pun bukan belanja ke pasar tradisional lo... tapi ke supermarket! :) Ibu sudah kapok ke pasar tradisional di Cilegon, hehe... (Buat Tante Weni: Kok kisah 'duka' sewaktu pergi ke pasar bareng Tante Liena nggak nongol sih di blognya? Seru lo... hahaha...)

Begitulah, rencana Bapak yang mendadak ini membuat Ibu harus melakukan persiapan kilat. Persiapannya mulai dari gantiin baju Ene dan Uka, nyiapan baju ganti plus handuk kecil buat Udane, juga buat Bapak dan Ibu—in case ikutan basah :)— terus nyiapin bekal susu buat Ene dan camilan buat semuanya, juga nyiapin ember kecil buat main2 di pantai plus bantal buat tidur di perjalanan karena jarak tempuhnya lumayan jauh sekitar 1/2 jam, apalagi sudah jam bobok siang. Untung Ibu sudah lumayan terlatih dengan persiapan mendadak semacam ini. Maklum, kami kalau pergi2 yang agak jauh memang seringkali nggak direncanakan, tergantung banget dengan mood Bapak. Selain karena Bapak yang nyetir, juga karena Bapak termasuk orang rumahan, jadi lebih senang berteman bantal dan guling kalau weekend hahaha... Setelah semua beres, then off we go!!!

Di perjalanan, tepat seperti yang Ibu perkirakan, Uka dan Ene terlelap. Ene tidur di pangkuan Ibu yang duduk di belakang, sementara Uka tidur di sebelah Ibu dengan posisi tengkurap, kepala di bantal dan kaki tertekuk ke atas nyandar di pintu mobil. Melihat Uka dalam posisi demikian, Ibu baru sadar bahwa ternyata Uka sudah bertambah tinggi. Rasanya baru beberapa waktu yang lalu kaki Uka masih bisa selonjor kalau tidur di jok belakang mobil :) How fast the time is running when we see the children grow! Meski posisinya tampak nggak nyaman, ternyata Uka tidur sangat pulas. Bahkan saking pulasnya, Uka sampai susah dibangunkan ketika tiba di Tanjung Tum.

Tanjung Tum merupakan area pantai yang cukup luas dengan pohon2 kelapa dan beberapa pondok peneduh di sekitarnya yang terbuka untuk umum. Tarif per mobil sedan berikut penumpangnya Rp15.000,-, kalau untuk kendaraan jenis lain mungkin tarifnya beda. Lokasi ini memang diperuntukkan bagi mereka yang tidak bermaksud menginap. Nggak ada fasilitas losmen atau resort. Yang tersedia hanya kamar mandi serta warung2 dengan menu utama es degan alias es kelapa muda. Di sini kelapanya benar2 muda, maksudnya nggak seperti di resto di kota2 yang seringkali sudah nggak muda lagi alias sudah pantas disebut kelapa aja hehehe... Selain itu ada juga yang jual otak2 ikan dan emping, penganan khas Banten. Terus ada yang nyewain tikar untuk lesehan—memangnya untuk apa lagi tikar kalau bukan untuk lesehan :)—dan ban untuk berenang dari yang ukuran kecil sampai yang segede gajah, hahaha...

Saat kami tiba, sudah banyak pengunjung di situ, bahkan ada satu panggung terbuka yang ternyata untuk acara kumpul2 keluarga suatu perusahaan. Meski sudah banyak pengunjung, tapi suasananya nggak crowded karena tempatnya luas. Pondok2 peneduh sudah terisi semua, jadi kami menyewa tikar seharga Rp5000,- per lembar—mahal amat!—dan mencari tempat yang teduh di bawah pohon kelapa untuk beristirahat. Saat itu ternyata banyak yang jual layang2. Bapak langsung membeli sebuah seharga Rp3000—heks! lagi2 mahal amat!—untuk Uka dan Ene. Sejak lama memang Bapak ingin ngajak Uka main layang2. Sebelumnya—waktu Ene belum lahir—Uka pernah dibelikan layang2 sama Bapak, tapi nggak berhasil diterbangkan di depan rumah karena nggak ada angin! Hehe... Jadi kali ini Bapak ingin mewujudkan obsesinya mengajari Uka, sekalian Ene, main layang2. Dan ternyata Uka dan Ene sangat menikmati main layang2!—Eh.. ada nggak ya anak2 yang nggak suka main layang2? :)

Capek main layang2, Udane menuju air! Masak ke pantai nggak main air? :) Dan sepertinya dugaan Ibu bahwa Ene takut air yang volumenya gede semakin terbukti (lihat entry Udane dan Air). Jangankan merendam kakinya di air, kakinya terbalut pasir aja sudah bikin Ene risih dan minta segera dicuci! Hahaha... Jadi akhirnya dari kami berempat, yang bajunya sampai basah dan harus ganti cuma Uka! Hehehe...


Bapak lagi ngajarin Uka main layang2.


Bukannya merhatiin Bapak, Uka malah asyik joged dengerin lagu dangdut dari panggung terbuka. Gayanya dangdut abis ya, jempolnya diacungin! Hahaha...


Akhirnya bisa juga Uka menerbangkan layang2 sendiri. This was his first time! Congratulation Uka! :)


Ene risih kakinya kena pasir :)


Sementara Uka justru asyik mengisi embernya dengan pasir!


Bapak mo nyariin sesuatu buat Udane.


Bapak lagi nunjukin apa yang baru saja dicarinya. Apa ya?


Ini dia yang dicari Bapak, keong laut! Coba itung ada berapa tuh! :D


Kali ini Ibu berpose dengan Udane, masak Bapak aja :) Bapak tuh dasarnya nggak hobi moto dan dipoto, sementara Ibu demen moto dan dipoto, jadi nggak klop kan? Hehehe...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home